NERACA
Jakarta – Disuspensinya saham PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR) lantaran harga saham yang terus terkoreksi pasca aksi korporasi perseroan melakukan reverse stock menuai kegelisahan bagi investor karena nilai portofolio investasi sahamnya terus menyusut. Merespon hal tersebut, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio angkat suara.
Dirinya menuturkan, penurunan signifikan saham BNBR bukan menjadi kesalahan perusahaan karena pada dasarnya tak ada legal dan juga aturan yang dilanggar. Tito Sulistio mengatakan bahwa hal ini juga bisa dipicu dengan penurunan indeks signifikan beberapa waktu yang lalu lantaran pasar dunia sedang mengalami volatilitas.
Sehingga, Tito menyimpulkan bahwa apa yang terjadi pada saham BNBR karena adanya mekanisme pasar saja. Meski demikian, beberapa upaya juga sedang dilakukan oleh BEI demi menahan penurunan signifikan dari saham tersebut. "Kalau turun terus, nanti kami akan berikan UMA, lalu suspensi," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Namun jika dalam penjelasan dari perusahaan tersebut ada legal issue yang dilanggar, nantinya akan ada pemeriksaan perusahaan. Pemeriksaan ini nantinya akan dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebagai informasi saja, sebelum disuspensi, saham BNBR mencatatkan penurunan yang cukup signifikan dalam perdagangan Selasa (20/6). Saham BNBR turun 32,69% menjadi Rp 70 per saham. Saham BNBR turun Rp 34 dari pembukaan sebelumnya.
Fakta menarik lainnya, saham BNBR sebelumnya sudah tidur cukup lama di level Rp50 alias gocap. Tiba-tiba saham BNBR bangkit layaknya "zombie". Saham BNBR keluar dari zona gocap bukan karena memang kinerjanya membaik, melainkan lantaran reverse stock. Perusahaan melakukan reverse stock dengan rasio 10:1. Itu artinya, dari posisi Rp50 berubah menjadi Rp500 setelah reverse stock.
Namun, sejak reverse stock resmi dilakukan pada 30 Mei 2018, saham BNBR justru turun. Satu hari setelah reverse stock saham BNBR langsung turun ke posisi Rp376. Selanjutnya, setiap hari perdagangan saham BNBR terus turun. PT Bakrie Brothers Tbk hingga akhir tahun lalu masih mencatatkan rugi senilai Rp1,19 triliun. Meskipun berhasil turun dari posisi rugi di 2016 yang sebesar Rp3,66 triliun, perseroan belum berhasil mencatatkan nilai positif dalam laporan keuangannya.
NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…
Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…
NERACA Jakarta - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…
NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…
Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…
NERACA Jakarta - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…