Tolak Reverse Stock ELTY - Investor Ritel Minta Keberpihakan Dari BEI

NERACA

Jakarta – Menuntut adanya keberpihakan otoritas pasar modal dan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terhadap investor ritel, investor yang tergabung dalam Forum Investor Penolak Reverse Stock ELTY (Forty) meminta otoritas bursa untuk menolak rencana penggabungan nilai nominal saham atau reverse stock ELTY. Pemegang saham ritel ELTY tersebut merasa dirugikan terhadap aksi korporasi perseroan mengelar penggabungan nilai nominal saham atau reverse stock.

Ketua Anggota Forty, Hidayat mengaku, sudah memberikan data-data terkait kejanggalan rencana reverse stock ELTY. "Kami sampaikan kondisi perusahaan dari sisi fundamental serta kejanggalan yang menunjukkan bahwa ELTY tidak layak untuk reverse stock dan tujuannya sangat dipaksakan,"ujarnya di Jakarta, kemarin.

Disampaikannya, ada kecurigaan terkait pinjaman yang diberikan Geo Link kepada ELTY. Geo Link merupakan kreditur dengan pagu pinjaman Rp 500 miliar, yang meminta perusahaan melakukan reverse stock. ELTY berencana menggelar reverse stock dengan rasio 10:1. Hidayat berharap BEI dan OJK menindaklanjuti, karena disinyalir banyak pelanggaran tata kelola perusahaan yang baik (GCG) dan pelanggaran hukum oleh manajemen.

Menurut Hidayat, BEI masih perlu mempelajari dugaan kerugian investor apabila reverse stock ELTY dilakukan. Dia berharap otoritas bursa segera memberi keputusan. Apalagi, dirinya menegaskan, banyak pelanggaran GCG dan hukum yang dilakukan perseroan bila aksi korporasi tersebut disetujui.

Di sisi lain, Forty sangat menyayangkan tindakan BEI karena tidak cepat tanggap untuk kasus ELTY ini, sedangkan untuk penolakan rencana aksi reverse stock PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) pihak BEI cukup cepat tanggap. Asal tahu saja, sebelumnya BEI telah merespons aksi penolakan reverse stock ARTI oleh investor ritel dengan melayangkan surat penundaan reverse stock kepada pihak manajemen ARTI.

Sebelumnya, Direktur Utama dan CEO ELTY, Ambono Janurianto pernah bilang, restrukturisasi utang yang akan dilakukan perseroan paska reverse stock nantinya berkontribusi pada performa keuangan perseroan. Selain itu, dirinya lebih memilih opsi untuk melakukan reverse stock dibandingkan dengan menjual aset perseroan.

Reverse stock juga menjadi syarat utama perseroan jika ingin melakukan kembali aksi korporasi pendanaan kedepannya, hal tersebut didasari oleh harga saham ELTY yang tidak likuid saat ini di angka Rp 50/saham,”Orang bilang reverse stock itu mempercantik harga saham, tapi kami melakukannya untuk mengoptimalisasi harga saham kedalam trading range yang baik. Kalau jual aset sama saja, utang lunas namun aset tidak ada akhirnya kami tidak bisa melakukan pengembangan dan tidak ada pertumbuhan kan," ujarnya.

Saat ini, rasio utang (debt) per EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation dan Amortization) perseroan memiliki rasio mencapai 1:14. Menurut manajemen reverse stock dapat mendorong restrukturisasi utang perseroan menjadi menurun hingga single digit dibandingkan dengan EBITDA.

 

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…