BPS Catat Inflasi Jabar Capai 0,28 Persen

BPS Catat Inflasi Jabar Capai 0,28 Persen

NERACA

Bandung - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mencatat inflasi pada bulan Mei mencapai 0,28 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan angka inflasi pada dua tahun terakhir.

"Inflasinya boleh dikatakan relatif terkendali, karena di 2017 kalau bulan puasa (inflasi) itu 0,40-an persen, bahkan dua tahun kebelakang mencapai 0,70-an persen," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, Dody Herlando, dalam siaran tertulisnya, Selasa (5/6).

Menurut dia, data tersebut merupakan hasil dari analisis di tujuh kota pantauan, meliputi Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok, dan Kota Tasikmalaya. Kota Bogor tercatat mengalami inflasi sebesar 0,04 persen, Kota Sukabumi sebesar 0,19 persen, Kota Bandung sebesar 0,22 persen, Kota Cirebon sebesar 0,16 persen, Kota Bekasi 0,55 persen, Kota Depok sebesar 0,13 persen, dan Kota Tasikmalaya sebesar 0,42 persen.

Menurut dia, meski angka inflasi Jabar lebih tinggi dibanding angka nasional yakni sebesar 0,21 persen, namun hal ini menunjukan bahwa kinerja pemerintah dalam upaya stabilisasi harga di pasar pada Ramadhan ini cukup sukses, sehingga inflasi tetap terkendali."Jadi 0,28 persen itu sesuatu gambaran yang menunjukan bahwa pemerintah sudah bekerja dan tentu saja kerja sama yang baik antara pengusaha," ujar dia.

Dari tujuh kelompok pengeluaran seluruhnya mengalami inflasi, yakni kelompok bahan makanan sebesar 0,86 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,20 persen. Kemudian kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,02 persen, kelompok sandang sebesar 0,40 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,33 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,00 persen dan kelompok transportasi, komunikasi dan keuangan sebesar 0,09 persen.

Khusus untuk bahan pokok, kenaikan bahan makanan hingga pertengahan bulan Ramadhan terjadi di harga daging ayam ras, telur, dan bawang merah. Namun, kenaikan harga bahan makanan tersebut masih relatif rendah atau wajar."Harga komoditas yang naik tadi masih dalam kondisi relatif stabil, bahkan kita mengalami deflasi di beras dan bawah putih," kata dia.

Kata dia, yang harus diperhatikan yakni pada saat menyambut libur panjang Idul Fitri 1439 H, beberapa komoditas bahan makanan dan kelompok pengeluaran lain diprediksi mengalami kenaikan yang berpengaruh pada kenaikan inflasi."Ini yang menurut saya yang perlu di maintenance untuk 15 hari kedepan, karena biasanya suka ada tren masalah harga daging sapi dan transportasi," kata dia. Ant

 

BERITA TERKAIT

Pelindo Fasilitasi 3 UMK Unggulan Ikut Pameran di Luar Negeri

NERACA Jakarta - PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo berpartisipasi di ajang pameran International Food and Hotel Asia (FHA) Food…

MenKopUKM: 57th APEC SMEWG Jadi Forum Strategis Tuntaskan Tantangan UMKM

NERACA Bali – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menyatakan forum Asia-Pacific Economic Cooperation Small Medium Enterprises Working Group…

Dishub Kota Sukabumi Tangani Puluhan Kerusakan PJU

NERACA Sukabumi - Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Sukabumi menerima laporan kerusakan Penerangan Jalan Umum (PJU) sebanyak 49 aduan yang tersebar…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

Pelindo Fasilitasi 3 UMK Unggulan Ikut Pameran di Luar Negeri

NERACA Jakarta - PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo berpartisipasi di ajang pameran International Food and Hotel Asia (FHA) Food…

MenKopUKM: 57th APEC SMEWG Jadi Forum Strategis Tuntaskan Tantangan UMKM

NERACA Bali – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menyatakan forum Asia-Pacific Economic Cooperation Small Medium Enterprises Working Group…

Dishub Kota Sukabumi Tangani Puluhan Kerusakan PJU

NERACA Sukabumi - Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Sukabumi menerima laporan kerusakan Penerangan Jalan Umum (PJU) sebanyak 49 aduan yang tersebar…