Pemudik Kampungan

 

Oleh: Firdaus Baderi

Wartawan Harian Ekonomi Neraca

 

Meski klaim pemerintah bahwa angka kecelakaan mudik tahun ini menurun cukup besar, salah satunya karena jumlah pemudik motor yang juga berkurang. Penyebab berkurangnya jumlah pemudik motor antara lain banyaknya program mudik gratisan dan program pengangkutan sepeda motor dengan kereta api dan kapal laut.

Kendati demikian, Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menilai kebijakan pemerintah memperpanjang cuti lebaran tidak efektif mengurai kemacetan. Sebagian karyawan swasta baru bisa melakukan perjalanan mudik pada H-3 dan H-2 lebaran. Terbukti, H-3 lebaran menjadi puncak kemacetan, khususnya di gerbang tol Cikarang Utama dan ruas tol Cipali.

Terbukti, waktu tempuh Bekasi-Cirebon via tol Cipali masih menyita waktu 7 jam. Pembangunan infrastruktur jalan tol hingga ke Semarang memang menunjukkan keberhasilan program pemerintah, namun di sisi lain pemerintah belum berhasil membentuk budaya pemudik berdisiplin di jalan tol. Masih banyak perilaku pemudik yang seenaknya mengemudikan mobilnya tanpa memperhatikan marka jalan, dan berpotensi membuat kecelakaan terhadap orang lain.

Adanya rest area yang seharusnya dimanfaatkan oleh pemudik sebatas buang air kecil atau istrirahat sebentar, pada kenyataannya masih banyak pemudik berleha-leha santai di rest area hingga lebih dari 1 jam. Ini tentu saja membuat pemudik lainnya tidak kebagian tempat istirahat. Lalu pemudik memanfaatkan bahu jalan di sekitar rest area sehingga membuat kondisi kemacetan semakin parah.

Selain itu, kebijakan pihak Kepolisian dan Jasa Marga yang memberlakukan sistem one way tol Jakarta-Cikampek ternyata merugikan pengguna jalan tol yang “dipaksa” menggunakan jalan arteri. Bayangkan saja, waktu tempuh dari Jakarta menuju Kabupaten Karawang, bertambah menjadi 4-5 jam. "Kondisinya macet parah karena harus lewat jalan arteri. Jalan tolnya ditutup," ujar Umar Salim, pengemudi mobil, dari Jakarta ke Karawang, Rabu (20/6).

Jelas, arus lalu lintas di sepanjang jalan arteri Jakarta, Bekasi hingga Karawang cukup padat selama diberlakukannya one way. Karena semua kendaraan dari Jakarta menuju arah Cikampek "dipaksa" lewat jalan arteri. Ini fakta mengorbankan kepentingan pemakai jalannya gara-gara kebijakan one way hanya untuk menyelamatkan pemudik saat arus balik ke Jakarta.

Kebijakan memberlakukan one way pada arus balik Lebaran 2018 dengan tujuan mengurai kemacetan di jalan tol sepanjang lebih dari 200 Km itu merupakan yang pertama kali di dunia. Pemerintah seolah-olah tutup mata bahwa kebijakan tersebut merugikan orang lain yang memiliki hak yang sama menggunakan jalan tol.  

Program pembangunan infrastruktur jalan tol yang berhasil menyambungkan dari Jakarta hingga Jawa Tengah seharusnya secara ekonomis bertujuan mulia, yaitu akan membuat pengguna jalan lebih nyaman, efisien dan waktu tempuh yang lebih cepat. Namun kenyataannya, perilaku dan budaya pemudik yang masih kampungan mengemudikan mobilnya di jalan tol, akhirnya kondisi macet parah saat arus mudik maupun arus baliknya.  

Parahnya lagi, operator jalan tol dan pihak kepolisian ikutan bertindak “kampungan” dengan memberlakukan sistem one way sepanjang 200 Km lebih di jalan Tol Jakarta-Cipali, dan ini akhirnya hanya memindahkan kemacetan lebih parah di jalan arteri.

BERITA TERKAIT

Produk Keuangan Syariah

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah   Selain bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh keberkahan dan ampunan, bulan yang suci…

Gejolak Harga Beras

  Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta   Ada pemandangan aneh ketika kemarin rakyat rela…

Risiko Fiskal dalam Pembangunan Nasional

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Risiko dapat dimaknai sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang…

BERITA LAINNYA DI

Produk Keuangan Syariah

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah   Selain bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh keberkahan dan ampunan, bulan yang suci…

Gejolak Harga Beras

  Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta   Ada pemandangan aneh ketika kemarin rakyat rela…

Risiko Fiskal dalam Pembangunan Nasional

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Risiko dapat dimaknai sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang…