APOL Restrukturisasi Utang Rp 5,41 Triliun

NERACA

Jakarta – Menjaga pertumbuhan kinerja keuangan, PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (APOL) terus memacu efisiensi dan juga berencana melakukan restrukturisasi utang yang saat ini mencapai lebih dari US$ 400 juta atau Rp Rp 5,41 triliun (1 US$ = 13.548).

Restrukturisasi utang tersebut berasal dari utang perbankan, perbankan pensiunan hingga surat utang MTN (medium term note). Rencananya, perseroan menargetkan utang tersebut dapat di restrukturisasi hingga akhir tahun ini,”Kami selalu update dan membicarakan dengan pihak kreditur, jadi masih dalam pembahasan. Disuksi juga sudah cukup lama dilakukan mengenai restrukturisasi sejak 2015," kata Ferdy Suwandi, Chief Financial Officer APOL di Jakarta, kemarin.

Terkait dengan skema restrukturisasi utang tersebut, perseroan masih belum memutuskan lebih lanjut. Namun, seluruh restrukturisasi utang tersebut direncanakan untuk dilakukan secara bersamaan."Akan terjadi berbagai hal dalam restrukturisasi, baik dalam hal diperpanjang maupun konversi. Semuanya kami persiapkan, dan tidak secara terpisah," tambah Ferdy.

Sementara itu, terkait dengan saham APOL yang disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), pihaknya masih terus melakukan diskusi dengan berbagai otoritas terkait dengan suspensi tersebut. Manajemen berharap saham perseroan kembali bisa diperdagangkan sehingga  dapat membantu dalam proses restrukturisasi utang yang akan dilakukan perseroan. Saat ini harga saham APOL stagnan di harga Rp 58/saham.”Kami selalu contact dengan BEI mengenai suspensi pada saham kami, memang ini akan terus dalam progress dan kebetulan ada pergantian direksi dari BEI sendiri, jadi kami akan terus tunggu," kata Ferdy.

Sebelumnya, pada awal Mei 2018 perseroan telah melakukan penjualan sebanyak delapan kapal milik anak usahanya yaitu PT Buana Jaya Pratama diantaranya 4 kapal tunda (tugboat) dan 4 kapal tongkang (barge). Hingga saat ini, perseroan memiliki 41 armada kapal dan 2 armada kapal sewa. Sepanjang 2017, APOL mencatatkan pendapatan jasa sebesar RP 466,98 miliar meningkat 14% dibandingkan pendapatan jasa pada tahun sebelumnya sebesar Rp 410,22 miliar.

Disebutkan, pendapatan terbesar berasal dari jasa angkutan curah kering (dry bulk) yaitu sebesar Rp 368,48 miliar atau naik 11%. Pada 2017, perseroan mengalami kerugian sebesar Rp 261,79 miliar atau lebih tinggi dibandingkan kerugian yang dialami pada 2016 sebesar Rp 212,26 miliar.

Pada tahun ini, APOL berencana untuk menggenjot bisnis baru dari kegiatan usaha lain non productive asset based. APOL menargetkan bisnis ini bisa tumbuh 30%. Bisnis ini termasuk jasa manajemen kapal (ship management), bongkar muat (stevedoring) dan manajemen pemeliharaan (jetty management). Saat ini, Arpeni memiliki 50 kapal.  Perinciannya adalah 24 kapal tunda, 18 kapal tongkang, dua  kapal kargo curah,  empat kapal derek, dan satu kapal oil boat.  Sebagai gambaran segmen penghasilan terbesar perusahaan ini masih berasal dari jasa pelayaran yakni mencapai Rp 11,7 miliar. Sementara pendapatan dari jasa keagenan mencapai Rp 19,5 miliar. 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…