Pengusaha Makanan dan Minuman Ikut Terdampak - Depresiasi Rupiah

 

 

NERACA

 

Jakarta – Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga menyentuh angka Rp14.400 per dolar memberi dampak signifikan kepada para pengusaha di sektor makanan dan minuman. Pasalnya, hampir 50 persen bahan baku industri makanan dan minuman masih mengandalkan barang impor. Hal itu seperti dikatakan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adhi S. Lukman usai ditemui dalam press conference Food Ingredients Asia 2018 di Jakarta, Rabu (4/7).

Adhi mengatakan nilai tukar sangat berpengaruh terhadap sektor makanan dan minuman (mamin). “Jelas sangat berat karena dolar saat ini sudah menembus Rp 14.500, prakteknya dampaknya sudah lebih dari itu,” katanya. Ia mengeluhkan, para pelaku industri mamin sudah mengalami depresiasi sebesar 8 persen hingga 10 persen dari tahun lalu. Ditambah, pelemahan Rupiah saat Ini membuat para pelaku industri mamin terpaksa melakukan penyesuaian produk karena bahan baku yang biasa digunakan industri makanan dan minuman kebanyakan impor. “Belum lagi angkutan logistik juga ikut naik akibat harga BBM yang juga meningkat. Makanya kami lakukan penyesuaian harga,” ujarnya.

Adhi menuturkan, strategi perusahaan yang terkena dampak kurs tersebut tak serta merta bisa menaikkan harga produk karena butuh waktu sekitar dua bulan sebagai toleransi. Sehingga, pihaknya akan menyiasati dengan beberapa cara, di antaranya mengubah ukuran produk dan mengubah bahan bungkus produk. “Omzet kami di periode pertama tahun ini hanya 30 persen, sementara pengeluaran kami mencapai 200 persen. Ini karena banyaknya libur di Juni kemarin juga, kami harus bayar THR untuk karyawan, sementara produktivitas tak mengimbangi,” tandasnya.

Meskipun begitu, pihaknya tetap memproyeksikan industri mamin dapat tumbuh lebih baik dari tahun lalu. Menurut dia, potensi industri makanan dan minuman di Indonesia dapat unggul karena suplai dan konsumen bervariasi, di sinilah inovasi dan keamanan produk menjadi kunci kesuksesan utama. Meningkatnya minat akan cita rasa lokal di makanan dan minuman Indonesia juga menciptakan peluang bagi industri makanan dan minuman untuk menghasilkan produk sebanyak mungkin berdasarkan permintaan yang kian tumbuh, baik dari lokal maupun internasional, hingga memberikan peluang bagi bahan baku lokal untuk menjajaki pasar yang lebih luas.

Pemain lokal juga harus memperkuat produksi bahan baku dengan terus berinovasi dan mengembangkan kekayaan alam Indonesia yang memilliki potensi besar dalam industri bahan baku makanan yang tentunya telah didukung dengan penelitian yang memadai,” tambahnya.

Pameran Bahan Baku

Maka dari itu, untuk mengeksplorasi potensi bahan baku makanan dan minuman di Indonesia dan memperluas akses pemain industri Indonesia menuju pasar regional, diperlukan platform terpercaya seperti Food ingredients Asia (Fi Asia). Fi Asia hadir kembali untuk ke-4 kalinya di Jakarta pada 3-5 Oktober 2018 mendatang. Sebagai pameran industri makanan dan minuman terkemuka di Asia Tenggara, Fi Asia akan mempertemukan penyedia bahan baku domestik maupun internasional, distributor, dan produsen makanan minuman.

Group Director ASEAN, UBM Asia (Thailand) Co Ltd, Rungphech Chitanuwat menjelaskan pihaknya sangat bangga dapat kembali mempersembahkan Food Ingredients Asia (Fi Asia) di Indonesia. “Dalam kesempatan ini, kami menghadirkan pameran yang komprehensif baik bagi para pelaku industri bahan baku makanan dan minuman Indonesia termasuk para ahli teknologi pangan, pengolahan makanan, perusahaan makanan, dan produsen bahan makanan agar dapat mempromosikan produknya, memperoleh informasi perkembangan terkini di industri bahan baku makanan, dan mengakses pasar potensial. Tahun ini, area pameran lebih luas hingga 40% dibandingkan Fi Asia 2016 di Jakarta. Hal ini menandakan Fi Asia 2018 adalah rute penting bagi pasar bahan makanan dan minuman di ASEAN yang berkembang pesat,” pungkasnya.

 

 

BERITA TERKAIT

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global NERACA Jakarta - Perekonomian Thailand diperkirakan akan tumbuh…

SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

  NERACA  Jakarta – Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan…

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta NERACA Jakarta - PT Rukun Raharja, Tbk (IDX: RAJA) telah mengumumkan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

  NERACA  Jakarta – Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan…

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta NERACA Jakarta - PT Rukun Raharja, Tbk (IDX: RAJA) telah mengumumkan…

Pemerintah Komitmen Percepat Pengembangan Ekonomi Digital

    NERACA Jakarta – Pemerintah berkomitmen mempercepat pengembangan ekonomi digital sebagai pilar strategis transformasi Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh…