LMAS Bidik Pendapatan Hanya Tumbuh 7%

NERACA

Jakarta – Sepanjang tahun ini, PT Limas Indonesia Makmur Tbk (LMAS) menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih cukup konservatif sebesar 7% dari capaian tahun 2017. Hal itu disebabkan penyesuaian nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

Sekretaris Perusahaan LMAS, Baso Amir menyampaikan, tahun ini pendapatan perusahaan akan sangat dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Hal itu disebabkan mayoritas pendapatan berasal perangkat lunak dan keras teknologi informasi dari import.”Hal itu sudah terlihat dari capaian kuartal I 2018, dimana laba bersih tumbuh menjadi Rp1 miliar dan penjualan tumbuh menjadi Rp46,4 miliar,” kata Baso di Jakarta, kemarin.

Dirinya menjelaskan, pendapatan perseroan pada tahun 2018 akan disumbang dari lini usaha jasa dan layanan konsultan teknologi informasi, penjualan perangkat lunak dan keras teknologi informasi serta layanan informasi pasar modal.“Sumber pendapatan tahun ini tak jauh berbeda dengan tahun lalu,” kata dia.

Untuk diketahui, akhir tahun 2017, LMAS mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik Perusahaan sebesar Rp1,225 miliar, atau tumbuh 23,86% dibandingkan Rp989,123 juta pada 2016. Sementara Direktur LMAS, Edwin Lim menyatakan, peningkatan laba bersih tersebut seiring penurunan beban keuangan LMAS sebesar 10,89%, dari Rp19,92 miliar menjadi Rp17,75 miliar.

Adapun penjualan bersih LMAS selama tahun lalu, tercatat Rp189,231 miliar, atau turun 8,9% dibandingkan tahun 2016 yang mencapai Rp207,753 miliar. "Penjualan Perseroan berasal dari layanan data dan informasi keuangan StockWatch, Limas Mobile, Limas Feed, dan portal keuangan e-Bursa ," ujarnya. 

Adapun pada tahun 2017, beban pokok penjualan Perseroan mengalami penurunan sebesar 14,38%, dari Rp 153,54 miliar pada 2016 menjadi Rp 131,46 miliar. Beban pokok Perseroan yang lebih rendah pada tahun 2017 dibandingkan dengan tahun 2016 disebabkan oleh penurunan beban pokok penjualan perangkat keras dan lunak serta jasa teknis dan pemeliharaan, serta penurunan biaya penyusutan,”Kami yakin kegiatan di pasar saham, pasar utang serta pasar keuangan lainnya akan tetap membutuhkan layanan data dan informasi yang handal dan seketika pada tahun-tahun mendatang. Kebutuhan ini akan berjalan seiring dengan peningkatan aktivitas transaksi dan perdagangan saham dan efek lainnya di pasar saham Indonesia,"kata Edwin. 

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…