Menunggu Efektivitas Suku Bunga

 

Oleh:  Nailul Huda

Peneliti INDEF

Awal tahun merupakan perjalanan yang berat bagi beberapa pemerintahan negara berkembang. Pasalnya pergerakan nilai tukar USD terhadap beberapa mata uang asing. Dari Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara dengan pelemahan mata uang terbesar jika dibandingkan dengan Singapura, Thailand, Malaysia, bahkan Filipina. Pelemahan rupiah per Mei 2018 mencapai 3,8 persen. Bahkan dengan kondisi rupiah yang terus melemah, persentase pelemahan bisa menembus hingga 8 persen saat ini.

Kondisi Malaysia, Singapura, dan Thailand tidak seburuk dari kondisi Indonesia. Keberhasilan Malaysia, Singapura, dan Thailand menjaga nilai tukar mata uangnya tidak lepas dari menjaga ratio Current Account (akun lancar) terhadap PDB agar tidak defisit. Ketiga negara tersebut sukses menjaga akun lancarnya agar tetap positif meskipun menurun. Sedangkan Indonesia yang sudah defisit sejak tahun 2012 dan memburuk pada 3 tahun terakhir. Pada 2018 ini juga, neraca perdagangan Indonesia kembali defisit setelah periode 2015-2017 kemarin merasakan periode surplus.

Keperkasaaan USD terhadap mata uang asing tidak terlepas dari sentimen pasar terhadap kebijakan bank sentral AS. Pada tahun ini, The Fed sudah menaikkan Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 basis poin, dari 1,5 menjadi 1,75. Bahkan tahun setidaknya The Fed akan menaikkan dua kali lagi. Tentu langkah bank sentral AS ini akan membuat investor menarik kembali investasinya di negara-negara berkembang ataupun negara maju lainnya untuk kembali pulang ke AS. Terlebih angka pengangguran AS sebesar 3,9% (terendah bahkan sebelum krisis 2008), menjadi sentimen positif bagi The Fed untuk meningkatkan lagi FFR.

Kebijakan The Fed yang berimbas pada melemahnya mata uang asing terhadap USD, membuat Bank Sentral lainnya berpikir untuk menaikkan juga suku bunga acuannya. Hal ini dilakukan oleh Indonesia dengan menaikkan 7-Day Repo Rate pada bulan Mei sebanyak dua kali masing-masing sebesar 25 basis poin sehingga suku bunga acuan menjadi 4,75. Kebijakan ini diambil untuk dapat meredam kenaikan nilai tukar USD.

Sempat membuat rupiah kembali menguat pada awal Juni, saat ini rupiah kembali dihantam dolar AS. Rupiah kembali terpuruk ke angka 14.360 (28 Juni bahkan berpotensi terus melemah. Angka ini jika terus bertambah akan terus mengerus neraca perdagangan karena harga yang harus diimpor oleh Indonesia semakin mahal. Maka dari itu, Bank Indonesia kembali menaikkan suku sebesar 50 basis poin menjadi 5,25.

Langkah ini sangat menarik untuk ditunggu efektivitasnya mengingat ada harga yang harus ditanggung oleh sektor riil akibat adanya kenaikan suku bungan acuan ini. Namun jika melihat dampak nilai tukar rupiah yang terus melemah membuat langkah ini merupakan langkah tepat meredam penguatan USD. Ancaman pembengkakan APBN hingga inflasi membuat langkah menaikkan suku bunga setimpal dengan apa yang akan dibayar sektor riil.

Langkah selanjutnya dari pemerintah adalah membuat neraca perdagangan kembali positif dengan kebijakan-kebijakan yang dapat menaikkan ekspor pemerintah. Maka fundamental dari nilai tukar akan kuat sehingga untuk jangka panjangnya rupiah akan kokoh jika menghadapi kejadian serupa saat ini.

 

BERITA TERKAIT

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

BERITA LAINNYA DI

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…