Fintech Belum Optimal Dorong Perekonomian

 

 

NERACA

 

Jakarta - Gebrakan industri finansial berbasis teknologi (financial technology/fintech) dalam beberapa tahun terakhir dinilai belum optimal untuk "menambal" sisa kebutuhan pembiayaan guna mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Erwin Haryono mengatakan untuk naik peringkat dari level negara berpendapatan menengah ke negara berpendapatan tinggi, Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi setidaknya 6,0 persen (year on year/yoy) setiap tahun.

Status naik kelas itu memang baru rencana untuk diraih dalam jangka panjang. Namun pertumbuhan 6,0 persen perlu diupayakan dari sekarang untuk memanfaatkan bonus demografi penduduk. Menurut Erwin, untuk mencapai angka pertumbuhan tersebut, dibutuhkan pertumbuhan pembiayaan pasar modal, perbankan dan juga korporasi pembiayaan (multifinance) sebesar 15 - 16 persen (yoy) per tahun. Saat ini, pertumbuhan pembiayaan dari tiga sektor keuangan konvensional tersebut baru mencapai 13 persen.

"'Fintech' diharapkan bisa memenuhi sekitarnya yakni tiga persen. Apakah Fintech bisa memberikan itu? Sejauh ini belum. 'Fintech' belum merevolusi industri keuangan. Tapi harapan kami sangat besar untuk 'Fintech' agar terus berkontribusi," katanya, seperti dikutip Antara, kemarin.

Dalam jangka pendek, kata Erwin, "Fintech" dapat dimanfaatkan untuk menambah akses produk dan jasa keuangan kepada masyarakat yang belum menikmati layanan industri keuangan. Maka dari itu pula, perkembangan "Fintech" harus diakomodir dengan peraturan yang tidak mengekang namun tetap memenuhi aspek kehati-hatian. "Harus dipastikan 'Fintech' jadi industri yang 'suistain' (berkelanjutan)," ujarnya.

Menurut Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo ) Lis Lestari Sutjiati, industri "fintech" dapat meningkatkan jumlah penduduk yang terakses layanan keuangan. Setidaknya dari target 75 persen jumlah penduduk "melek" layanan keuangan, "Fintech" dapat menyumbang 16 persennya. Salah satu caranya dengan aksesibilitas "Fintech" yang dapat dengan mudah digunakan melalui ponsel pintar. Dengan begitu, "Fintech" diharapkan dapat memberikan layanan keuangan bagi masyarakat di daerah terluar dan terdepan.

Hingga saat ini, terdapat 350 perusahaan "Fintech" yang tercatat di Indonesia. Dari angka tersebut, tiga persen di antaranya bergerak di bidang asuransi dan empat persen fokus di bidang penambahan modal (capital raising). Kemudian, 11 persen bergerak di sektor manajemen investasi dan 11 persen di "market provisioning". Sedangkan, 32 persen di bagian deposit dan pinjaman.

 

 

BERITA TERKAIT

Kredit Perbankan Meningkat 12,40%

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…

Bank Saqu Catat Jumlah Nasabah Capai 500 Ribu

    NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…

Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD untuk Dukung Transaksi Non Tunai

    NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Kredit Perbankan Meningkat 12,40%

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…

Bank Saqu Catat Jumlah Nasabah Capai 500 Ribu

    NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…

Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD untuk Dukung Transaksi Non Tunai

    NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…