Lagi, BI Rate Naik - BEI Pastikan Tidak Pengaruh Ke Pasar Saham

NERACA

Jakarta – Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi menegaskan, kembali dinaikkannya acua suku bunga bank sebesar 50% basis poin menjadi 5,25% oleh Bank Indonesia dinilai tidak akan mempengaruhi pasar modal. “Pasar sudah mengantisipasi sejak jauh-jauh hari sehingga dampaknya ke indeks tidak akan terlalu signifikan, dan kebijakan ini memang harus dieksekuai,”ujarnya di Jakarta, kemarin.

Inarno menjelaskan, dalam beberapa pekan terakhir pasar memang cukup bergejolak oleh kondisi eksternal sehingga nilai tukar rupiah turut tertekan. Atas dasar itulah Bank Indonesia harus bertindak. Sedangkan di pasar modal, menurutnya psikologi pasar sudah cukup maklum jika bank sentral menyesuaikan suku bunga. "Karena memang untuk menstabilkan nilai tukar rupiah suku bunga harus naik," tegasnya.

Sebelumnya, analis Erdikha Elit Sekuritas, Okky Jonathan pernah bilang, banyak investor yang mengharapkan BI menaikan suku bunga. Padahal, jika itu dilakukan, dalam jangka panjang berpotensi memicu investor kabur. "Jangka panjang akan banyak orang yang keluar dari pasar modal Indonesia, bahkan investor lokal," ujarnya.

Ketika BI menaikan suku bunga, maka ada kemungkinan pasar saham emerging market akan ditinggalkan. Investor akan lebih suka menabung atau memburu obligasi yang memberikan bunga menarik dengan risiko rendah, ketimbang berada di pasar saham dengan risiko yang lebih tinggi. Meskipun untuk jangka pendek, kata Okky, kenaikan suku bunga BI-7DRR mampu mendorong penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Selain itu, posisi pasar obligasi tanah air akan menjadi lebih menarik.

Akhir pekan kemarin, Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate sebesar 50 bps menjadi 5,25%. "Keputusan ini berlaku efektif mulai, Jumat 29 Juni 2018," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

Selain BI 7-Days Reverse Repo Rate, Deposit Facility Rate juga naik 50 bps menjadi 4,5%, demikian pula suku bunga landing facility juga meningkat 50 bps menjadi 6%. Perry menjelaskan, dasar pertimbangan keputusan ini adalah sebagai langkah preventif BI untuk memperkuat stabilitas ekonomi, utamanya stabilitas nilai tukar terhadap perkiraan kenaikan suku bunga Amerika hingga 4 kali tahun dan meningkatnya risiko di pasar keuangan global.

Disampaikannya, kebijakan tersebut tetap ditopang dengan intervansi ganda di pasar valas dan pasar utang negara. Bank Indonesia meyakini kebijakan yang ditempuh dapat memperkuat stabilitas ekonomi khusunya rupiah.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…