PERKUAT BASIS INVESTOR LOKAL - Pasar Sambut Baik SBN Untuk Investor Ritel

NERACA

Jakarta – Masih terbatasnya kepemilikan investor domestik terhadap surat berharga negara (SBN), mendorong pemerintah terus gencar memperkuat kedalaman pasar dengan menerbitkan berbagai instrumen surat utang untuk investor ritel. Setelah sukses menerbitkan Savings Bond Ritel seri SBR004, pemerintah masih merencanakan penerbitan dua instrumen lain yaitu Obligasi Negara Ritel seri ORI15 dan Sukuk Tabungan seri ST002 di sisa semester II-2018.

Jika terwujud, di tahun ini pemerintah menerbitkan instrumen surat utang berbasis ritel sebanyak lima kali. Dimulai dari Sukuk Ritel seri SR010, SBR003, SBR004, ORI15, dan ST002. Menurut analis Fixed Income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra, dampak penerbitan instrumen surat utang ritel yang masif di tahun ini tidak bisa dirasakan dalam waktu jangka pendek. Sebab, dari sisi nilai kepemilikan, jumlah dana investor ritel di SBN memang masih tergolong rendah.

Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu, porsi kepemilikan investor ritel atau individu di SBN hanya mencapai 2,83% dengan nilai Rp 63,67 triliun per 16 Agustus lalu. Maka dari itu, Made menilai penerbitan instrumen surat utang berbasis ritel lebih condong disebut sebagai langkah jangka panjang pemerintah dalam memperkuat basis investor domestik, khususnya ritel. “Dari sini terlihat pemerintah lebih mengincar bertambahnya jumlah investor ketimbang dananya. Kalau yang diincar hanya dana, jelas selisihnya masih sangat jauh dari investor asing,”kata I Made Adi Saputra, di Jakarta, Senin (20/8).

Dia menambahkan, pekerjaan rumah terbesar bagi pemerintah saat ini adalah memastikan agar sosialisasi dan edukasi tiap instrumen surat utang berbasis ritel tersebut bisa berjalan lancar dan tepat sasaran. Jika akhirnya jumlah investor ritel terus mengalami pertumbuhan, pemerintah bisa memperbanyak frekuensi penerbitan surat utang berbasis ritel pada tahun-tahun mendatang.”Bisa saja tiap bulan ada penawaran surat utang ritel seperti ORI atau SBR kalau basis investornya sudah besar,” kata Made.

Walau sifatnya saling melengkapi, dari sederet instrumen surat utang berbasis ritel yang tersedia, SBR dan Sukuk Tabungan dinilai Made paling bisa dimaksimalkan untuk menggenjot pertumbuhan investor ritel. Hal ini karena karakteristik kedua instrumen tersebut yang tidak diperdagangkan di pasar sekunder, sehingga secara keseluruhan benar-benar dimiliki oleh investor domestik, lebih khusus investor individu.

Kondisi berbeda dialami oleh ORI dan Sukri yang bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Artinya ada potensi perpindahaan kepemilikan dari investor ritel ke investor institusi. Bahkan, tidak menutup kemungkinan investor asing membeli instrumen tersebut di pasar sekunder. Jika demikian, justru ada potensi kinerja ORI dan Sukri terpapar sentimen global.

Sebagai informasi, Senin awal pekan kemarin, pemerintah menerbitkan SBR yang merupakan instrumen investasi yang ditawarkan bagi individu yang dananya diperuntukkan sebagai pembiayaan negara untuk kegiatan-kegiatan pemerintah yang produktif.  Investor ritel atau individu bisa memesan mulai dari Rp 1 juta hingga maksimal Rp 3 miliar. SBR004 ini ditawarkan dengan kupon minimal 8,05% dan bisa lebih tinggi jika ada kenaikan bunga acuan Bank Indonesia. Bandingkan dengan bunga acuan BI 5,5% dan bunga deposito yang dilindungi Lembagan Penjamin Simpanan (LPS) 6,25%. 

Jatuh tempo SBR004 dua tahun, tak bisa diperdagangkan di pasar sekunder, tapi ada fasilitas early redemption. Dengan mengusung tagline "Aku Pun Bisa Investasi," pemerintah memberi harapan besar kepada WNI untuk dapat berinvestasi pada SBR004 dan sekaligus berpartisipasi dalam pembangunan nasional, khususnya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia atau membangun Indonesia melalui bidang pendidikan.

Selain itu, instrumen SBR ini akan memperdalam pasar keuangan dan basis investor lokal di market Tanah Air.”Maka dari itu, pemerintah memperbanyak instrumen-instrumen yang bersifat ritel" kata Luky Alfirman Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (Dirjen PPR). bani

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…