Diskriminasi Sawit Indonesia Harus Segera Diakhiri

NERACA

Jakarta – Pemerintah Indonesia meminta Uni Eropa untuk tidak mendiskriminasi minyak kelapa sawit terhadap produk minyak sayur lainnya seperti minyak bunga matahari dan minyak kedelai. Demikian disampaikan oleh Deputi I Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Purbaya Yudhi Sadewa.

"Tujuan kami bukan untuk memaksa Uni Eropa untuk menggunakan minyak kelapa sawit, namun kami ingin adanya keadilan akan 'treatment' yang diberikan antara minyak kelapa sawit dan minyak nabati lainnya," kata Purbaya di Jakarta, belum lama ini.

Menurutnya, sejauh ini, Uni Eropa tampak memberlakukan target khusus terhadap minyak kelapa sawit dengan rencana pemberlakuan pelarangan tersebut. "Apabila Uni Eropa dapat menunjukkan bahwa mereka tidak diskriminatif terhadap minyak kelapa sawit, maka kami akan merespon kebijakan mereka dengan baik," kata Purbaya yang dikutip dari laman Antara.

Indonesia telah menyampaikan keprihatinannya terhadap rencana UE untuk melarang masuknya produk kelapa sawit dari negara-negara produsen ke dalam kawasan tersebut, dimana Indonesia sendiri merupakan produsen kelapa sawit terbesar nomor satu di dunia.

Bagi Indonesia, minyak kelapa sawit menjadi isu nasional karena merupakan salah satu komoditas unggulan yang memiliki standar keberlanjutan dan sangat terkait dengan kehidupan jutaan petani setempat yang menggantungkan mata pencarian utamanya dari perdagangan minyak kelapa sawit.

Purbaya mengatakan bahwa menurunnya angka kemiskinan di Indonesia, salah satunya disebabkan oleh hadirnya industri kelapa sawit yang dapat menjadi mata pencarian masyarakat di daerah-daerah. "Banyak sekali warga Indonesia yang bekerja dan bergantung pada kelapa sawit itu sendiri," katanya.

Sementara itu, sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar, Indonesia memiliki kepentingan yang besar untuk dapat memastikan keberlanjutan akses pasar minyak kelapa sawit ke seluruh penggunanya, termasuk di wilayah Uni Eropa. Uni Eropa merupakan salah satu pasar terpenting untuk perdagangan minyak kelapa sawit Indonesia yang dapat menciptakan tren secara global.

Pada kesempatan lain, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat adanya penurunan kinerja ekspor minyak sawit Indonesia termasuk biodiesel dan oleochemical sebesar dua persen pada kuartal I 2018 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Direktur Eksekutif GAPKI Danang Girindrawardana mengatakan bahwa, pada kuartal pertama 2017, ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 8,02 juta ton, namun pada periode yang sama 2018, melorot menjadi 7,84 juta ton. "Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja ekspor minyak sawit Indonesia adalah adanya beberapa hambatan perdagangan yang diterapkan oleh beberapa negara," kata Danang.

Danang menambahkan, hambatan-hambatan tersebut antara lain seperti dari Uni Eropa yang mengeluarkan resolusi Parlemen Eropa yang menuding sawit sebagai penyebab deforestasi, India yang menaikkan bea masuk impor minyak nabati.

Selain itu, Amerika Serikat melancarkan tuduhan antidumping biodiesel dan RRT yang memperketat pengawasan terhadap minyak nabati yang diimpor. GAPKI mencatat, khusus untuk minyak sawit mentah dan turunannya saja (tidak termasuk Olechemical dan Biodiesel) pada kuartal I 2018 menurun tiga persen pada kurtal I 2018 dibanding periode yang sama tahun lalu atau dari 7,73 juta ton di kuartal I 2017 turun menjadi 7,5 juta ton di periode yang sama tahun 2018.

Kebijakan India yang menaikkan pajak impor minyak nabati, menyebabkan ekspor minyak sawit Indonesia ke India tergerus 33,44 ribu ton atau turun sekitar delapan persen pada Maret 2018 dibandingkan bulan sebelumnya, atau dari 442,09 ribu ton di Februari turun menjadi 408,65 ribu ton di Maret. Penurunan ekspor minyak sawit Indonesia pada Maret 2018 dibandingkan bulan sebelumnya juga terjadi ke Bangladesh 59 persen, negara Timur Tengah 30 persen dan Pakistan 0,5 persen.

Di sisi lain, kinerja produksi minyak sawit Indonesia pada kuartal I 2018 naik mencapai 24 persen dibandingkan periode yang sama 2017 atau dari 8,4 juta ton pada kuartal I 2017 naik menjadi 10,41 juta ton periode yang sama 2018. munib

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…