Perkuat Kondisi Keuangan - MNC Investama Bakal Konversi Saham Ke Kreditur

NERACA

Jakarta – Pangkas beban utang guna menciptkan kinerja keuangan yang sehat, PT MNC Investama Tbk (BHIT) berencana melakukan restrukturisasi utang dengan skema konversi saham alias Penambahan Modal Perusahaan Terbuka Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD). Nantinya aksi korporasi ini akan meminta persetujuan kepada pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 9 Agustus mendatang.

Direktur Utama MNC Investama, Darma Putra mengatakan, aksi ini dilakukan untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaan dan memperkuat struktur permodalan dan rasio utang terhadap ekuitas. Namun sayangnya, dirinya belum memberikan penjelasan lebih dalam terkait aksi korporasi perseroan dampaknya kedepan."Nanti detailnya kami info saat RUPS," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Yang pasti dengan adanya aksi ini para pemegang saham BHIT akan mengalami dilusi sebanyak-banyaknya 29,99%. Disebutkan, dilusi ini diklaim terjadi pada harga pasar sehingga tidak merugikan pemegang saham saat ini. Mengutip keterbukaan informasi, BHIT akan menerbitkan saham baru dengan nilai nominal Rp 100.

Kata Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia, Bertoni Rio, aksi konversi saham lebih disukai emiten sebagai solusi restrukturisasi utang. "Manajemen perseroan tidak dibebani dengan biaya bunga, tidak pusing dengan jatuh tempo dan bisa konsentrasi pada kinerja emitennya," papar Rio.

Selain itu, konversi utang menjadi saham juga dipercaya bisa membuat likuiditas saham di pasar jadi lebih tinggi. Namun demkian, lanjut Rio, investor perlu mewaspadai restrukturisasi dengan cara ini. Pasalnya, emiten berpeluang melakukan aksi korporasi seperti rights issue atau reverse stocks. Sehingga, pemilik saham lama berpotensi mengalami dilusi.

Sebagai informasi, ada dua kreditur yang akan masuk jadi pemegang saham, yaitu Caravaggio Holdings Limited dan Scott Capital Investment. Di Caravaggio Holdings, BHIT memiliki kewajiban senilai US$ 115 juta. Utang ini akan dikonversi menjadi saham sebanyak 13,76 miliar atau senilai Rp 1,58 miliar dengan menggunakan nilai kurs Rp 13.763 per dollar AS.

Sementara dengan Scott Capital Investments perseroan sempat mendapat tiga fasilitas pinjaman, masing-masing senilai US$ 17,99 juta, US$2,42 juta dan Rp 33,54 miliar. Sehingga, total utang di Scott Capital mencapai Rp 321,6 miliar dengan nilai kurs Rp 14.105 per dollar AS. Nantinya, utang ini akan dikonversi menjadi saham sebanyak 2,79 miliar. Jika para pemegang rapat merestui, kedua utang ini akan dikonversi selambat-lambatnya pada 30 September 2018.

Saat ini, kepemilikan saham publik di bawah 5% di BHIT paling besar. Per 30 Juni 2018, publik mengempit sebanyak 18,48 miliar saham atau setara dengan 38,46% dari total saham. Kepemilikan terbesar kedua dipegang oleh HT Investment Development Ltd sebanyak 13,19 miliar setara dengan 27,47% dan Smart Empire Group Ltd sebanyak 6,02 miliar setara dengan 12,54%.

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…