Produsen Baja Keluhkan Harga Bahan Baku Tinggi

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Salah satu produsen baja, PT Saranacentral Bajatama Tbk mengeluhkan harga bahan baku baja yang tinggi, padahal proyek infrastruktur di Indonesia sedang digenjot oleh pemerintah. Direktur Utama PT Saranacentral Bajatama Tbk Handaja Susanto menyebut salah satu penyebabnya adalah China mengurangi kapasitas produksinya. "Saat ini harga bahan baku mencapai Rp10 ribu per kilogram. Padahal, di tahun lalu harga bahan baku hanya Rp6 ribu per kilogram,” ucap Handaja ditemui usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di kantornya, Jakarta, Kamis (28/6).

Harga bahan baku yang naik menyebabkan beban pokok penjualan meningkat tajam sehingga perseroan membukukan laba kotor yang jauh lebih rendah di 2017. Tak hanya harga bahan baku yang merangkak naik, namun juga pelemahan rupiah terhadap dolar juga ikut mempengaruhi perimbangan keuangan perseroan. Handaja mengaku risiko kurs harus dihadapi karena itu berasal dari faktor eksternal. “Untuk faktor internalnya, kita akan mengantisipasi dengan memanfaatkan bahan baku lokal. Ada banyak perusahaan bahan baku baja yang produksinya juga banyak sehingga kita akan menyerap bahan baku lokal. Jika dulu kita impor 30-40 persen, nanti kita akan kurangkan menjadi 10 persen dan memanfaatkan bahan baku lokal,” jelasnya.

Pelemahan rupiah yang terus terjadi juga cukup mempengaruhi kinerja keuangan PT Saranacentral Bajatama Tbk. Nilai tukar rupiah pada kuartal akhir 2017 cenderung menunjukan pelemahan sehingga menyebabkan perseroan membukukan kerugian kurs mata uang asing bersih sebesar Rp5,1 miliar. Sebagai hasilnya, PT Saranacentral Bajatama mencatat rugi tahun berjalan sebesar Rp22,98 miliar di 2017. Tak hanya, dari sisi aset juga mengalami penurunan tipis sebesar 3,7% menjadi Rp946,45 miliar.

Dari sisi penjualan, PT Saranacentral Bajatama Tbk berhasil membukukan kenaikan penjualan bersih sebesar 24,5 persen dari sebelumnya Rp978,84 miliar menjadi Rp1,22 triliun di 2017. Penjualan tersebut merupakan kontribusi dari penjualan Baja Lapis Seng (BjLS) sebesar 49,8 persen, Baja Lapis Alumunium Seng (BjLAS) sebesar 45,5 persen, Saranacolor 4,2 persen sedangkan 0,4 persen merupakan non produksi.

Untuk kapasitas produksi, Handaja mengaku akan menaikkan produksi BjLAS dari 4.000 ton per bulan menjadi 7.000 ton per bulan, sementara untuk produksi BjLS akan dikurangi. “Karena biaya produksi BjLAS jauh lebih murah dan harganya di pasaran juga cukup tinggi sehingga pada tahun ini kita akan menggenjot produksi BjLAS,” jelasnya.

Untuk di 2018, pihaknya merasa optimistis dalam menjalani bisnis baja lantaran kondisi perekonomian Indonesia yang cukup baik terlebih fundamental ekonomi Indonesia dan hasil kerja pemerintah dengan memfokuskan untuk membangun infrastruktur. Bahkan Indonesia juga mendapatkan rating peringkat kredit dari Fitch Rating dari BBB- ke BBB.

 

BERITA TERKAIT

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…