Nasib Perang Dagang AS-China

 

Oleh: Izzudin Al Farras Adha

Peneliti INDEF

 

Perang dagang AS-China yang ramai sejak awal tahun ini terus berlangsung hingga hari ini. Kebijakan Donald Trump, Presiden AS, paling mutakhir ada tiga yang dikeluarkan bulan Mei dan Juni 2018. Pertama, AS akan menginvestigasi keamanan dari impor produk otomotif AS, termasuk mobil SUV (Sport Utility Vehicle), van, truk kecil, dan komponen otomotif yang khususnya berasal dari Jepang, Jerman, Korea Selatan sebagai negara produsen sekaligus Kanada dan Meksiko sebagai lokasi produksi perusahaan otomotif AS terhitung sejak 23 Mei 2018. Sebabnya ialah impor otomotif dan komponen otomotif AS meningkat dari 32 persen menjadi 48 persen selama 20 tahun terakhir dan mengurangi lapangan pekerjaan sebesar 22 persen. Kenaikan tarif akan diberlakukan apabila hasil investigasi menunjukkan bahwa impor tersebut membahayakan keamanan AS.

Kedua, setelah berkali-kali melanggar larangan melakukan hubungan dagang dengan Iran dan Korea Utara dan terbukti membuat laporan palsu, Trump justru membebaskan sanksi terhadap perusahaan telekomunikasi China, ZTE. Ketiga, pada awal Juni, tarif impor alumunium dan baja juga dikenakan kepada Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko. Padahal, sebelumnya negara-negara tersebut dikecualikan dari pengenaan tarif impor kedua barang tersebut.

Ke depan, perang dagang AS dan China masih akan terus berlangsung dan semakin sengit karena ada dukungan yang besar dari Partai Republik dan Demokrat di parlemen AS kepada pemerintah AS untuk mengambil tindakan yang keras dalam menentang kebijakan industri China yang dapat terlihat dari semakin sulitnya perusahaan-perusahaan China dalam menghadapi proses persetujuan berinvestasi di Amerika. Selain itu, beberapa kemungkinan kenaikan tarif yang akan diberlakukan AS terhadap China adalah penerapan tarif impor otomotif dan produk otomotif (HS 87) serta produk-produk yang berada di sektor teknologi karena China memiliki ketergantungan produk semi konduktor pada perusahaan AS.

Perang dagang dua negara adidaya dengan nilai yang sangat besar itu meresahkan banyak negara di dunia. Sebabnya, saat ini perdagangan internasional sangat berkaitan antara satu negara dengan negara yang lainnya dan produksi barang sudah tidak mengenal batas-batas negara melalui sistem rantai pasok global yang rumit. Kini hampir tidak ada satu barang yang diproduksi hanya di satu negara karena perusahaan mengejar keunggulan komparatif dan kompetitif sekaligus produktivitas.

Oleh karena itu, apabila perang dagang yang digaungkan AS ini terus bergulir, maka tidak hanya AS dan China yang mengalami kerugian, tetapi juga negara-negara lainnya di dunia, termasuk Indonesia, karena menekan perekonomian global dan menimbulkan ketidakpastian yang sangat tinggi

 

BERITA TERKAIT

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

Investasi Emas Pasca Lebaran

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Usai lebaran Idul Fitri 1445 H masyarakat Indonesia mulai menjalankan aktifitas kembali seperti biasanya…

BERITA LAINNYA DI

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

Investasi Emas Pasca Lebaran

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Usai lebaran Idul Fitri 1445 H masyarakat Indonesia mulai menjalankan aktifitas kembali seperti biasanya…