Australia Apresiasi Sistem Biosecurity Budidaya Udang RI

NERACA

Jakarta – Pemerintah Australia melalui Departemen Pertanian dan Sumberdaya Air (Department of Agriculture and Water Resources/DAWR) memberikan apresiasi terhadap pengelolaan sistem produksi budidaya udang yang diterapkan di Indonesia. Mereka menilai penerapan  biosecurity, pengelolaan limbah, dan ketelusuran produk pada sistem produksi budidaya udang telah dilakukan dengan sangat baik. Hasil kunjungan tersebut juga memberikan gambaran positif tentang pelaksanaan biosecurity secara nasional.

Demikian kesimpulan saat closing meeting hasil kunjungan lapang yang dilakukan Tim DAWR pada hatcery PT. Prima Larvae, Tambak udang dan Unit Processing PT. Indokom di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung belum lama ini. Kunjungan juga dilakukan ke UPT Karantina Ikan dan DKP Provinsi Lampung.

Sebelumnya selama periode 2-6 Juli 2018, Pemerintah Australia melakukan tinjauan langsung untuk melihat sejauhmana penerapan sistem produksi pada unit usaha budidaya udang di beberapa negara eksportir udang, termasuk Indonesia mulai dari perbenihan, pembesaran, penanganan panen hingga pengolahan produk.

Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan salah satu pemasok udang ke negara tersebut. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor udang Indonesia ke Australia mencapai USD 370.969 dan memberikan share sebesar 0,03 persen terhadap seluruh pengapalan produk ke seluruh dunia.

Menurut ketua tim familiarisation DAWR, Dr. June Liu, pihaknya melakukan kunjungan langsung ke beberapa negara eksportir sebagai respon atas munculnya wabah white spot disease di pertambakan Australia dan diduga masuk terbawa dari udang yang dijadikan umpan pemancingan ikan. Untuk itu pihaknya perlu mengklarifikasi dengan melakukan tinjauan implementasi sistem mutu khususnya konsistensi penerapan biosecurity pada level on farm di negara eksportir tersebut termasuk Indonesia

Ditambahkannya, bahwa Pemerintah Australia sangat konsisten dalam penerapan biosecurity yang ketat pada produk perikanan guna menjamin keamanan pangan dan keamanan hayati. Menurutnya Liu,  di dalam struktur DAWR sendiri ada divisi khusus yang tangani masalah biosecurity yakni Biosec Animal. Pihaknya juga ketat dalam menerapkan penilaian import atas produk hewan termasuk udang.

"Kami menyatakan kepuasan atas upaya pengelolaan sistem budidaya yang dilakukan unit usaha udang Indonesia. Utamanya bagaimana mereka konsisten menerapkan biosecurity, pengelolaan limbah dan menjamin kualitas lingkungan secara baik. Tentunya kami berharap hal serupa juga konsisten dilakukan oleh unit usaha budidaya di seluruh Indonesia."

"Ke depan tidak menutup kemungkinan bagi kedua negara  menjalin kerjasama dalam rangka sharing informasi terkait pengelolaan manajemen mutu dan keamanan pangan bagi produk perikanan budidaya, disamping kerjasama dalam upaya meningkatkan pemenuhan persyaratan produk udang asal Indonesia,"  ungkap Liu.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto dalam keterangannya di Jakarta, Senin (23/7) menyatakan bahwa penilaian positif tim DAWR tentunya diharapkan akan kembali meningkatkan jaminan keberterimaan produk udang di pasar Australia, sehingga volume ekspor Indonesia ke negeri kanguru tersebut bisa terus digenjot. 

Slamet juga memastikan bahwa pengelolaan sistem produksi budidaya terutama mulai pemilihan benih bermutu, penerapan biosecurity, pengendalian penggunaan antibiotik dan pelarangan bahan berbahaya lainnya, penataan sistem tata letak tambak, pengelolaan limbah hingga pengendalian lingkungan telah menjadi kebijakan nasional yang mutlak diterapkan di setiap unit budidaya guna menjamin food safety dan sustainability.

Salah satu bentuk konsistensinya, saat ini KKP telah mengeluarkan kebijakan pengembangan budidaya udang berkelanjutan berbasis klaster di seluruh Indonesia. Ia menegaskan konsep klaterisasi kawasan berkelanjutan adalah bentuk upaya dalam memperketat sistem biosecurity dan mendorong manajemen secara kolektif dan terintegrasi, dengan demikian aspek ketelurusan lebih efektif dan keberlanjutan lingkungan dan usaha budidaya lebih terjamin.

Di samping itu, berkaitan dengan regulasi sistem mutu dan keamanan pangan di level on farm, KKP tengah melakukan penggabungan berbagai standar seperti Cara Perbenihan Ikan yang Baik (CPIB), Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), dan Cara Pembuatan Pakan Ikan yang Baik (CPPIB) ke dalam satu standar yang lebih komprehensif yakni Indonesian Good Aquaculture Practice (Indo GAP).

BERITA TERKAIT

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

BERITA LAINNYA DI Industri

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…