Menggugat Kesahihan Data atau Saatnya Membangkitkan Optimesme Nasional

Oleh : Kuntoro Boga Andri

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian

 

Pertanyaan seputar kesahihan data pangan yang dirilis Kementerian Pertanian (Kementan) terus dilontarkan oleh beberapa pengamat. Terlebih hari-hari terakhir ini, saat fenomena iklim menghadapkan petani pada kondisi kemarau panjang. Peringatan-peringatan terus disuarakan agar jangan sampai Indonesia mengalami gejolak pangan. Kita akui sebagian kecil lahan pertanian menghadapi ancaman kekeringan, namum sebagian besar lainnya masih normal berproduksi. Ancaman kekurangan stok bahan pangan didengungkan dengan alasan minimnya pasokan yang diikuti paparan melambungnya harga beras. Masyarakat Indonesia, sering disodorkan melalui berbagai saluran media massa maupun percakapan media sosial ancaman akan gagalnya kedaulatan pangan. 

Memang benar, kemarau yang terjadi saat ini dapat berdampak terhadap ancaman kekeringan pada pertanaman padi yang masih belum panen, bahkan berpotensi menyebabkan gagal panen. Namun benarkah negeri kita hari ini tengah menghadapi ancaman sepelik itu? Negeri yang membentang subur dari Sabang sampai Merauke. Sawah dan landang menghampar di dataran, ikan berenang-renang di perairan lautan – menanti pancing-pancing nelayan nusantara yang tersohor keandalannya.

Kementerian Pertanian (Kementan) sebagai Kementerian yang diberi tanggung jawab membantu Presiden menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian, Rabu 29 Agustus 2018 lalu telah menyampaikan gambaran optimisme produksi beras di tengah kemarau.

Luas tanam padi tahun 2018 periode Januari - Agustus seluas 10.079.475 ha. Yang terkena dampak kemarau , termasuk puso (gagal panen) sangat kecil yaitu 1,34% atau 135.226 ha. Angka Ramalan (ARAM) produktivitas padi dari realisasi tanam seluas 10.079.475 ha adalah 51,92 kw/ha. Maka perkiraan produksi padi adalah sebanyak 49.471.434,37 ton. Sehinga potensi kehilangan hasl (gabah) dengan luas terdampak kemarau (135.226 ha), hanya sebesar 0,63% dari perkiraan produksi, atau sebesar 314.932,43 ton.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan (Ditjen TP) Kementan, Sumarjo Gatot Irianto menjelaskan, bisa disimpulkan jika 49.471.434,37 Ton (ARAM produksi Januari - Agustus 2018) dikurangi potensi kehilangan hasil gabah Januari - Agustus 2018 sebesar 314.932,43 ton, maka masih ada produksi sebesar 49.156.501.94 ton.

“Angka ini masih aman dan lebih tinggi dibandingkan realisasi pada Januari - Agustus 2017 sebesar 46.816.003,91 ton. Dipastikan pangan tersedia asal penimbun ditangkap. Merekalah yg mengguncang suply pangan sehingga menimbulkan panic buying dan over heating terhadap harga beras nasional”, kata Gatot.

Menanti Data BPS

Sudah diprediksi, tak semua pihak menerima data optimis ini. Akan ada saja pihak yang meragukan kesahihannya. Alasan yang jadi sandaran masih sama, sudah hampir tiga tahun Badan Pusat Statistik (BPS) tak lagi mengeluarkan statistik resmi pertanian. BPS kini memang masih terus menyiapkan data baru, yang sedianya keluar Agustus 2018 ini.

Sesuai permintaan Presiden Joko Widodo, BPS memperbaiki datanya melalui program one data policy. Hasil survei yang dulu diambil dengan tangkapan mata telanjang, dua tahun ini pelan-pelan diubah pengambilannya dengan menggunakan metode kerangka sampel digital milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Namun sepertinya data baru yang dinanti-nanti banyak pihak itu belum akan segera datang. Hasil kerangka sampel tadi masih harus menjalani proses panjang. Di antaranya pencocokan dengan empat jenis peta, yakni peta rupa bumi, peta baku lahan sawah, dan peta tutupan lahan. Gambaran geografis tersebut dipasok dari Badan Informasi Geospasial (BIG).

Kepala BIG Hasanuddin Abidin menjelaskan, untuk bisa memasok informasi spasial yang akurat di bidang lahan pertanian, BIG harus memeriksa data Badan Pertanahan Nasional, Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik, dan pemerintah daerah (Koran Tempo, 29 Agustus 2018). Data lahan tersebut juga harus disinkronkan dengan data area kehutanan, data perizinan yang sarat sengkarut. Setelah itu BIG masih harus mengolah data militer yang perlu penanganan lebih karena sensitif dan bersifat rahasia.

Sambil menunggu data resmi statistik peranian BPS, tugas fungsi Kementan menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian harus terus dijalankan – dan memerlukan sandaran data untuk mengawal kesuksesan berbagai program yang bermuara pada ketersediaan bahan pangan nasional.

Menumbuhkan Optimisme dalam Membangun Ketahanan Pangan

Kementan memiliki struktur sampai level desa, mitra tani, dan sebagainya mengenai luas panen, luas tanam, dan seterusnya. Kementan juga punya citra satelit landsat – data mentah dari citra landsat diolah Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian. Di Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) data disebarluaskan dan bisa dilihat melalui website.

Dan perlu digarisbawahi, data produksi yang digunakan Kementan merupakan hasil keputusan dalam rapat koordinasi dengan Badan Pusat Statistik (BPS). Kementan menjunjung tinggi prinsip satu peta satu data dan tidak berwenang mengeluarkan data secara sepihak. Maka, meski sejak 2015 BPS menyatakan tidak lagi merilis data produksi beras, BPS tetap lembaga yang sah mengeluarkan Angka Ramalan berdasarkan hasil rapat koordinasi BPS dengan Kementan.

Maka sangat disayangkan masih banyak pihak-pihak yang kerap menyangsikan data Kementan – BPS. Pemerintah tentu menghargai dan memerhatikan tiap kritik membangun yang kerap disalurkan melalui media massa maupun media sosial – sekaligus berusaha tidak terlalu disibukkan dengan polemik yang cenderung membangun opini yang melemahkan optimisme kita semua sebagai bangsa dalam membangun ketahanan pangan.

Karena opini yang berkembang di masyarakat akan menjelma menjadi sikap dan mentalitas dari masyarakat itu sendiri, maka kini kita dihadapkan pada dua pilihan. Menebar pesimisme dengan sibuk menggugat kesahihan data Pemerintah, atau memupuk optimisme nasional dalam membangun ketahanan pangan. Untuk alasan stabilitas dan semangat kebangsaan, hendaknya seluruh komponen negeri ini mengambil bagian dari upaya Pemerintah membangun optimisme untuk mewujudkan sebuah bangsa yang memiliki ketahanan dan kedaulatan pangan.

 

BERITA TERKAIT

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…