Tren Pelemahan IHSG - BEI Pastikan Dipicu Sentimen Krisis Turki

NERACA

Jakarta – Tren pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terjadi sejak Senin awal pekan hingga pembukaan perdagangan, Selasa (14/8) kemarin, masih dibuka melemah. Menurut Laksono W. Widodo, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, masalah yang terjadi tersebut dikarenakan adanya krisis Turki.

Pergerakan IHSG, kata Laksono, menjadi sangat dinamis tergantung pada perkembangan yang ada di Turki.”Memang agak tidak adil IHSG bisa turun sebanyak itu dibanding yang lain dalam satu hari. Mungkin karena likuiditas yang belum terlalu banyak juga," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Sampai akhir sesi pertama perdagangan hari ini, IHSG turun 25 poin atau 0,43% ke level 5.836,15. Disampaikan Laksono, kemarin banyak investor asing yang masih melakukan penjualan. Sementara investor lokal memilih untuk melakukan wait and see. Menurutnya, investor asing dan lokal masih enggan melakukan pembelian dengan kondisi yang masih belum pasti. Net sell asing Rp 473 miliar di pasar reguler, dan mencapai Rp 490 miliar di pasar keseluruhan. "Kemarin, kalau kami lihat, volumenya di bawah rata-rata biasanya sebesar Rp 8,8 triliun kemarin Rp 7,1 triliun," tambah Laksono.

Laksono mengatakan, sejauh ini pasar sudah kembali stabil meski belum terlihat adanya pola rebound. Dirinya memperkirakan, indeks bisa saja rebound. Dia juga meyakinkan, secara fundamental indeks masih belum memiliki masalah yang berarti. Beberapa antisipasi menurut Laksono bisa saja dilakukan oleh perusahaan-perusahaan seperti melakukan buyback karena harga masih cukup rendah.

Sebagai informasi, pada pembukaan perdagangan Selasa (14/8), IHSG dibuka melemah 10,52 poin atau 0,18% menjadi 5.850,71. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 2,61 poin atau 0,28% menjadi 920,61. Analis senior CSA Research Institue, Reza Priyambada mengatakan, investor masih bereaksi negatif terhadap gejolak ekonomi Turki sehingga meredam selera investasi untuk pasar negara berkembang.”Sebagian investor masih khawatir situasi di Turki dapat berdampak pada 'emerging market' di dunia termasuk Indonesia,"tuturnya.

Kendati demikian, menurut dia, komitmen pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional akan meredam kekhawatiran investor dan kembali masuk ke pasar saham domestik. Apalagi, harga saham saat ini relatif rendah sehingga potensi untuk diakumulasi.“Terbuka momentum bagi investor untuk mengakumulasi saham yang telah tertekan. Dengan kondisi ekonomi nasional yang tumbuh maka terbuka peluang bagi saham untuk kembali naik," katanya.

Kepala Riset Valbury Sekuritas, Alfiansyah mengatakan, tekanan global yang menjadi sentimen negatif diperkirakan mulai mereda pada perdagangan sehingga pelemahan IHSG tidak terlalu dalam.”Kepanikan investor mulai surut dan dapat memberikan peluang bagi indeks di kawasan Asia, termasuk IHSG untuk bergerak ke area positif," jelasnya.

 

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…