Dinamika Politik

 

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi

Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo

Dinamika politik pencapresan akhirnya terjawab ketika duet pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno dideklarasikan Kamis 9 Agustus kemarin. Di satu sisi rematch antara Jokowi – Prabowo memberikan signal positif karena pertarungannya bisa lebih mudah ditebak sehingga bisa diantisipasi iklim sospolnya. Sebaliknya, situasinya akan berubah dan berbeda jika petarung yang melawan Jokowi di pilpres 2019 bukanlah Prabowo karena kalkulasi politiknya jelas berbeda, begitu juga imbasnya terhadap iklim sospol. Oleh karena itu, peta persaingan di pilpres 2019 bisa lebih mudah ditebak dan hal ini bisa mereduksi berbagai kemungkinan intrik yang terjadi.

Di sisi lain, tidak tertutup kemungkinan pada pilpres 2019 akan terjadi pergeseran para penikmat demokrasi karena target sasaran yang menjadi bidikan kali ini adalah generasi milenial yang karakteristiknya melek teknologi, gadget mania, terkoneksi oleh internet dan peka terhadap perubahan informasi. Oleh karena itu, beralasan jika para pengamat politik menegaskan bahwa pemenang di pilpres 2019 adalah mereka yang mampu untuk merebut simpati generasi milenial dan mampu meyakinkannya terhadap perubahan di era demokrasi. Jadi, wajar jika muncul berbagai perang terbuka di medsos karena tidak bisa dipungkiri bahwa generasi milenial tidak bisa terlepas dari jerat medsos.

Urgensi terhadap suara generasi milenial untuk menang di pilpres 2019 maka beralasan jika Jokowi melakukan branding dengan menyasar segmen generasi milenial. Realita ini bisa terlihat dari gaya kasual yang ditampilkan Jokowi dalam berbagai kesempatan dan juga kedekatanya dengan kelompok anak muda, termasuk misalnya touring pendek yang dilakukannya dengan motor kustom beberapa waktu lalu. Selain itu, gaya blusukannya dengan memakai kaos oblong di sejumlah acara anak muda juga menjadi branding agar bisa merebut simpati dan suara anak muda di pilpres 2019. Oleh karena itu, pemilihan cawapresnya yaitu Ma’ruf Amin diyakini untuk merebut suara umat Islam dan hal ini dipresentasikan dengan figur ulama.

Begitu juga dengan Prabowo yang meyakini bahwa kemenangan di pilpres 2019 harus merebut simpati anak muda maka dipilihlah Sandiaga Uno yang mewakili karakteristik anak muda sukses, religius dan santun. Bahkan, Sandiaga Uno dengan santainya berujar bahwa kemenangan di pilpres 2019 harus juga merebut suara emak-emak yang kini juga ingin harga-harga terjangkau. Berbekal keyakinan untuk bisa merebut simpati dan suara dari generasi milenial maka beralasan jika pertarungan di pilpres 2019 adalah bagaimana tim sukses dari kedua capres ini menyusun strategi pemenangan yang melibatkan kaum muda secara total. Yang justru menjadi persoalan adalah bagaimana anak muda mampu merespons itu semua?

Argumen yang mendasari tidak bisa terlepas dari banyaknya berita OTT KPK selama semester I-2018 dan ironisnya terus berlanjut. Fakta ini dikhawatirkan memicu sentimen negatif terhadap kaum muda untuk memilih karena apatisme dan juga kejenuhan dalam melihat perkembangan – dinamika politik yang terjadi. Seolah tidak ada hari tanpa ada berita korupsi dan OTT tentu bisa menjerumuskan kehidupan demokrasi.

Selain itu fakta para koruptor yang menjadi selebritas dan jual beli fasilitas di lapas serta kemungkinan obral remisi untuk para koruptor juga menjadi ancaman terhadap persepsian generasi muda terhadap kehidupan demokrasi di republik ini. Bahkan, rentang waktu demokrasi dari pilkada serentak, pileg dan pilpres juga bisa menjemukan bagi generasi muda yang memiliki kecenderungan tidak ingin terkekang oleh ritme kehidupan demokrasi. Fakta ini menjadi tantangan bagi Jokowi – Ma’ruf Amin dan Prabowo – Sandiaga Uno agar rakyat dan generasi muda tetap mau datang ke TPS untuk memilih di pilpres 2019 nanti.

 

BERITA TERKAIT

Produk Keuangan Syariah

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah   Selain bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh keberkahan dan ampunan, bulan yang suci…

Gejolak Harga Beras

  Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta   Ada pemandangan aneh ketika kemarin rakyat rela…

Risiko Fiskal dalam Pembangunan Nasional

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Risiko dapat dimaknai sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang…

BERITA LAINNYA DI

Produk Keuangan Syariah

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah   Selain bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh keberkahan dan ampunan, bulan yang suci…

Gejolak Harga Beras

  Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta   Ada pemandangan aneh ketika kemarin rakyat rela…

Risiko Fiskal dalam Pembangunan Nasional

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Risiko dapat dimaknai sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang…