Sarana Menara Buyback Saham Rp 25,5 Miliar

NERACA

Jakarta – Jaga pertumbuhan harga saham, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) berencana membeli kembali atawa buyback saham perusahaan sebanyak 2,55 miliar saham. Jumlah ini setara dengan 5% dari total saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Rencana ini akan masuk dalam agenda Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan dilaksanakan pada 10 Agustus mendatang. Jika pemegang saham setuju, emiten berkode TOWR ini akan mulai melakukan aksi pembelian saham pada 13 Agustus 2018 hingga 13 Februari 2020. TOWR mengungkapkan bahwa dana buyback berdasarkan nilai nominal saham adalah Rp 25,5 miliar. Harga nominal saham TOWR saat ini memang Rp 10 per saham.

Tapi jika melihat harga saham TOWR yang hari ini ada di Rp 600 per saham, maka TOWR perlu menyiapkan dana setidaknya Rp 1,53 triliun untuk membeli kembali 2,55 miliar saham. Aksi buyback ini rencananya akan menggunakan saldo perseroan. Sebab, pada kuartal I-2018 TOWR mencatatkan saldo laba sebesar Rp 6,5 triliun yang belum ditentukan penggunaannya. TOWR menunjuk BCA Sekuritas sebagai pelaksana aksi korporasi ini.

Belum lama ini, perseroan mengakuisisi bisnis menara milik PT Nusantara Infrastructure Tbk (META), TOWR menggelar ekspansi melalui anak usahanya, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo). Perusahaan ini mengakuisisi sekitar 1.400 unit menara dengan 2.000 tenant milik PT Komet Infra Nusantara, anak usaha META.

Hingga akhir Desember tahun lalu, operator menara yang memiliki afiliasi dengan Grup Djarum ini telah mengelola lebih dari 14.800 unit menara telekomunikasi. Namun Adam enggan menyebutkan berapa pangsa pasar TOWR di bisnis menara tersebut. Perseroan akan berusaha mempertahankan posisinya saat ini sebagai perusahaan infrastruktur telekomunikasi paling besar di Indonesia. Dengan adanya akuisisi ini, manajemen TOWR mempercayai bisnis Komet Infra Nusantara dapat melengkapi portofolio bisnis Protelindo.

Disampaikannya, proses akuisisi memakan waktu kira-kira enam pekan. Selama masa finalisasi dokumen akuisisi, TOWR akan menyiapkan integrasi antara Protelindo dan Komet Infra Nusantara, sehingga bisa meminimalkan gangguan yang tidak diinginkan kepada pelanggan gabungan, baik dari Protelindo maupun Komet Infra Nusantara.

Manajemen TOWR menyebutkan, nilai yang disetujui dari transaksi pengambilalihan kepemilikan 100% saham Komet Infra Nusantara mencapai Rp 1,4 triliun. Sumber pendanaan akuisisi berasal dari kombinasi kas internal dan pinjaman eksternal.

Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas, David Nathanael Sutyanto pernah bilang, prospek bisnis TOWR akan lebih bagus setelah akuisisi. Dirinya menilai, secara umum prospek bisnis menara telekomunikasi masih cukup cerah. Apalagi dengan adanya akuisisi yang sudah dilakukan oleh TOWR, sehingga peluang ke depan bagi perusahaan ini masih sangat baik.

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…