Melongok Pilpres Lewat Pilkada

Oleh: Erros Djarot, Budayawan

Lewat pilkada serentak yang hari H nya jatuh pada tanggal 27 Juni 2018, hasilnya akan memberi kita sedikit gambaran akan peta pertarungan para kandidat capres dalam Pilpres 2019. Setidaknya ada 3 provinsi  kunci utama dan 5 lainnya yang juga penting sebagai daerah penyangga utama. Tiga daerah utama adalah, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan lima daerah penyangga utama; Bali, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan Lampung. Kriteria daerah utama dan penyangga berdasarkan jumlah suara yang akan secara signifikan mempengaruhi menang dan kalahnya kandidat capres tertentu. Ditinjau dari partai-partai pendukung cagub tertentu yang memberi dukungan pada capres tertentu pula.

Memang tidak seratus persen berbanding paralel antara dukungan suara daerah pada saat pilpres dan hasil  kemenangan cagub dan cawagub yang didukung  partai-partai yang juga mendukung kandidat capres dan cawapres tertentu, PS dan JKW. Ambil saja kasus seperti Jawa Timur. Daerah ini menjadi anomali, daerah tanpa kejelasan tuan, karena Jokowi bermain di dua kaki, sementara PKS dan Gerindra dengan cerdik menyelinap secara cantik di barisan kandidat yang diusung oleh PDIP.

Walau banyak yang mengatakan bahwa siapa pun yang menang Jokowi yang bakal mengais keuntungan, hal ini masih terlalu pagi untuk ditarik sebagai kesimpulan yang sahih. Karena Gerindra dan PKS yang menyelinap di kubu Gus Ipul-Puti, pasti turut pula mencatat dan menengarai lumbung-lumbung suara yang kelak akan digerakkan untuk mendukung Jokowi. Hal yang tentunya dilakukan pula oleh para pendukung Jokowi di kubu Khofifah-Emil Dardak. Sehingga membaca dukungan suara dalam putaran Pilpres 2019 untuk daerah Jawa Timur, masih perlu kajian dan pemilahan lebih intensif.

Bagaimana kelak dukungan kepada Jokowi pada Pilpres 2019 dari daerah Sumatera Utara? Sepertinya pertarungan kandidat cagub yang memperebutkan kursi Sumut 1-2,  akan berakhir dengan kemenangan tipis. Terjadi karena dukungan yang cukup masif kepada Cagub Edy Rahmayadi pada awal masa kampanye, tidak dapat di kapitalisasi dengan baik oleh Edy. Banyak pernyataan politik dan komentar Edy yang justru menggerus dukungan kepada dirinya sendiri.

Peluang ini dimanfaatkan Djarot dengan cerdik dan intensif. Sehingga kalau toh Edy unggul atau sebaliknya Djarot yang unggul, dipastikan selisih kemenangan sangat tipis. Oleh karenanya bagi Jokowi bisa memasukkan daerah Sumatera Utara sebagai lumbung suara baginya yang cukup menjanjikan. Hal yang mungkin serupa walau tak sama, akan terjadi pula di Sumatera Selatan dan Lampung. Kedua daerah ini akan tetap menjadi lumbung suara untuk Jokowi.

Lain halnya dengan daerah Banten. Untuk kali ini, diragukan Banten menjadi lumbung suara yang potensial untuk Jokowi. Kekuatan partai Islam dan pendukungnya yang solid dan intensif melekatkan stempel komunis kepada Jokowi, setidaknya akan banyak mempengaruhi perilaku pemilih. Setidaknya daerah Banten tidak mudah untuk di klaim sebagai lumbung suara yang potensial untuk Jokowi.

Hal yang sama rasanya akan pula terjadi di Jawa Barat. Ditambah lagi berdasarkan pengamatan pada perilaku pemilih di Jawa Barat yang lebih cenderung mengidolakan Prabowo ketimbang Jokowi. Napas Islam yang cukup dominan mewarnai beberapa daerah di Jawa Barat yang minus kaum abangan, merupakan kendala utama bagi Jokowi untuk meraih simpatik secara leluasa. Walau pemeluk Sunda Wiwitan dipastikan akan mendukung Jokowi, namun suara yang dapat disumbangkan tidaklah signifikan.

Bagaimana dukungan dari Jawa Tengah yang bakal didapat Jokowi? Agaknya akan tetap solid. Hal ini bakal tercermin dari hasi perolehan suara Ganjar yang rasanya cukup signifikan mengungguli perolehan suara yang akan diraih Sudirman Said. Sekalipun manuver penggebosan suara lewat gerakan mendatangi KPK yang digerakan oleh aktivis Ratna Sarumpaet telah berjalan, langkah ini tidak akan berpengaruh banyak. Semata karena rakyat lebih memaknainya sebagai gerakan politik ketimbang upaya penegakan hukum yang murni. Hal yang serupa walau tak sama terjadi di Bali. Bali akan tetap milik Jokowi! Sulsel tergantung arahan Jusuf Kalla, ke kandidat mana akan diarahkan.

Jawa Timur sebagai daerah yang oleh banyak pengamat diprediksi siapapun pemenangnya bakal menguntungkan Jokowi, agaknya masih harus menunggu apakah NU dan kaum Nahdliyin pada 2019 akan tetap mendukung Jokowi. Dalam hal ini, Jawa Timur seperti juga Jakarta, masih merupakan daerah abu-abu bagi Jokowi maupun Prabowo. Karena massa pemilih pada Pilpres 2019, dipastikan tidak akan seramah terhadap Jokowi seperti pada Pilpres 2014. Karena tagline...’2019 Ganti Presiden’ cukup menggema di Ibu Kota Republik Indonesia! (www.watyutink.com)

 

BERITA TERKAIT

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…