Koperasi di Zaman Now

 

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi

Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo

Pilpres 2019 yang menghadirkan rematch pertarungan ulang – klasik Jokowi – Prabowo memberikan tantangan berat bagi duet pasangan Jokowi – Ma’ruf Amin dan Prabowo – Sandiaga Uno, terutama di bidang ekonomi kerakyatan dan perkoperasian. Terkait ini, bagaimana kiprah koperasi di era now nampaknya menjadi pertanyaan yang menarik dikaji, tidak hanya mengacu potret persaingan yang semakin ketat tetapi juga komitmen terhadap kuantitas dan kualitas koperasi itu sendiri. Oleh karenanya pada peringatan ke-71 pergerakan koperasi bertema ‘Penguatan Koperasi Mendukung Ekonomi Nasional’ sejatinya ada banyak tantangan yang harus dihadapi koperasi agar tetap bisa survive dan berkembang. Pemerintah melalui Kemenkop UKM menargetkan di tahun 2018 berdiri 1.100 unit koperasi baru dengan ragam bidang yang dijalankan. Harapan ini nampaknya semakin berat terutama mengacu data jumlah koperasi yang dibubarkan pada tahun 2017 yaitu 40.013 unit. Kompleksitas dari pembubaran koperasi sejatinya tidak terlepas dari daya saing koperasi itu sendiri dan ini menjadi tantangan bagi Jokowi – Prabowo nanti.

Daya saing koperasi nampaknya menjadi salah satu isu penting terutama dikaitkan juga dengan pemberlakuan MEA dan persaingan di era now, baik dalam model offline atau online. Artinya semua kemampuan dari daya saing koperasi harus ditingkatkan agar bisa bersaing. Salah fakta yang mendukung pentingnya daya saing koperasi adalah jumlah keanggotaan yang cenderung semakin meningkat. Fakta ini menunjukan bahwa koperasi masih dipercaya sebagai bagian dari basis keuangan masyarakat. Oleh karena itu, era otda seharusnya memberikan peluang bagi pertumbuhan koperasi melalui berbagai unit usaha dan pengembangannya di daerah. Hal ini sangat dimungkinkan karena di era otda setiap daerah berkesempatan untuk mengembangkan semua potensi yang dimilikinya terutama untuk memacu PAD dan kesejahteraan masyarakat. Jadi, pemenang pilkada serentak kemarin menghadapi tantangan untuk pengembangan koperasi sebagai bagian dari komitmen pengembangan ekonomi di daerah dan sekaligus ini PR bagi capres.

Kekuatan

Adanya sinergi antara pergerakan perkoperasian dan kinerja perekonomian di daerah, maka ada beberapa faktor yang mendasari hal tersebut, pertama: tuntutan kemandirian daerah. Era otda yang saat ini semakin dihiasi dengan pemekaran daerah pada dasarnya adalah memberikan kesempatan bagi setiap daerah untuk mencapai tahap kemandirian di semua aspek, utamanya di aspek sosial ekonomi. Oleh karena itu, pencapaian tahapan ini dapat didukung dengan eksistensi koperasi di daerah. Hal ini mengindikasikan aspek pentingnya komitmen kepala daerah untuk bisa menumbuhkembangkan koperasi, tidak hanya dari aspek kuantitas tapi juga kualitas pergerakan perkoperasian. Jika tiap daerah mampu mewujudkannya, maka secara nasional tentu dapat tercipta akumulasi kualitas koperasi yang memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan anggota dan masyarakat.

Kedua: ketatnya persaingan sebagai konsekuensi era global. Tidak bisa dipungkiri saat ini semua pelaku usaha baik BUMN, swasta dan koperasi harus bersaing dengan semua pelaku usaha lainnya, tidak hanya dari dalam negeri tetapi juga luar negeri, apalagi jika dikaitkan pemberlakuan MEA yang ternyata juga memicu kebimbangan pelaku usaha. Alasan yang ada tidak lepas dari kasus Asean China Free Trade Agreement – ACFTA yang akhirnya justru berdampak negatif terhadap perdagangan domestik. Hal ini terlihat dari defisit neraca perdagangan, belum lagi kasus perang dagang AS – Tiongkok saat ini.

Ketiga: regulasi terkait perjanjian kerjasama lintas negara misalnya dalam bentuk Free Trade Agreement (FTA). Padahal FTA menuntut konsekuensi meningkatkan efisiensi - produktivitas sehingga menekan biaya produksi tanpa mengebiri kualitas dan juga nilai tambah. Persoalannya selama ini dunia usaha cenderung terbelit oleh problem ekonomi biaya tinggi sehingga tidak bisa bersaing di pasar global. Koperasi ternyata juga kian tidak mampu mensikapi tuntutan perubahan tersebut. Padahal, gerak dinamis koperasi semakin dibutuhkan untuk bisa mengantisipasi semua perubahan sosial ekonomi yang terjadi saat ini dan mendatang. Jadi, di era now tantangan koperasi semakin kompleks dan ini harus disikapi oleh kedua capres yaitu Jokowi - Prabowo.

Keempat: mengacu ketiga faktor diatas maka tuntutan utama bagi pergerakan koperasi ke depan adalah sikap proaktif. Alasan utama yang mendasari karena selama ini banyak koperasi yang tidak bisa melakukan jemput bola terhadap semua peluang yang ada dan hal ini juga diperparah oleh peran para pengurus yang kurang memiliki visi ke depan, sementara kepala daerah di era juga semakin tidak respons dengan koperasi. Oleh karena itu, tidak heran jika koperasi cenderung reaktif terhadap tuntutan semua perubahan yang ada. Jika sudah demikian, jangan harap koperasi bisa terus berkembang sebab ancaman yang ada hanyalah kondisi mati surinya koperasi. Terkait ini maka ke depan harus ada reorientasi pemikiran terhadap eksistensi perkoperasian dan ini tantangan kepala daerah baru hasil pilkada kemarin dan juga bagi kedua capres yang akan bertarung ulang.

Tantangan

Temuan berbagai kasus koperasi, termasuk berdalih investasi bodong yang terjadi tentu memberi tantangan bagi otoritas terkait agar dapat melakukan pencegahan sedari dini sehingga tidak semakin banyak masyarakat yang dirugikan akibat penyalahgunaan dari legalitas koperasi yang ada di masyarakat. Hal ini sekaligus menjadi tantangan kepala daerah yang menang di pilkada serentak kemarin agar tidak abai dengan koperasi dan memanfaatkan eksistensi koperasi di daerah sehingga bisa sinkron dengan komitmen pengembangan ekonomi kreatif. Bahkan, mungkin juga bersinergi dengan pemanfaatan dana desa yang diharapkan mampu menciptakan geliat ekonomi di daerah.

Jika diruntut ke belakang, harapan terhadap pengembangan dan pemberdayaan koperasi tidak bisa terlepas dari komitmen pembangunan di era otda yang mengacu kepada aspek pemetaan produk unggulan berbasis sumber daya lokal. Artinya, ketika setiap daerah di era otda mampu melakukan pemetaan dan penciptaan produk unggulan tentunya ini bisa memberikan peluang bagi koperasi di daerah untuk mengembangkan ekonomi berbasis sumber daya lokal di daerah tersebut. Kasus koperasi sampah yang menampung sampah dari masyarakat sekitar untuk diolah menjadi sumber ekonomi ternyata mampu merubah kehidupan dan perekonomian di suatu tempat. Artinya ada potensi di setiap daerah yang bisa digerakan dengan melibatkan koperasi di daerah tersebut untuk lebih mandiri.

BERITA TERKAIT

Tidak Ada Pihak yang Menolak Hasil Putusan Sidang MK

  Oleh : Dhita Karuniawati, Penelitti di Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia   Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan…

Investor Dukung Putusan MK dan Penetapan Hasil Pemilu 2024

  Oleh: Nial Fitriani, Analis Ekonomi Politik   Investor atau penanam modal mendukung penuh bagaimana penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Tetap Tinggi di 2024

  Oleh : Attar Yafiq, Pemerhati Ekonomi   Saat ini perekonomian global tengah diguncang oleh berbagai sektor seperti cuaca ekstrim,…

BERITA LAINNYA DI Opini

Tidak Ada Pihak yang Menolak Hasil Putusan Sidang MK

  Oleh : Dhita Karuniawati, Penelitti di Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia   Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan…

Investor Dukung Putusan MK dan Penetapan Hasil Pemilu 2024

  Oleh: Nial Fitriani, Analis Ekonomi Politik   Investor atau penanam modal mendukung penuh bagaimana penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Tetap Tinggi di 2024

  Oleh : Attar Yafiq, Pemerhati Ekonomi   Saat ini perekonomian global tengah diguncang oleh berbagai sektor seperti cuaca ekstrim,…