Belasan Juta Keluarga Belum Rumah - Kesempatan Pengusaha Dorong Masyarakat Miliki Properti

NERACA

Jakarta –  Survei pasar properti online yang dilakukan iProperti Group mengungkapkan, kebutuhan properti dan perumahan di Indonesia terus meningkat. Survey itu juga menunjukkan 78% dari total jumlah penduduk Indonesia sekitar 240 juta jiwa telah menempati properti yang layak sebagai tempat tinggal. Sementara sisanya sebesar 21% atau sekitar 13 juta keluarga belum menempati properti pribadi milik mereka sendiri.

Survei yang dilakukan oleh portal properti terkemuka di bawah iProperti Group Indonesia yaitu portal rumah123.com dan rumahdanproperti.com itu juga menunjukkan bahwa mayoritas dari penduduk Indonesia yang disurvei telah memiliki rumah yaitu sebesar 91,2%, sementara 4,9% lainnya memiliki apartemen. Jenis properti lain, seperti perumahan yang disubsidi oleh pemerintah, hotel dan ruko, hanya dipilih oleh sebagian kecil masyarakat Indonesia.

"Hal yang menarik yang didapat dari survey ini, bahwa sebesar 33,6% dari mereka yang disurvei memiliki satu atau lebih properti. Prosentase yang lebih kecil dibandingkan dengan negara lain, misalnya Malaysia. Sebesar 40% penduduk Malaysia memiliki dua atau lebih properti, dan merupakan proporsi yang lebih tinggi dibandingkan di negara lain," kata Shaun Di Gregorio, CEO dari iProperti Group dalam siaran persnya, Rabu.

Survey Bank Indonesia di 14 kota menunjukkan pasokan properti perumahan ditemukan melampaui permintaan, dan tren ini diperkirakan akan terus berlanjut sampai tahun 2012. Namun survei iProperti Group Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan penduduk Indonesia yang menganggap kebutuhan untuk memiliki properti pribadi sampai saat ini belum menjadi prioritas utama bagi mereka. "Ini adalah kesempatan yang baik bagi para pengusaha properti untuk mendorong masyarakat Indonesia memiliki properti sebagai investasi untuk jangka panjang," tambah Di Gregorio.

Faktor Lokasi

Berdasarkan survei tersebut, penentuan keputusan untuk memiliki suatu properti bagi penduduk Indonesia dan Malaysia dipengaruhi oleh lokasi properti, yang kemudian disusul oleh harga properti. Sementara, berlaku sebaliknya, penduduk di Singapura dan Hong Kong lebih mempertimbangkan harga properti dibandingkan lokasi properti. Faktor inilah yang cukup membedakan preferensi pilihan penduduk di negara yang mencakup wilayah yang luas, yaitu Indonesia dan Malaysia, dengan penduduk di negara yang memiliki cakupan wilayah yang tidak terlalu luas, yaitu Singapura dan Hong Kong.

Dibandingkan Singapura, Malaysia dan Hong Kong, Indonesia masih menempati urutan terendah dalam preferensi pembelian properti sebagai bentuk investasi yang disewakan. Motivasi kepemilikan properti di Indonesia saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh alasan kepemilikan properti pribadi, kemudian diikuti oleh Hong Kong. Penduduk Malaysia memiliki ketertarikan pada properti sebagai investasi yang dapat dijual kembali. Sementara hampir 40% dari penduduk yang menjadi peserta survei di Singapura tertarik pada pendapatan sewa dari properti mereka, meskipun sektor sewa relatif kecil.

Para peserta survei di Indonesia memiliki minat yang masih sangat sedikit untuk berencana membeli properti di luar negeri. Survei menunjukkan preferensi masyarakat Indonesia untuk membeli properti lokal masih menjadi prioritas daripada membeli properti di luar negeri Namun apabila mereka punya keinginan untuk membeli properti di negara lain, Singapura adalah lokasi yang paling diinginkan untuk hal tersebut. Posisi kedua diduduki oleh Australia sebagai lokasi properti di luar negeri yang ingin dimiliki oleh peserta survei.

Meskipun terdapat angin segar bagi para pembeli domestik, namun hal tersebut tidak berlaku bagi para pembeli asing di Indonesia. Adanya pembatasan kepemilikan properti untuk orang asing menjadi faktor yang kurang menguntungkan bagi para pembeli asing yang ingin melakukan investasi di Indonesia. Warga asing di Indonesia tidak dapat memiliki properti sendiri. Mereka hanya dapat memiliki sewa jangka panjang atau memperoleh tanah melalui individu yang diangkat atau perusahaan investasi asing (Penanaman Modal Asing atau PMA).

Tumbuh 12%

Sebelumnya, Shaun Di Gregario juga mengungkapkan, di tengah kecamuk krisis keuangan yang membelit perekonomian dunia saat ini, para pelaku usaha di sektor properti justru mengaku masih optimis dengan penjualan properti di Indonesia yang diperkirakan mampu tumbuh hingga 12% pada 2012 ini. Alasannya, fundamental ekonomi Indonesia dinilai masih sangat kokoh menahan gempuran krisis dunia sehingga gonjang-ganjing ekonomi internasional tidak bakal berpengaruh bayak pada pasar properti di tanah air.

“Pasar properti pasti akan dipengaruhi regional. Namun isu krisis ekonomi di Indonesia tidak seperti di Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang belum diselesaikan dan masih penuh ketidakpastian.. Demand juga cukup bagus. Bahkan fokus investor kini tertuju ke Asia Tenggara. Kami perkirakan pasar properti akan masih berkembang hingga 2014. Tahun ini bisa tumbuh 10-12%, meskipun belum tahu bagaimana krisis dunia ke depan,” ungkap Di Gregario.

Menurut dia, Indonesia cukup kuat dalam menahan badai krisis, tidak seperti di AS dan Eropa yang kini perekonomiannya tengah terombang-ambing. Kendati dia memprediksi pasar properti tidak secemerlang 2011 yang dapat tumbuh hingga 11%, dia meyakini perkembangan properti terus meningkat di 2012. “Kita pasti ikut meningkat 2012 ini tapi tidak secepat 2011. Pergerakan sektor properti menuju arah pasar menengah ke bawah. Pengembang juga fokus dari premium ke kelas menengah ke bawah. Pada 2011 masyarakat menengah ke bawah bisa masuk pasar properti,” terangnya.

Pada 2007, lanjut Gregario, bisnis properti di Indonesia mulai berkembang. Sementara empat tahun kemudian, pada 2011, perkembangan industri properti mengalami masa keemasan. Padahal, kata Shaun, di beberapa negara seperti Hongkong dan Singapura, pemerintah pemerintah setempat tengah melakukan pengereman kepemilikan properti karena pemerintah tidak mau spekulasi dengan bahaya krisis ekonomi.

“Krisis Eropa akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan properti dunia akan terkoreksi. Tapi di Indonesia, kendati tidak dapat dipastikan, tapi trennya akan positif. Ini meningkatkan gairah para investor ke indonesia. Saya setuju pemerintah tidak bisa sendirian untuk menjalankan pasar properti, tapi kita harap pemerintah bisa terus membantu masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Karena pemerintah bisa mendorong properti lewat regulasi. Termasuk dengan bunga rendah dan harga yang rendah,” ujarnya.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…