7 Alasan Kebijakan Ganjil-Genap Demi Asian Games Rugikan Negara

Oleh: Wina Armada Sukardi, Wartawan Senior
Penerapan peluasan zona ganjil-genap untuk pemakaian kendaraan mobil pribadi sekaligus penambahan waktu selama jam kerja dari pagi sampai malam, yaitu dari pukul 06.00 sampai dengan pukul 21.00 termasuk Sabtu dan Minggu, menurut hemat saya, merupakan  kebijakan yang ngawur dan merugikan negara! Kenapa?  Ini alasan sebagai berikut: 
(1) Kebijakan ganjil genap itu, bakal memperlambat pertumbuhan perekonomian nasional Indonesia. Hal ini karena akses ke pusat-pusat bisnis, perbelanjaan, dan hiburan menjadi sangat sulit,  sehingga perputaran uang bakal jauh berkurang. Padahal Indonesia saat ini justeru sedang membutukan percepatan perekonomian   untuk mempertahankan atau meningkatkan pertumbuhan perekonomian terutama dalam  mengatasi tekanan perekonomian dunia yang melambat dan efek menguatnya dolar Amerika di seluruh dunia.
(2) Perluasan penerapan zona ganjil genap  dan membuatnya menjadi seharian waktu kerja, tidak memikirkan alternatif jalan penyaluran  kendaraan pribadi. Dengan begitu,  bakal banyak menghambat aktivitas masyarakat. Misal, sekedar contoh,  warga Bintaro yang mau ke Kebon Sirih, harus cari jalan alternatif mana, sulit menemukan alternatif jalan. Contoh lain, warga Kelapa Gading yang berkantor di Jalan Sudirman,  juga susah cari jalan alternatif. Mau kemana? Belum lagi bakal sangat sulitnya, dan bahkan sebagian tidak mungkin, menempuh jalan dari rumah-rumah warga (juga dokternya)? ke rumah-ruma sakit yang terkena jalur ganjil genap , bakal membuat warga kebingungan. Kebijakan perluasan zona ganjil genap dan memperpanjang selama jam kerja yang tidak memikirkan alternatif jalan tentu  bukan hanya merepotkan,  tapi juga membuat “ *mati suri* ” sebagaian aktivitas (bisnis) masyarakat setempat.
(3) Dengan sarana jalan yang serba susah dan harus berputar-putar menempuh jalan yang jauh dan lama selama waktu kerja dari pagi sampai malam, ini  menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Dalam perlambatan  perekonomian dan persaingan global yang tajam, tentu biaya ekonomi tinggi di Indonesia ini menyebabkan daya saing ekonomi  Indonesia juga bakal  tersudut.
 
(4) Dengan zona ganjil genap yang diperluas  dan waktunya menjadi seharian penuh jam kerja (pukul 06.00. - 21.00.) akan ada opportunity lost yaitu kehilangan kemungkinan mendapat keuntungan. Maksudnya, dengan adanya agenda Asia Games, maka  akan datang puluhan ribuan turis peserta Asia Games dengan para offial dan pendukungnya   ke Jakarta dan Indonesia umumnya. Mereka ini potensial buyer terhadap produk dan barang-barang Indonesian dan memberika masukan devisa.  Nah, seharusnya akses mereka ke pasar dan sentra perjualan  serta tempat wisata dipermudah. Sebaliknya  dengan adanya perluasan zona ganjil genap selama jam kerja, malah mempersempit dan mempersulit akses para turis berbelanja dan memberikan devisa kepada kita,  sehingga peluang menggaet keutungan jadi menipis atau hilang. Itu pun belum  terhitung keuntungan valas yang tidak jadi terima alias sirna yang seharusnya Indonesia dapat terima.
 
(5). Warga malah jadi susah nonton acara Asian Gamesnya sendiri,  karena akses jalan sulit, berputar-putar.  Mereka yang tadinya berniat menonton pertandingan-pertandingan Asian Games menjadi malas menontonnya, setidaknya akan mengurangi jumlah mengunjungi pertandingan. Para atlit Indonesia yang membutuhkan full dukungan penonton nasiobal pun, kemungkinan jumlah dukungan itu menciut. Padahal mereka dituntut untuk berprestasi yang mengharumkan bangsa.
(6) Membuat citra Asian Games di mata warga jadi buruk,  lantaran Asian Games dinilai menyengsarakan warga. Ngapain ada Asian Games kalau cuma jadi kosmetik yang menyenangkan asing, tapi justeru menyengsarakan anak bangsa sendiri?
(7) Memperburuk citra pemerintah, khususnya dalam kaitan dengan perpajakan.  Pembangunan yang dihasilkan dari uang masyarakat lewat perpajakan,  yang seharusnya wajar dinikmati lagi oleh masyarakat, tapi dengan acara Asian Games hasilnya malah tidak dapat dinikmati warga sendiri. Buat apa dong bayar pajak yang semakin tinggi, setidaknya pikiran semacam itu normal saja muncul di banyak benak  masyarakat  dan tentu ini merugikan citra pemerintah yang sangat getol menangguk pajak.

BERITA TERKAIT

Bansos Pangan atau Beras oleh Bapanas dan Bulog Langgar UU Pangan dan UU Kesejahteraan Sosial?

  Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Presiden Joko Widodo memutuskan perpanjangan pemberian Bantuan Sosial…

Pembangunan Papua Jadi Daya Tarik Investasi dan Ekonomi

  Oleh : Clara Anastasya Wompere, Pemerhati Ekonomi Pembangunan   Bumi Cenderawasih memang menjadi fokus pembangunan yang signifikan di era…

Pastikan Stabilitas Harga dan Stok Beras, Pemerintah Komitmen Ketahanan Pangan

  Oleh : Nesya Alisha, Pengamat Pangan Mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia sangat penting karena memiliki dampak besar pada stabilitas…

BERITA LAINNYA DI Opini

Bansos Pangan atau Beras oleh Bapanas dan Bulog Langgar UU Pangan dan UU Kesejahteraan Sosial?

  Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Presiden Joko Widodo memutuskan perpanjangan pemberian Bantuan Sosial…

Pembangunan Papua Jadi Daya Tarik Investasi dan Ekonomi

  Oleh : Clara Anastasya Wompere, Pemerhati Ekonomi Pembangunan   Bumi Cenderawasih memang menjadi fokus pembangunan yang signifikan di era…

Pastikan Stabilitas Harga dan Stok Beras, Pemerintah Komitmen Ketahanan Pangan

  Oleh : Nesya Alisha, Pengamat Pangan Mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia sangat penting karena memiliki dampak besar pada stabilitas…