Oleh: Achmad Fuad
Mata uang Turki, Lira, Senin pagi ini (13/08/2018) menyentuh level 7,24 lira per dolar AS pada perdagangan Asia Pasifik. Level ni terendah sepanjang sejarah. Meski sempat rebound ke posisi 6,86 lira per dolar AS pada Minggu kemarin, setelah Menteri Keuangan Turki, Berat Albayrak yang juga menantu Erdogan, menyampaikan bahwa pemerintah telah menyusun rencana ekonomi yang akan di mulai pada Senin ini. Namun ternyata, lira kembali anjlok pagi ini. Lira telah kehilangan lebih dari 45 persen nilainya sepanjang tahun ini.
Rontoknya lira terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melaksanakan ‘perang dagang’ terhadap Turki dengan menetapkan kebijakan menggandakan tarif impor produk baja dan aluminium asal Turki. Kebijakan ini membuat mata uang lira melemah terhadap dolar AS hingga 18 persen. Presiden Turki, Tayyip Erdogan pun meminta masyarakat Turki agar menjual emas dan dolar AS simpanan mereka agar mendukung penguatan mata uang lira.
Sebenarnya, bukan hanya masalah ekonomi semata antara Turki dan AS yang membuat ekonomi Turki diambang krisis, tapi juga masalah geopolitik antara kedua kedua negara tersebut juga melandasi terjadinya hal ini. Makin lengketnya hubungan antara Turki dan Rusia, dan penahanan pastor Amerika bernama Andrew Brunson yang telah ditahan sejak Oktober 2016 dengan tuduhan melakukan aksi teror dan mata-mata, membuat hubungan Washington dengan Ankara semakin menegang.
Donald Trump menyebut penahanan Andrew Brunson tersebut sebagai aib yang luar biasa dan mendesak Erdogan membebaskan Brunson segera. Sementara Erdogan menyebut bahwa pihak-pihak yang telah gagal melakukan kudeta pada Juli 2016 silam, kini mencoba kembali menyerangnya melalui ekonomi. Erdogan menggambarkan kondisi itu sebagai perang ekonomi yang dilancarkan Trump terhadap Turki. AS sendiri merupakan tujuan ekspor baja terbesar Turki, yang mencapai 11 persen dari total volume ekspor.
Benarkah krisis Turki ini menujukkan karakter asli Amerika masa Trump dengan America First-nya, ‘menyerang’ siapa pun tanpa pandang bulu meskipun Turki adalah sekutu AS dalam NATO? Lalu, bagaimana dengan Indonesia, apakah krisis yang melanda Turki saat ini akan berimbas ke Indonesia? Apalagi AS baru saja meminta izin kepada WTO untuk menjatuhkan sanksi kepada Indonesia atas proteksi barang impor dari AS.
Turki merupakan negara tujuan ekspor non-migas ke-28 bagi Indonesia. Sebaliknya, Turki menjadi negara asal impor non-migas ke-33 bagi Indonesia. Nilai investasi Turki di Indonesia mencapai 1,5 juta dolar pada 2017.
Menurut data Kemendag, total perdagangan Indonesia-Turki pada tahun 2017 mencapai 1,7 miliar dolar AS. Nilai ekspor Indonesia mencapai 1,2 miliar dolar AS dengan produk utama karet, tekstil, dan minyak kelapa sawit. Adapun impor tahun lalu tercatat sebesar 534,1 juta dolar AS dengan komoditas utama seperti besi baja,tembakau, produk kimia, dan katun. Sementara tahun 2016, total perdagangan Indonesia dan Turki mencapai 1,33 miliar dolar AS dengan surplus bagi Indonesia sebesar 712,9 juta dolar AS.
Apakah krisis Turki ini akan mengganggu volume ekspor Indonesia ke negara tersebut? Apa hal ini juga akan mengganggu neraca perdagangan Indonesia secara signifikan?
Mungkinkah sentimen negatif dari krisis Turki juga mempengaruhi persepsi investor di Indonesia? Lantas, apa yang harus kita persiapkan untuk menjaga stabilitas ekonomi kita bila kemungkinan merembetnya krisis Turki ini ke Indonesia terjadi? (www.watyutink.com)
Oleh : Dhita Karuniawati, Penelitti di Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan…
Oleh: Nial Fitriani, Analis Ekonomi Politik Investor atau penanam modal mendukung penuh bagaimana penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…
Oleh : Attar Yafiq, Pemerhati Ekonomi Saat ini perekonomian global tengah diguncang oleh berbagai sektor seperti cuaca ekstrim,…
Oleh : Dhita Karuniawati, Penelitti di Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan…
Oleh: Nial Fitriani, Analis Ekonomi Politik Investor atau penanam modal mendukung penuh bagaimana penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…
Oleh : Attar Yafiq, Pemerhati Ekonomi Saat ini perekonomian global tengah diguncang oleh berbagai sektor seperti cuaca ekstrim,…