Ekonomi Tumbuh Hanya Temporer - Oleh : Enny Sri Hartati, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef)

Ekonomi Indonesia triwulan II 2018 tumbuh sebesar 5,27 persen yoy, terjadipeningkatan yang sangat signifikan dibandingkan triwulan I 2018 (5,06 persen yoy). Capaian kinerja perekonomian yang cukup mengejutkan ditengah kelesuan sektor riil. Meskipun masih lebih rendah dari target APBN 2018 sebesar 5,4 persen.

Momentum musiman bulan puasa dan lebaran, pemilihan kepala daerah (pilkada) di 171 daerah, dan percepatan realisasi belanja pemerintah menjadi kontributor utama terjadinya peningkatan pertumbuhan. Persoalannya terdapat sejumlah paradoks atas kinerja variabel makro ekonomi yang menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Akankah momentum kenaikan ini berlanjut di dua triwulan berikutnya, atau ini adalah titik tertinggi yang bisa dicapai pada 2018 ini?

Meski ada pertumbuhan tapi berkaca pada stimulus fiskal ada kegagalan. Oleh karenanya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2018 hanya bersifat temporer atau sementara.  Merujuk data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pereknomian Indonesia pada kuartal II 2018 atumbuh 5,27 persen secara year on year (yoy). Hanya saja pertumbuhan itu karena konsumsi rumah tangga sebagai sumber pertumbuhan terbesar hanya terdorong oleh belanja pemerintah yang sifatnya tidak berkesinambungan.  Harusnya, belanja pemerintah dapat menjadi stimulus baik ke sektor produktif maupun konsumtif.  Disini bantuan sosial untuk mendorong konsumsi tidak apa-apa, tetapi harus paralel dengan produksi.

Dari sini dapat terlihat peningkatan konsumsi yang tidak dibarengi laju pertumbuhan di sektor produksi terjadi karena uang dari program padat karya tunai tidak dibelanjakan ke sektor industri dalam negeri. Stimulus belanja dari impor tidak memberikan dampak berganda bagi sektor produksi. Selain itu, adanya produksi yang masuk ke inventori atau cadangan yang tidak terjual. Inventori tersebut dapat dihitung dari selisih antara PDB pengeluaran dengan PDB sektoral.

Sementara laju pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha untuk komponen industri pengolahan pada kuartal II 2018 tercatat 3,97 persen (yoy), atau lebih rendah dibandingkan 4,56 persen (yoy) pada kuartal I 2018. Padahal variabel ekonomi itu saling kait mengkait. Ketika ada konsumsi meningkat, idealnya produksi juga meningkat. Namun di sini ada 'mismatch' berupa peningkatan konsumsi tetapi produksinya justru bukannya naik malah turun.

Oleh karenanya, meski ada pertumbuhan ekonomi di kuartal triwulan II 2018 tapi bersifat temporer dan akan memberikan beban ke pertumbuhan ekonomi di triwulan III-2018 karena akan minimnya sumber pendapatan untuk konsumsi.

BERITA TERKAIT

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

BERITA LAINNYA DI

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…