Peduli Kelangkaan Air di Gunungkidul - ACT Suplai 200 Tangki Air dan Wakaf Sumur

Menyadari air menjadi kebutuhan hidup umat manusia, maka sangatlah berharga setetes air bagi mereka yang tertimpa musibah kelangkaan mendapatkan air yang layak. Hal inipula yang dialami masyarakat di Gnungkidul yang kesulitan dan langka mendapatkan sumber air bersih untuk menunjang kebutuhan mereka seperti minum dan mandi. Berangkat dari semangat kepedulian dan berbagi, Aksi Cepat Tanggang (ACT) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bergerak mengatasi permasalahan kelangkaan air bersih di Gunungkidul. Program yang kini sedang dijalankan ACT DIY yakni dropping air bersih dan pembangunan sumur wakaf dari Global Wakaf ACT.

Upaya dropping air bersih merupakan program yang dilakukan ACT DIY sejak setahun lalu. Air bersih dikirimkan ke desa-desa terdampak kekeringan dengan menggunakan armada truk tangki berkapasitas 5000 liter. Kepala Cabang ACT DIY, Agus Budi Hariyadi dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin menuturkan, dropping air bersih di Gunungkidul dilakukan kembali mulai Rabu (25/7) pekan ini. Tahap awal sebanyak 200 truk tangki dan akan ditambah sesuai kebutuhan. Berdasarkan pendataan awal yang telah dilakukan, tempat-tempat yang menjadi sasaran awal dropping air bersih adalah kecamatan Girisubo, Semanu, Paliyan, Ponjong dan Gedangsari.”Harapannya semoga satu truk tangki dapat mencukupi kebutuhan sebanyak 30-50 KK untuk satu pekan,” ujar Kharis Pradana selaku penanggung jawab program Dropping Air Bersih dan Wakaf Sumur Global Wakaf ACT.

Sementara itu, selain ikhtiar melakukan dropping air bersih, upaya lain yang dilakukan adalah menyiapkan program Wakaf Sumur. Kharis mengatakan, Wakaf Sumur merupakan program jangka panjang Global Wakaf ACT DIY. Lewat amanah para pewakaf, dana wakaf digunakan untuk membangun sumur bor di titik-titik rawan kekeringan di Gunungkidul."Kami berharap dengan adanya program Dropping Air Bersih dan Wakaf Sumur, masyarakat Gunungkidul perlahan dapat dimudahkan masalahnya. Terutama untuk masalah air bersih yang telah melanda sejak beberapa bulan terakhir,“ tambah Kharis.

Sampai saat ini, program Wakaf Sumur Global Wakaf ACT di Yogyakarta telah berjalan di delapan titik. Satu titik berada di wilayah Kota dan tujuh titik lainnya berada di Kabupaten Gunungkidul."Global Wakaf ACT DIY berkomitmen untuk terus membangun dua sampai empat Wakaf Sumur setiap bulan di wilayah DIY. Semoga dengan adanya Wakaf Sumur permasalahan kekeringan dan ketersediaan air bersih di Yogyakarta, khususnya di Gunungkidul dapat teratasi,”kata Kharis.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan musim kemarau pada 2018 sudah dimulai di bulan April dan kemungkinan akan berakhir di Bulan September mendatang. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ketika kemarau tiba, biasanya, masyarakat Gunungkidul hanya mengandalkan belik (mata air sungai) yang jauhnya sekitar dua kilometer dari pemukiman. Air yang diambil dari mata air sungai pun hanya digunakan seperlunya untuk kebutuhan cuci rumah tangga dan untuk minum ternak. Kondisi sulit air tentu mengganggu aktivitas masyarakat dan produktifitas peternakan mereka.

Sementara Suhadi, lurah desa Pacarejo mengungkapkan, saat ini masyarakat di fesa Pacarejo, Semanu mengandalkan sumur galian yang sudah mulai mengering. Sebagiannya sudah membeli air dan bahkan sejak awal bulan Juli kemarin. Sebagian lagi bertahan dengan mengambil air dari jeriken di dusun sebelah.

 

Melanda 11 Kecamatan

 

Sebagai informasi, berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) menyebutkan, bencana kekeringan akibat musim kemarau melanda 11 kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. BNPB mencatat sebanyak 32.607 kepala keluarga di daerah tersebut terkena dampak kekeringan,”Meskipun musim kemarau baru memasuki periode awal namun faktanya beberapa daerah mulai mengalami kekeringan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB,  Sutopo Purwo Nugroho.

Sebelas kecamatan terdampak yakni Girisubo sebanyak 4.572 KK, Ngelipar 1.853 KK atau 5.637 jiwa, Paliyan 6.014 KK atau 20.769 jiwa, Panggang 1.232 KK atau 4677 jiwa. Kemudian Kecamatan Purwosari sebanyak 912 KK atau 3390 jiwa, Rongkop 3820 KK atau 11.800 jiwa, Tanjungsari 3.100 KK atau 11186 jiwa, Tepus 8.232 KK atau 32.851 jiwa, Ponjong 766 KK atau 2.765 jiwa, Gedangsari 1.106 KK atau 3448 jiwa, dan Ngawen yang masih dalam tahap pendataan.

Menanggapi hal tersebut, Sutopo menjelaskan, BPBD Gunungkidul telah mendistribusikan 24 tangki air bersih dengan masing-masing kapasitas 5.000 liter dalam setiap harinya. Upaya pendistribusian air bersih itu telah dilakukan sejak 4 Juni hingga saat ini.”Masyarakat kekurangan air bersih sehingga mengharapkan bantuan pengadaan air bersih," kata dia.

Selain di Gunungkidul, kekeringan juga mulai terjadi di beberapa wilayah di Jawa Timur dan Jawa Tengah. "Diperkirakan kemarau akan berlangsung hingga Oktober mendatang sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah terkait penyediaan air bersih," jelasnya.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Ikuti Instruksi Boikot dari MUI - Produk Terafiliasi Bisa di Akses Via Web dan Aplikasi

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan tidak punya otoritas mengeluarkan daftar produk terafiliasi Israel, namun tetap mendorong konsumen Muslim agar aktif…

Gelar Charity Program di Panti - Sharp Greenerator Tularkan Kepedulian Lingkungan

Membangun kepedulian pada lingkungan sejak dini menjadi komitmen PT Sharp Electronics Indonesia. Kali ini melalui Sharp Greenerator komunitas anak muda…

Melawan Perubahan Iklim dengan Sedekah Pohon

Momentum Ramadan sebagai bulan yang pernuh berkah tidak hanya menyerukan untuk berbagi kepada sesama, tetapi juga pada lingkungan. Hal inilah…

BERITA LAINNYA DI CSR

Ikuti Instruksi Boikot dari MUI - Produk Terafiliasi Bisa di Akses Via Web dan Aplikasi

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan tidak punya otoritas mengeluarkan daftar produk terafiliasi Israel, namun tetap mendorong konsumen Muslim agar aktif…

Gelar Charity Program di Panti - Sharp Greenerator Tularkan Kepedulian Lingkungan

Membangun kepedulian pada lingkungan sejak dini menjadi komitmen PT Sharp Electronics Indonesia. Kali ini melalui Sharp Greenerator komunitas anak muda…

Melawan Perubahan Iklim dengan Sedekah Pohon

Momentum Ramadan sebagai bulan yang pernuh berkah tidak hanya menyerukan untuk berbagi kepada sesama, tetapi juga pada lingkungan. Hal inilah…