Kenaikan Suku Bunga Tak Bisa Dihindari

 

NERACA

 

Jakarta – Sektor dunia usaha menyambut baik atas kenaikan suku bunga acuan atau seven days reverse repo rate sebesar 25 basis poin (bps) oleh Bank Indonesia pada Agustus ini. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan bahwa dunia usaha selalu mengantisipasi terjadinya kenaikan suku bunga acuan bank sentral. 

“Kenaikan suku bunga kita tidak bisa hindari karena kalau tidak lakukan itu rupiahnya nanti tambah berat. Sekarang kita mengambil posisi yang lebih konservatif. Kita pasti akan lakukan efisiensi, penetrasi pasar baru,” kata Hariyadi di Jakarta, kemarin. Ia menambahkan, kenaikan suku bunga acuan bank sentral berdampak kepada seluruh sektor dunia usaha. Terlebih kepada para pengusaha kecil yang masih bergantung dengan barang baku yang impor. “Saya rasa sih yang berat nanti perusahaan menengah kecil, karena dia nanggung sendiri,” tambah Hariyadi.

BI dalam empat bulan belakangan ini sudah menaikkan bunga acuan sampai dengan 125 basis poin. Gubernur BI Perry Warjiyo beberapa waktu lalu mengatakan bahwa kebijakan tersebut diambil salah satunya untuk meredam gejolak rupiah yang terjadi akibat kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral AS The Fed. Perry mengatakan bahwa setelah kenaikan 125 basis poin tersebut, BI masih membuka ruang untuk menaikkan kembali suku bunga acuan. Hariyadi mengatakan bahwa baik pemerintah maupun BI saat ini memang dihadapkan pada masalah sulit.

Untuk BI misalnya, jika mereka tidak menaikkan suku bunga padahal di saat bersamaan The Fed menaikkan bunga acuan mereka, rupiah akan semakin anjlok dan bisa menimbulkan dampak pada dunia usaha. Di sisi lain, kalau BI menaikkan bunga acuan, beban sama juga akan dialami dunia usaha. Kenaikan bunga acuan diperkirakan akan diikuti kenaikan bunga kredit yang dipastikan bisa membebani dunia usaha. "Untuk menyikapi dilema itu ya tidak ada pilihan lian, kami harus konservatif dengan efisiensi tersebut," katanya.

Sebelumnya, Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE), Piter Abdullah Redjalam prediksi BI berpeluang naikkan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate hingga 5,75 persen pada 2018. “Saya perkirakan akan menaikkan 2 kali lagi. Saya berharapnya 25 bps semoga belajar dari yang kemarin 50 bps terlalu besar sehingga pada akhir tahun di kisaran 5,75 persen," ujar dia, beberapa waktu lalu.

Hal ini dilakukan untuk merespons perkembangan global dan domestik pada semester II. Tidak hanya itu, kenaikan suku bunga acuan dilakukan untuk mempertahankan interest rate differential sehingga bisa mengurangi tekanan arus modal keluar. Piter menambahkan, dalam satu semester ke depan, ketegangan perdagangan antara AS dan China masih akan terus berlangsung. Meskipun ketegangan perdagangan antar AS dan Eropa mereda tetapi ketidak-pastian masih membayangi perdagangan global.

"Kekhawatiran atas dampak negatif perang dagang antara AS dan China akan mendorong investor untuk mengalihkan investasinya ke asset-asset yang Iebih aman," uja Piter. Di sisi lain, The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan pada September dan Desember 2018. Jadi tekanan aliran dana investor asing yang keluar masih akan terjadi selama semester II 2018. Kenaikan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen ini, diyakini masih cukup kondusif bagi perbankan. "Dengan asumsi tidak ada pemburukan akibat ketegangan perdagangan antara AS dan mitra dagang utamanya (China dan Eropa)," kata dia.

 

BERITA TERKAIT

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…