Penetrasi Pasar Produk ETF - Pinancle Investment Bakal Rilis ETF Indeks Baru

NERACA

Jakarta – Setelah sukses meluncurkan reksadana bertajuk Pinnacle IDX 30 ETF (XPID), berikutnya PT Pinnacle Persada Investama (Pinnacle Investment) bakal merilis produk baru di kuartal empat tahun ini,”Saat ini kami tertarik untuk memilih salah satu dari tiga indeks yang baru-baru ini diterbitkan BEI. Rencananya, ETF yang baru ini akan keluar pada kuartal keempat tahun ini," kata Pesident & CEO Pinnacle Investment, Guntur Putra di Jakarta, Rabu (30/5).

Sebagaimana diketahui, pada 17 Mei 2018 BEI meluncurkan tiga indeks baru yang terdiri atas IDX High Dividend 20 (IDXHIDIV20), IDX BUMN 20 dan Jakarta Islamic Index 70 (JII70). Menurut Guntur, sejauh ini pihaknya tengah mengkaji ketiga indeks tersebut untuk dijadikan acuan bagi produk baru ETF Pinnacle yang paling lambat diterbitkan pada akhir 2018. "Salah satu indeks baru tersebut akan kami jadikan acuan produk ketujuh kami," ujarnya.

Namun demikian, Guntur enggan menyebutkan salah satu dari ketiga indeks tersebut yang paling potensial untuk menjadi acuan ETF terbaru Pinnacle. "Kami belum bisa menyebutkan indeks mana yang akan dipilih. Saat ini masih dalam kajian dan kami sedang mengevaluasi indeks-indeks tersebut," tuturnya.

Lebih lanjut Guntur menyebutkan, perseroan meluncurkan ETF pasif sebagai produk keenam milik Pinnacle yang mengacu pada IDX30. Menurutnya, saat ini industri pengelolaan reksa dana saham sudah memiliki 19 produk ETF. "Kali ini kami memilih IDX30 sebagai acuan karena indeks ini memiliki market cap dan likuiditas paling unggul dibanding indeks IDX lainnya," tandasnya.

Bahkan, kata Guntur, saat simulasi dalam kurun sepuluh tahun terakhir untuk produk XPID, return yang diperoleh bisa lebih tinggi satu persen dari IDX30. Padahal, risiko pada ETF ini tetap sama dengan risiko di IDX30. Terkait target dana kelolaan XPID setahun ke depan, Pinnacle mengaku tidak pernah menentukan baik untuk dana kelolaan produk maupun keseluruhan. Guntur meyakini, sejauh ini kinerja keenam produk ETF Pinnacle saat ini terbilang bagus dan konsisten. “Selama ini kami selalu menjaga return setiap produk bisa outperform 3%-4% di atas acuannya,” kata Guntur.

Adapun, per 30 April 2018, total dana kelolaan dan dana advisory reksadana Pinnacle telah bertumbuh menjadi Rp 3,5 triliun. Bulan lalu, perusahaan manajer investasi ini juga telah resmi memperoleh izin sebagai penasihat investasi dari OJK. Sebagai informasi, Pinnacle selama ini populer sebagai manajer investasi yang banyak meluncurkan produk reksadana ETF. Guntur mengatakan, perbedaan reksadana XPID dari reksadana ETF milik Pinnacle lainnya adalah strategi pengelolaan pasif.

Lima ETF yang sudah Pinnacle luncurkan sebelumnya mengadopsi strategi smart beta dan menggabungkan pendekatan pasif dan aktif. Sementara, XPID merupakan ETF pertama Pinnacle Investment yang mengadopsi strategi pasif. "Ini merupakan inisiatif kami untuk mulai melengkapi produk dari spektrum aktif, pasif dan smart beta dalam melengkapi kebutuhan investor," kata Guntur.

Guntur menambahkan, reksadana ini cocok bagi investor ritel maupun institusi yang menargetkan tingkat pengembalian janka panjang secara atraktif atau lebih tinggi dari benchmark.

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…