Risiko Penyakit di Balik Nikmat Tembakau

Setiap 31 Mei dunia memperingati 'World No Tobacco Day' atau Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan tahun ini fokus perhatian tertuju pada konsumsi tembakau sebagai faktor penting peningkatan risiko penyakit jantung. Dilansir dari NDTV, WHO melaporkan 12 persen kematian akibat penyakit kardiovaskular berhubungan dengan kebiasaan merokok, termasuk perokok pasif dikutip dari CNN Indonesia.

Tak hanya berefek buruk pada jantung, tembakau juga memengaruhi peningkatan risiko penyakit-penyakit lain sebagai berikut:

1. Stroke

Stroke memiliki hubungan dengan konsumsi tembakau. Mayoritas tembakau dikonsumsi dengan cara dibakar dan dinikmati kepulan asapnya. Lewat cara ini sejumlah bahan kimia masuk ke tubuh dan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah otak. Efeknya pun bisa berbahaya.

Asap rokok dapat menghasilkan variasi detak jantung sehingga menimbulkan stroke. Selain itu, kebiasaan merokok tembakau juga berkontribusi pada serangan transient ischemic (TIA) yakni stroke kecil yang dapat sembuh. Meski bisa disembuhkan, TIA merupakan indikasi dari serangan stroke yang lebih serius.

2. Kanker paru

Punya kebiasaan merokok atau mengonsumsi tembakau? Jika iya, maka risiko kanker paru akan semakin besar. Tak hanya bagi perokok aktif, mereka yang perokok pasif pun bisa terkena imbasnya. "Dari kecil perokok pasif sehingga proses menuju kanker dimulai lebih cepat," kata Elisna Syahruddin, spesialis paru dari RS Persahabatan beberapa waktu lalu.

Kanker paru dikenal sebagai pembunuh utama di kelompok penyakit kanker. Angka harapan hidup pasien kanker paru pun terbilang paling buruk di antara pasien penyandang kanker lain.

3. Kanker mulut

Konsumen tembakau dapat menikmati tembakau tanpa asap yakni dengan cara dikunyah langsung. Cara ini berkontribusi pada risiko penyakit kanker mulut. Sekitar 90 persen pasien kanker mulut adalah konsumen tembakau. Jika ingin terbebas dari risiko kanker mulut, maka sebaiknya menghentikan konsumsi tembakau.

4. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)

Penyakit ini merupakan istilah untuk berbagai penyakit paru-paru yang mempengaruhi pernapasan. Penyakit ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang kronis. Merokok tembakau jadi penyebab utama PPOK dan disertai faktor lain seperti polusi udara dan faktor genetik. Penyakit memiliki gejala antara lain, muncul semburat biru pada kulit karena kurang pasokan oksigen, batuk kronis, pusing, kelelahan, napas tersengal-sengal meski saat beristirahat, dada terasa kaku serta terdapat bunyi seperti siulan di dada. PPOK dapat menimbulkan komplikasi atau kemunculan penyakit lain termasuk pneumonia.

5. Penyakit peripheral arterial

Penyakit peripheral arterial merupakan kondisi penumpukan plak di dalam arteri yang menyalurkan darah ke organ serta anggota tubuh. Plak terbentuk dari lemak, kolesterol, kalsium serta zat-zat lain. Penyebab umum penyakit ini ialah atherosclerosis atau penyakit penumpukan plak di dalam arteri. Namun merokok juga berkontribusi memicu risiko penyakit.

Penyakit peripheral arterial memiliki gejala umum rasa nyeri, kram, sakit dan kaku pada area tubuh tertentu. Sumbatan pada arteri juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, dingin, pucat dan denyut nadi yang tidak dapat dirasakan kaki. Pria dapat mengalami impotensi jika yang tersumbat adalah aliran darah ke alat vital.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menilai pemberian label 18+ tidak efektif. Pemberian tanda ini dimaksudkan sebagai label tanda hanya boleh dibeli oleh orang yang berusia diatas 18 tahun. Pasalnya, BPOM mengungkapkan, sampai saat ini rokok masih dapat dibeli dan dikonsumsi oleh anak-anak yang berusia di bawah 18 tahun.

"Label 18+ tidak bermakna apa-apa, walaupun pencantuman ada, tapi tidak berdampak signifikan. Masih bisa dijangkau anak-anak," kata Kasubdit Pengawasan Produk Tembakau BPOM Moriana Hutabarat di Jakarta, dikutip dari Antara (30/5).

 

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…