Ekonomi Halal Mampu Jadi Pendorong Pertumbuhan Global

NERACA
Jakarta - Untuk mendorong perbaikan defisit transaksi berjalan, ekspor harus terus dapat ditingkatkan. Untuk itu pemerintah harus dapat secara maksimal memanfaatkan berbagai peluang untuk meningkatkan komoditas untuk diekspor. Pemerintah harus secara jeli dan cermat dapat memantau komoditas yang permintaannya tinggi, salah satu diantaranya adalah permintaan akan produk halal. Demikian dikatakan Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro saat ditemui di kantornya Jumat (27/7). 
Menurut Bambang berdasarkan data dari Halal Industry Development Corporation (2016) diperkirakan besaran pasar produk dan jasa halal mencapai US$ 2,3 triliun. Produk dan jasa halal ini mencakup beberapa sektor di antaranya yaitu, makanan, bahan dan zat additive, kosmetik, makanan hewan, obat-obatan dan vaksin,  keuangan syariah, farmasi, dan logistik. Potensi produk halal terbesar meliputi sektor industri makanan, minuman dan turunannya, sektor industri farmasi, dan sektor industri kosmetika. Potensi produk dan jasa halal ini merupakan bagian dari penyusunan ekonomi halal. 
Menurut Bambang ekonomi halal merupakan sebuah arus perekonomian baru yang berpotensi mampu mendorong pertumbuhan ekonomi global. Potensi tersebut dapat dilihat dari, pertama, semakn meningkatnnya pertumbuhan populasi muslim dunia yang diperkirakan akan mencapai 27,5 persen dari total populasi dunia pada tahun 2030. Kedua, meningkatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara muslim. Ketiga, munculnya pasar halal potensial seperti Cina dan India.
Mengingat besarnya potensi ini, maka seluruh pihak baik pemerintah, pelaku bisnis, maupun masyarakat secara umum turut berupaya untuk menangkap potensi pasar ini. Bambang menambahkan jika melihat data dari Comtrade tahun 2017, peran ekspor produk halal Indonesia mencapai 21% dari total ekspor secara keseluruhan. Walaupun besaran peran tersebut masih relatif kecil, namun perkembangan ekspor produk halal Indonesia mengalami peningkatan sebesar 19% dari tahun 2016. Di masa mendatang, peran ekspor produk halal ini harus ditingkatkan. "Dalam hal ini, kita harus dapat meningkatkan ekspor produk dengan memaksimalkan pemanfaatan permintaan dari negara tujuan ekspor produk halal serta potensi ke negara anggota OKI seperti Mesir dan UAE," ujar Bambang. 
Terkait dengan arus perekonomian baru ini, menurut Bambang Indonesia berpeluang menjadi pasar produk halal terbesar di dunia sekaligus menjadi produsen produk halal. Hal ini dikarenakan Indonesia berada di posisi strategis bagi halal superhighway link dalam Global halal supply chain. Strategi-strategi di sektor perdagangan dan upaya untuk diversifikasi produk perlu difokuskan pada beberapa pasar tujuan potensial produk halal. Selain itu peningkatan kualitas dan kuantitas produk yang didapatkan perlu juga untuk diperhatikan agar mampu meningkatkan ekspor produksi barang dan jasa halal Indonesia.       
Bambang juga menilai potensi segmen lain industri halal yang dapat dikembangkan oleh Indonesia adalah segmen pariwisata halal yang saat ini tengah populer dan menjadi fenomena di kalangan pelaku industri pariwisata. Pariwisata halal merupakan segmen yang terus berkembang secara global. Sejak tahun 2011, muslim traveler memiliki pengeluaran terbesar dunia pada sektor pariwisata, yang besarnya mencapai USD 120 miliar pada tahun 2015, dimana pertumbuhan wisatawan muslim meningkat hingga 6,3%.
Pada saat yang sama wisatawan Indonesia meningkat lebih tinggi dan mencapai pertumbuhan sebesar 10,3%. Pengeluaran traveler muslim global ini cenderung terus meningkat, dimana tahun 2016 telah mencapai USD 169 miliar, dan diperkirakan akan mencapai USD 283 miliar pada tahun 2022. Terkait dengan hal ini, data pariwisata global saat ini menunjukkan Indonesia menempati peringkat ke-4 (empat) sebagai turis muslim terbesar, yang pengeluarannya mencapai USD 9.7 miliar, atau setara dengan Rp 141 triliun, dengan total turis domestik sebesar 200 juta orang. 
Sebagai negara kepulauan terbesar dengan lebih dari 17.000 pulau, 300 suku, 746 bahasa dan dialek, serta lebih dari 800.000 ribu mesjiid, Indonesia berpotensi besar untuk terus berkontrbusi meningkatkan pendapatan negara melalui muslim friendly tourism. Saat ini Indonesia telah masuk dalam kategori Top 5 destinasi pariwisata halal dunia. Dengan penerimaan devisa negara mencapa USD 13 miliar, dan berkontribusi kepada PDB kita sebesar USD 57.9 miliar (UNWTO Hghlights, 2016). Dalam hal ini, telah terjadi peningkatan kedatangan wisatawan Timur Tengah, dimana terjadi peningkatan sebesar 32% pada tahun 2016. 
Pada tahun 2020, sektor pariwisata diproyeksikan menjadi kontributor terbesar bagi penerimaan devisa negara. Peningkatan ini merupakan hasil positif dari akselerasi halal tourism di beberapa destinasi wisata Indonesia seperti Lombok, Padang, Aceh, Bangka Belitung, Jakarta, dan Maluku Utara. Selain itu, atraksi yang unik serta sarana yang memadai telah mendukung secara signifikan pada peningkatan pariwisata halal.         

BERITA TERKAIT

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…