NERACA
Jakarta – Membaiknya harga batu bara, menjadi alasan bagi PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk (DPNS) untuk mematok pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi. Emiten produsen batu bara ini menargetkan laba bersih Rp 6 miliar. Sementara itu, pendapatan perseroan diharapkan mencapai Rp 110 miliar,”Target laba bersih tahun ini sedikit lebih besar dibandingkan raihan laba bersih pada 2017 yang sebesar Rp 5,96 miliar,"kata Direktur Utama DPNS, Slang Hadi Widjaja di Jakarta, kemarin.
Strategi yang ditempuh perseroan dalam rangka mencapai targetnya, kata Slang Hadi antara lain dengan memberikan harga yang cukup bersaing, pelayanan yang baik, menjaga dan mempertahankan mutu glue serta pengiriman yang tepat waktu. Sebagai informasi, perseroan membukukan penurunan kinerja sepanjang tahun 2017 dibanding tahun Ialu. Tengok saja, penjualan sebesar Rp 115,94 miliar pada tahun 2016 turun menjadi Rp 111,29 miliar pada tahun 2017. Walaupun nilai penjualan masih diatas jumlah yang ditargetkan Rp 105 miliar, namun laba yang ditargetkan perusahaan sebesar Rp 9 miliar tidak tercapai, jumlah yang terealisasi sebesar Rp 6,58 miliar.
Kata Hadi, penurunan ini dikarenakan oleh menurunnya permintaan produk utama berupa glue yang disertai dengan meningkatnya beban pokok penjualan seiring dengan naiknya harga bahan baku utama produksi dan menurunnya pendapatan bunga. Profitabilitas perusahaan tahun 2017 menurun dibanding tahun 2016. Margin kotor turun dari 25,44% pada tahun 2016 menjadi 22,34% pada tahun 2017. Hal ini dikarenakan menurunnya kuantitas permintaan glue sebanyak 2.144 ton dan naiknya beban pokok penjualan yang disebabkan oleh naiknya harga pokok rata-rata pemakaian bahan baku utama berupa methanol, caustic soda, phenol dan melamine serta naiknya beban gaji dan kesejahteraan karyawan.
Net profit margin turun dari 8,63% pada tahun 2016 menjadi 5,36% pada tahun 2017 terutama dikarenakan oleh menurunnya margin kotor dan menurunnya pendapatan lain-lain. Total Aset mengalaml peningkatan sebesar Rp 12,36 miliar, dari Rp 296,13 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp 308,49 miliar pada tahun 2017. Kenaikan ini dikarenakan oleh naiknya aset lancar dan aset tidak lancar.
Kenaikan aset lancar berdampak pada kemudahaan manajemen dalam mengelolah operasional perusahaan, sedangkan dampak perubahan aset tidak lancar berupa kenaikan beban eksplorasi dan pengembangan menunjukkan keuangan perusahaan semakin bertambah ke dalam investasi di bidang batu bara, namun perusahaan berharap Perusahaan tambang batu bara entitas anak dapat segera berproduksi. Dampak perubahan total aset menunjukkan likuiditas perusahaan semakin membaik.
Lebih lanjut, Hadi mengatakan, perseroan tidak menghadapi kendala yang berarti pada tahun 2017, namun suasana politik nasional dan pesta demokrasi yang semakin dekat dapat berpengaruh pada kehidupan berdemokrasi dan menimbulkan kekhawatiran para pelaku ekonomi.”Harapan masyarakat tentunya semua dapat berjalan lancar dan terlaksana dengan semangat kedewasaan untuk membangun bangsa dan negara menjadi lebih baik,"ungkapnya.
NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…
Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…
NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…
NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…
Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…
NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…