NERACA

Jakarta - Di bayangi sentimen krisis Turki, laju indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan berada dalam tren pelemahan. Tidak heran, pihak BEI mencatat data IHSG sepekan kemarin mengalami koreksi sebesar 4,83% pada posisi 5.783,80 dari 6.077,17 pada pekan sebelumnya. Informasi tersebut disampaikan BEI dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Sementara itu perubahan IHSG berdampak pada kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia yang mengalami penurunan sebesar 4,83% menjadi Rp6.519,92 triliun pada penutupan pekan kemarin dari Rp6.850,68 pada pekan sebelumnya. Investor asing melakukan jual bersih pada pekan ini senilai Rp2,54 triliun. Sementara itu investor asing melakukan jual bersih senilai Rp51,30 triliun selama tahun 2018.

Namun demikian, BEI mencatat terjadi peningkatan rata-rata volume transaksi harian yang sebesar 3,24% menjadi 9,12 miliar unit saham dari 8,83 miliar unit saham pada pekan sebelumnya. Sedangkan rata-rata nilai transaksi harian perdagangan BEI mengalami perubahan sebesar 1,24% menjadi Rp8,05 triliun dari Rp8,15 pada pekan lalu. Untuk rata-rata frekuensi transaksi harian juga mengalami pelemahan sebesar 5,22% menjadi 381.496 kali transaksi dari 402.512 transaksi pada minggu sebelumnya.

BEI juga mencatat pada pekan kemarin, satu obligasi, yaitu obligasi berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap V Tahun 2018 dengan nilai nominal sebesar Rp1,5 miliar, Rabu (15/8). Total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang tahun 2018 adalah 61 emisi dari 41 perusahaan tercatat senilai Rp72,94 triliun.

Dengan pencatatan ini, maka total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 284 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp343,03 triliun dan US$ 0 juta, diterbitkan oleh 79 perusahaan tercatat. surat berharga negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 91 seri dengan nilai nominal Rp2.240,73 triliun dan US$ 200 juta. Sedangkan efek beragun aset (EBA) sebanyak 11 emisi senilai Rp10,87 triliun.