Perang Dagang Produk Otomotif

 

Oleh: Nailul Huda

Peneliti INDEF

Dalam beberapa bulan terakhir, berita mengenai arah kebijakan Presiden Trump sangat berbeda dari pemerintahan Amerika Serikat sebelumnya. Presiden Trump mengambil langkah paling tidak sejalan dengan tradisi AS, yaitu proteksionisme perdagangan internasional. Kebijakan ini sebagai langkah untuk mengurangi defisit neraca berjalan AS yang semakin memburuk. Terakhir, defisit perdagangan AS mencapai US$ 811 miliar, dan hampir setengahnya berasal dari perdagangan dengan China.

Langkah awal yang diambil adalah memberikan tarif impor ke produk baja dan almunium sebesar 25 persen dan 15 persen. Tak cukup dengan produk baja dan almunium, pemerintah AS saat ini sedang mempertimbangkan pemberian tarif terhadap produk otomotif termasuk mobil SUV, van, truk kecil, dan komponen otomotif. Impor produk otomotif mempunyai porsi sebesar 12,23 persen terhadap total impor AS dan nilai ini semakin naik selama 5 tahun terakhir. Dan pertumbuhannya diklaim mencapai 48 persen dalam 20 tahun terakhir. Tahun 2017, impor produk otomotif mencapai 3,87 persen.

Keputusan AS untuk mengkaji kebijakan impor produk otomotif, membuat beberapa negara merasa dirugikan. Meksiko dan Kanada, dua negara tempat perusahaan otomotif AS berproduksi, menjadi dua negara eksportir utama produk otomotif AS. Kebijakan ini dinilai hanya menguntungkan Meksiko dan Kanada saja. Kemudian ada Jepang, Jerman, dan Korea Selatan. Impor produk otomotif AS dari Jepang mencapai 17 persen, Jerman 9,32 persen, dan Korea Selatan mencapai 6,99 persen. Sedangkan Indonesia hanya ada di posisi 28 dengan 0,07 persen dengan pertumbuhan rata-rata mencapai 22 persen (2013-2017). Ekspor Indonesia produk otomotif ke AS kalah dari Thailand (0,36 persen) dan Vietnam (0,09 persen).

Walaupun kecil pengaruh langsungnya, namun dampak tidak langsungnya akan sangat terasa bagi Indonesia. Berdasarkan negara utama tujuan ekspor, produk otomotif Indonesia banyak diekspor ke Filipina, Thailand, Jepang, Arab Saudi, dan Viet Nam. Jika dilihat dari daftar eksportir negara AS, Jepang juga merupakan eksportir terbesar ketiga ke AS. Adanya tarif impor yang tinggi akan menyebabkan Jepang akan mengurangi pengiriman ke AS. Dampaknya, sebagai negara pengimpor produk otomotif terbesar ketiga dari Indonesia, ekspor Indonesia ke Jepang akan sedikit terganggu, mengingat juga sebagian besar ekspor Indonesia ke Jepang adalah sparepart dimana merupakan barang bahan baku produksi mobil.

Negara eksportir utama produk sparepart dan aksesoris hampir seperti produk otomotif secara umum. Thailand sebagai negara pengimpor terbesar dengan 23,61 persen, Jepang (14,69 persen), Malaysia (13,59 persen), Brazil (13,59 persen), dan Meksiko (6,32 persen). Sedangkan AS sendiri hanya 4,03 persen dari porsi importir produk sparepart dan aksesoris. Meskipun sedikit, dua dari lima negara tujuan ekspor utama produk sparepart dan aksesoris masuk dalam lima negara eksportir utama produk otomotif AS, yaitu Jepang dan Meksiko. Artinya dengan adanya pengenaan tarif impor akan menyebabkan dua negara tersebut akan berpikir ulang untuk lebih meningkatkan produksi otomotif untuk dikirim ke AS. Dampak ke belakangnya adalah ekspor sparepart dan aksesoris ke Jepang dan Meksiko akan berpotensi berkurang juga.

Langkah protes ke WTO soal pengenaan tarif impor produk otomotif ini patut dilayangkan oleh Indonesia mengingat dampak tidak langsung yang akan diterima oleh Indonesia. Langkah antisipatif yang jug perlu dilakukan adalah pembukaan pasar baru bagi produk otomotif dan turunannya termasuk perluasan pasar ke negara-negara berkembang seperti Afrika Selatan, dan negara Afrika lainnya. Langkah ini dapat memanfaatkan keberadaan kantor perwakilan Indonesia di luar negeri.

BERITA TERKAIT

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

BERITA LAINNYA DI

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…