Alasan Menkeu Soal Pelemahan Rupiah

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan bahwa pelemahan rupiah yang hingga Senin di posisi Rp14.113 per dolar AS harus dilihat dari "benchmark" terhadap negara lain maupun terhadap dolar AS sendiri.

"Karena ini setiap hari ada pemicunya, apakah hari ini Presiden Trump bilang ini, kemudian policy-nya terhadap RRT (Republik Rakyat Tiongkok). Jadi ini akan terus dinamis yang akan harus kita terus respons, tidak harian tapi kita jaga dari sisi yang disebut jangka menengah panjang," kata Sri Mulyani usai dipanggil Presiden Joko Widodo di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta.

Menkeu mengatakan bahwa selama tahun ini pelaksanaan APBN bisa berjalan secara baik dan momentum pertumbuhan ekonomi tetap akan dijaga. "Kita akan melihat banyak sekali segi itu, jadi kita tidak merespons setiap hari, namun kita melakukan apa yang disebut monitoring evaluasi dan reaksinya secara bersama-sama," katanya.

Menurut Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmojo, pelemahan nilai tukar terhadap dolar AS sebagai bentuk penyesuaian, pasca kebijakan Fed yang lebih agresif dari perkiraan awal. Di mana ekonomi AS terus membaik, sehingga semua negara emerging market harus cepat menyesuaikan perubahan monetery policy.

"Saya rasa Indonesia termasuk yang tidak berdampak parah kalau kita lihat dan dibandingkan dengan Turki dan Argentina kita masih dalam range normal," tuturnya. Menurut Tiko, Bank Indonesia (BI) bersama Kemenkeu akan merespons pelemahan nilai tukar ini. Meski sebenarnya, pelemahan Rupiah terhadap USD masih terjaga.

"Saya belum dengar (BI naikan suku bunga), tapi kebijakan Fed kemarin ada kemungkinan penyesuaian lagi karena saya rasa hampir semua bank sentral harus rubah policy-nya tahun ini karena perubahan di FOMC," tuturnya. Dari sisi perbankan, Tiko mengatakan, Bank Mandiri mau tidak mau harus menyesuaikan deposito demi menjaga dana masyarakat. "Sedangkan kredit kita belum perlu menyesuaikan jadi tahun ini kita revisi NIM dulu. Saya rasa untuk kredit masih semester II ada room tetap dengan suku bunga yang sama," tuturnya.

Utang Luar Negeri

Pelemahan rupiah tersebut dikhawatirkan turut membuat utang luar negeri menjadi membengkak. Namun, Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih meyakini, sektor swasta sudah memiliki manajemen risiko yang bagus dalam mengelola ULN. Terbukti, tingkat hedging mereka sudah jauh dari ketentuan rasio hedging minimal 25% dari selisih negatif antara aset valas dan kewajiban valas yang akan jatuh tempo 0–3 bulan serta 3–6 bulan ke depan. Ini sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Peraturan BI (PBI) Nomor 16/21/PBI/2014.

"Kalau persentase minimumnya dipenuhi, itu (ketahanan korporasi) sudah cukup kuat," kata Lana, seperti dikutip Kontan. Tapi, dia mengharapkan, jumlah korporasi yang memenuhi ketentuan hedging ULN kelak bisa mencapai 100%. Menurut Lana, aksi hedging ULN ibarat korporasi membeli asuransi. Saat rupiah melemah dan korporasi akan membayar utang luar negeri yang jatuh tempo, maka mereka tidak perlu khawatir dengan pelemahan rupiah tersebut.

Meski memang, biaya hedging ULN yang mereka bayarkan cukup mahal. Bahkan, Lana menambahkan, korporasi bisa mendulang keuntungan jika kurs rupiah yang dipatok bank saat membeli hedging lebih kuat dibanding saat akan membayar utang luar negeri yang jatuh tempo. Melalui hedging ULN, korporasi juga tidak perlu buru-buru membutuhkan mata uang asing dalam jumlah yang besar.

 

BERITA TERKAIT

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…