Pasar Ban Indonesia Masih Menjanjikan - Marshal Siap Bangun Pabrik

 

Kondisi pasar ban dalam negeri diwarnai oleh ekspor ke berbagai negara, namun di sisi lain masih melakukan impor dari beberapa  negara guna melengkapi produk  ban yang diperdagangkan di Indonesia. Pasar Indonesia  dinilai masih menjanjikan, produsen ban Korsel  berminat bangun pabrik  di Indonesia.

 

Neraca. GM Sales and Marketing PT Marshal Tire Indonesia (MTI) John M. Arsyad mengatakan pasar ban mobil di Indonesia terdiri dari produk lokal sebanyak  12,5 juta unit dan produk impor sedikitnya  3,5 juta unit.

“Produk lokal lebih dominan di pasar dalam negeri,” katanya.

Menurut dia, pemain yang bergerak di perdagangan ban impor sedikitnya  70 perusahaan, dan pasarnya bertumbuh dengan 6%-10% per tahun.

PT MTI yang merupakan pemain baru di perdagangan ban impor, katanya, baru mengantongi perizinan sejak Agustus 2011.

“Kami tengah menyiapkan jaringan pemasaran terutama di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek),” katanya kepada Neraca pekan ini.

Menurut John, dia optimistis akan mulai mengimpor ban mulai Maret 2012. Ban Marshal yang akan diimpornya adalah produk dari Kumho Tire Co yang berasal dari Korea Selatan. Perusahaan ini memiliki  pabrik di berbagai negara a.l. di Korea Selatan, Vietnam dan China.

Dia mengatakan akan mengimpor sedikitnya 150.000-200.000 unit ban per tahun.

“Kami akan melihat kondisi pemasarannya dalam tiga tahun ke depan,” katanya.

Apabila prospek pasarnya cukup cerah, bukan tidak mungkin akan dibangun pabrik di Indonesia dengan merk Marshal.

Dia optimistis pasar ban di dalam negeri akan semakin tumbuh sejalan dengan semakin meningkatnya penjualan mobil  niaga dan mobil penumpang di dalam negeri.

Selama ini Kumho menggarap pasar ban baik untuk kendaraan komersial maupun mobil konsumer.  Menurut dia, kendaraan komersial terdiri dari perusahaan angkutan barang, bus, tambang, tangki dan dump truck. Sedangkan untuk segmen kendaraan penumpang terdiri dari  mobil on-road dan off-road.

Dia mengatakan apabila dalam tes pasar selama tiga tahun menunjukkan tren yang baik, bukan tidak mungkin pihaknya akan mendirikan pabrik di Indonesia menggunakan lisensi dari Kumho  Tire (Marshal).

John mengatakan untuk bisa memproduksi ban dengan kapasitas  25.000-30.000 unit ban per hari diperkirakan  memerlukan biaya US$50 juta-US$60 juta (sekitar Rp 600 miliar). Pabrik sebesar itu memerlukan  lahan sekitar 40 ha dan sekitar 1.200 orang karyawan.

“Itu sudah termasuk fasilitas technical support,” katanya.

John mengatakan pihak pimpinan Kumho Tire sudah  pernah datang ke Jakarta dan siap mendukung strategi pemasaran yang dilakukan oleh PT MTI. Strategi pemasaran yang dimaksudkannya adalah pelayanan purnajual  yang seperti  yang dilakukan pabrikan besar.

Lokal Dominan

Sementara itu, Nicolaas Wiryadinata, Pirelli Representative Indonesia mengatakan kondisi  pasar dalam negeri lebih didominasi oleh produk lokal yang mencapai 50 juta unit pada tahun lalu. Dari jumlah tersebut, yang terserap pasar lokal adalah sebanyak  25%, sedangkan sisanya diekspor.

Menurut Nico, meskipun Indonesia banyak mengekspor  ban  ke luar negeri, namun masih melakukan impor produk-produk tertentu sebagai alternatif bagi produk ban yang tidak diproduksi di dalam negeri.

“Meskipun Indonesia mengekspor ban, namun untuk produk tertentu masih diimpor,” katanya.

Dia mengatakan bahwa Pirelli mengimpor produk ban  tinggi yang tidak diproduksi di Indonesia seperti  mobil penumpang dengan diameter 26 inchi sampai 28 inchi. “Produk itu tidak diproduksi di dalam negeri,” katanya.

Menurut dia, produsen ban yang mempunyai basis produksi di berbagai negara membagi ukuran ban produksinya berdasarkan ukuran tertentu. Misalnya di Indonesia diproduksi ban berukuran 23-24 inchi, lalu di Thailand untuk ban berukuran  25 inchi-28 inchi dan sebagainya.

“Karena itu, bisa dipahami apabila perusahaan produsen itu juga yang melakukan importasi ban dari negara lainnya untuk ukuran yang tidak diproduksi di Indonesia,” katanya.

Nico mengatakan bawah Indonesia masih menjadi daya tarik bagi industri ban di negara maju untuk  merelokasi pabriknya.  Hal itu karena Indonesia salah satu  produsen karet terbesar di dunia, dan di sisi lain  tenaga kerjanya bisa diperoleh dengan upah yang relatif bersaing. Selain itu, pasar otomotif di Indonesia juga semakin berkembang sejalan dengan kemajuan ekonomi yang dicapai dengan investment grade yang diperoleh dari lembaga pemeringkat  seperti Fitch dan Moody s.

Sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat atau Eropa, selain bahan bakunya harus diimpor juga upah tenaga kerjanya sudah tidak murah lagi.

Antidumping ke China

Menurut Nico, Presiden AS Barack Obama  pada 2009 memberlakukan UU Antidumping terhadap produk ban China.  Menurut dia, kebijakan Obama itu menguntungkan Indonesia, karena dengan terkenanya antidumping terhadap China maka investor melirik Indonesia sebagai negara tujuan investasi.

Ketika itu, eksportir China menghadapi program tarif tiga tahun potensial yang didukung oleh Internasional Trade Commission (ITC) pada 2009 yang merekomendasikan kewajiban setinggi 55% pada tahun pertama, 45% pada tahun kedua, dan 35% pada tahun ketiga.

ITC menemukan antara tahun 2004 hingga akhir 2008, volume impor ban dari China meningkat 215%, sementara produksi dari industri ban AS (Amerika Serikat) jatuh 26%, penjualan bersih turun 28%, dan lebih dari 5.000 lapangan pekerjaan domestik hilang.

Kasus tersebut diajukan oleh United Steelworkers (USW) pada April lalu dalam Bab 421 Undang-Undang Perdagangan 1974, yang mana membolehkan pemerintah AS menentukan apakah suatu produk dapat diimpor dari China yang kuantitasnya bertambah seperti itu menyebabkan gangguan pasar terhadap produsen domestik barang-barang serupa atau kompetitif secara langsung. China telah menyetujui dan mendukung perjanjian ini pada 2000 ketika bernegosiasi untuk bergabung ke WTO (World Trade Organization). Kasus tersebut kini menjadi pertimbangan Dewan Perwakilan Dagang AS (USTR).

Impor ban tersebut mengancam serikat pekerja, dan pabrik-pabrik mobil yang menerima bantuan pemerintah miliaran dolar seharusnya tidak campur tangan, demikian diungkapkan Presiden USW Leo Gerard pada dengar pendapat yang diselengarakan oleh USTR menurut Bloomberg. Produsen mobil General Motor dan Ford keduanya telah melobi untuk membebaskan ban untuk mobil-mobil baru dari tarif yang diusulkan.

"Pekerja kami tidak bisa bersaing ketika pasar kewalahan oleh banjirnya ban dari China," kata Gerard pada sehari dengar pendapat 7 Agustus lalu menurut Asosiasi Pers. "Singkatnya, industri ini berada dalam titik balik dan bantuan akan menentukan masa depan industri ini." Produsen ban AS, yang tampaknya telah memilih absen dari harga rendah segmen pasar, tidak berkomentar atas pendapat ini.

Masih Menjanjikan

Menurut Nico, iklim investasi dan perdagangan ban di Indonesia masih menjanjikan. Dia mengatakan akibat keputusan antidumping  yang diberlakukan AS terhadap China membuat  importir ban di Amerika Serikat lebih suka membeli ban dari Indonesia. Begitu pula dengan dengan proses importasi ban dari luar ke Indonesia harus lebih disederhanakan, karena ban impor harus diverifikasi oleh Sucofindo, yang pada akhirnya biaya verifikasi itu dibebankan kepada importir dan pada gilirannya harus ditanggung oleh konsumen.

“Ongkos survei oleh Sucofindo itu sekitar 0,85%  dari harga FOB,” katanya.

Dia mengatakan survei oleh Sucofindo itu dianggap penting oleh pemerintah karena untuk memastikan bahwa ban yang diimpor tersebut memenuhi SNI wajib. Dia mengatakan bahwa regulasi terhadap importasi tersebut menjadi kendala yang menghambat proses importasi ban dari luar negeri. (agus/dbs)

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…