OJK Mencatat Capai Rp 61 Triliun - Pendanaan Dipasar Modal Tumbuh Tinggi

NERACA

Jakarta – Meskipun kondisi pasar modal saat ini tengah mengalami fluktuasi yang cukup tinggi, namun minat perusahaan mencari pendanaan di pasar modal masih tinggi. Tengok saja, penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp 61 triliun hingga 21 Mei, dengan jumlah emiten baru 16 perusahaan.

Kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso, dana pertumbuhan ini lebih tinggi dari periode sama tahun lalu, dan ini strategi untuk pembiayaan jangka menengah dan panjang. “Ini penting supaya perbankan tidak terlalu mendapatkan kendala dalam pembiayaan jangka panjang," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Wimboh mengungkapkan, dalam tahun ini saja, sudah ada 58 perusahaan yang melakukan penawaran umum di pasar modal, dengan total nilai indikatif sebesar Rp 66,35 triliun.”Kemungkinan masih bisa bertambah dengan berjalannya waktu. Tahun lalu kita bisa mencapai di atas Rp 150 triliun. Total dana kelolaan investasi atau reksadana meningkat dan telah mencapai Rp 739,71 triliun," jelas dia.

Wimboh memastikan, OJK akan terus mendorong pendalaman pasar keuangan dengan memfasilitasi penerbitan obligasi baik korporasi maupun obligasi daerah dan juga adanya sekuritisasi aset, sehingga perusahaan korporasi akan lebih mudah mendapatkan pendanaan dari pasar modal. OJK, kata dia, juga berkomitmen tetap menjaga stabilitas sektor jasa keuangan dengan memelihara kesehatan industri, memperkuat permodalan emiten.

Sebelumnya, Direktur Penilaian PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Samsul Hidyat pernah bilang, sudah lima calon emiten yang menunda pelaksanaan IPO hingga waktu yang belum bisa ditentukan karena dampak kondisi pasar yang belum kondusif.“Yang sudah mundur PT Artajasa pembayaran, PT Harvest Time Tbk, PT Wahana Vinyl Nusantara dan PT Wijaya Karya Realty Tbk. Sedangkan satu lagi saya lupa,” kata Samsul.

Analis PT Recapital Asset Management, Kiswoyo Adi Joe bilang, kepada perusahaan untuk mempertimbangkan kondisi pasar untuk melakukan IPO. Pasalnya, jika kondisi pasar sedang turun maka ada potensi saham tidak terserap pasar.”Kalau pasar sedang turun, perusahaan jangan melakukan IPO dulu. Ada risiko saham tidak akan laku terjual di pasar. Jadi, IPO harus saat kondisi indeks sedang naik,"ungkapnya.

Kiswoyo menambahkan sebenarnya tidak ada batasan atau angka aman yang bisa dijadikan acuan perusahaan dalam melakukan IPO. Namun, selama tren pasar masih negatif, perusahaan disarankan untuk menunggu atau wait and see hingga kondisi pasar membaik. Sebelumnya, Director Invesment Banking PT Danareksa Sekuritas, Boumediene H Sihombing menyampaikan, pelaksanaan penawaran awal saham perdana anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) tersebut, diperpanjang sampai 21 hari.

Kondisi indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang tahun 2018 yang mengalami penurunan 9,78% menjadi salah satu indikator lesunya pasar. Hal inilah yang menjadi alasan PT Wijaya Karya Realty Tbk menunda pelaksanaan initial public offering (IPO).

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…