BCA MULAI MENAIKKAN BUNGA DEPOSITO - BI: 3 Faktor Pengaruhi Tekanan Rupiah

Jakarta-Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya tekanan pada stabilitas eksternal khususnya nilai tukar di berbagai negara termasuk Indonesia. Sementara itu, kalangan perbankan domestiK mulai menaikkan suku bunga simpanan (deposito) terhitung mulai 1 Juni 2018.

NERACA

"Itu memang lebih karena perubahan kebijakan di AS yang memang berdampak ke seluruh negara, termasuk Indonesia. Ini bukan fenomena yang dihadapi Indonesia saja, seluruh negara maju maupun emerging market itu terkena dampaknya," ujar Perry di Kemenkeu, Senin (28/5).

Menurut dia, ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya tekanan pada stabilitas eksternal khususnya nilai tukar di berbagai negara. Pertama, adalah rencana kenaikan suku bunga The Fed yang sejumlah pelaku pasar memperkirakan lebih agresif.

Prediksi tersebut didasarkan pada perekonomian AS yang semakin membaik sehingga pelaku pasar memperkirakan The Fed kemungkinan masih akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 3-4 kali pada tahun ini.

Kedua, kebijakan fiskal AS yang lebih ekspansif, penurunan pajak, ekspansi fiskal yang lebih besar sehingga defisit fiskal yang lebih tinggi menjadi 4% per PDB. Bahkan ada yang memperkirakan 5% per PDB tahun depan. Sehingga utang AS lebih tinggi dan suku bunga US Treasury bond-nya meningkat.

Perry mengatakan, semula BI memperkirakan US Treasury bond hanya 2,75%, tetapi sejak Februari terjadu overshooting 3,2% dan sekarang 3,1%. "Itu kenapa terjadi capital revearsal, dan pembalikan modal dari negara maju maupun emerging market lari ke AS. Pada saat yang sama mata uang dolar menguat ke seluruh mata uang dunia," ujarnya.

Selain itu, menurut dia, saat ini ada faktor lain yang turut mempengaruhi yaitu sejumlah risiko geopolitik, termasuk juga ketidakpastian global perang dagang antara AS dan China. "Ini yang menyebabkan tidak hanya suku bunga AS naik, dolar kuat, tapi juga premi risiko di global itu naik."

Akan tetapi, dia optimis kondisi perekonomian Indonesia saat ini sudah cukup kuat menghadapi segala tekanan eksternal. "Saya merasa yakin bahwa ketahanan ekonomi Indonesia itu cukup kuat terhadap tekanan eksternal apakah pada saat ini, maupun episode tekanan sebelumnya pada krisis Yunani Oktober 2011, taper tantrum Mei 2013, revisi growth China 2015, dan juga brexit. Indonesia menunjukkan ketahanan yang kuat, itu yang menunjukkan koreksi harga di nilai tukar, yield obligasi dan saham year to date Indonesia sebetulnya cukup baik," ujarnya.  

Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengimbau perbankan untuk meningkatkan efisiensi operasional demi menahan pergerakan bunga kredit perbankan. "Perbankan memiliki ruang untuk meminimalkan dampak langsung daripada nasabah sehingga nasabah atau debitur tidak terlalu berat," ujarnya seperti dikutip Antara, awal pekan ini.

Wimboh juga meminta perbankan untuk melipatgandakan upaya efisiensinya agar biaya dana (cost of fund) menurun. Hal itu terkait dengan sinyal yang diberikan Bank Indonesia bahwa masih terbuka ruang untuk menaikkan kembali suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate (7-DRRR) pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Rabu (30/5).  "Maka itu, harus optimalkan teknologi perbankan, salah satunya dengan layanan bank nirkantor (branchless banking)," katanya.

Selain bunga acuan, faktor yang bisa mengerek suku bunga di perbankan adalah kondisi likuiditas yang ketat. Menurut dia, likuiditas perbankan masih sangat longgar hingga April 2018, sehingga tidak ada alasan untuk menaikkan bunga dana demi menghimpun pendanaan yang melimpah.

Lazimnya, jika suku bunga dana naik, perbankan akan mengompensasi biaya dana yang timbul dengan menaikkan suku bunga kredit. "Ekses likuiditas hingga April 2018 masih sangat banyak, sebesar Rp618 triliun," katanya. Sementara dana pihak ketiga (DPK) perbankan tumbuh 8,06%(yoy) per April 2018.

Adapun, rata-rata suku bunga kredit perbankan hingga Maret 2018 sebesar 11,18%, sedangkan suku bunga simpanan perbankan dengan tenor 3, 6, 12 bulan, masing-masing sebesar 5,88%, 6,29%, dan 6,46%.

Namun demikian, OJK membantah kelebihan likuiditas karena bank menahan penyaluran kredit ke masyarakat. Sebagai gambatan, hingga April 2018, pertumbuhan kredit perbankan 8,94% secara tahunan. Realisasi tersebut lebih tinggi ketimbang April 2017 yang sebesar 8,54% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. "Tahun lalu, itu hanya sekitar Rp500 triliun," ujar Wimboh.

Menurut dia, likuiditas perbankan memang menunjukkan tren peningkatan. "Kalau dapat kredit kan ada disimpan di giro atau digunakan untuk bayar. Kalau bayar kan masuknya ke perbankan lagi," terang dia.

Kondisi likuiditas perbankan, lanjut Wimboh, menunjukkan bahwa ruang ekspansi kredit masih terbuka lebar. Terlebih, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio-CAR) perbankan juga masih relatif terjaga di kisaran 22,38% pada April 2018.

Untuk mendorong ekspansi kredit, salah satu caranya dengan mendorong pembiayaan kredit yang berorientasi ekspor melalui sistem kluster dengan memanfaatkan saluran distribusi tambahan (channelling). Dengan begitu, menurut dia, peningkatan kredit dapat berimbas pada peningkatan ekspor yang saat ini tengah dikejar oleh pemerintah dan BI demi menjaga defisit transaksi berjalan.

Kendati perbankan tengah mengalami kelebihan likuiditas, Wimboh meminta pelaku industri untuk memenuhi janjinya meningkatkan efisiensi operasional. Salah satunya, yakni dengan tidak menaikkan bunga kredit, meski BI sudah menaikkan suku bunga acuan. "Perbankan memiliki ruang untuk meminimalkan dampak langsung, sehingga nasabah atau debitur tidak terlalu berat," ujarnya.

Bunga Deposito Naik

Bak gayung bersambut atas sinyal kenaikan suku bunga, Bank Central Asia (BCA) memutuskan untuk menaikkan suku bunga deposito sebesar 25 basis poin, berlaku per 1 Juni 2018 mendatang. Hal tersebut merespon kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan Bank Indonesia.

"Tadi kami baru rapat, per Juni (suku bunga) deposito naik tetapi naiknya cuma 25 bsp," ujar Direktur BCA Suwignyo Budiman di sela acara buka puasa dengan media di Hotel Indonesia Kempinski, Senin (28/5).

Suwignyo mengungkapkan porsi terbesar penempatan deposito berada di tenor satu bulan dengan bunga saat ini di kisaran 4,5%. Dia mengaku perseroan sebelumnya juga telah mengerek suku bunga deposito pada Februari lalu. Keputusan tersebut dilakukan demi menyesuaikan perkembangan tingkat suku bunga global.

Kendati bunga deposito naik, menurut dia, pihaknya masih akan menahan suku bunga kredit. Pasalnya, perseroan masih memperhatikan perkembangan kondisi permintaan pasar dan likuiditas yang masih mencukupi.

Meski demikian, Suwignyo tak memungkiri dengan kenaikan bunga deposito, biaya dana bakal terkerek dan pada akhirnya membuat pihaknya harus meningkatkan suku bunga kredit secara bertahap. "Suku bunga kredit kami masih belum ada perubahan. Yang pasti bunga kredit itu naik kalau bunga deposito mulai naik," ujarnya.

Menurut Suwignyo, kebijakan mengenai kenaikan suku bunga kredit baru akan dikaji pihaknya usai Lebaran. "Setelah Lebaran, kami nanti rapat dan baru kelihatan kami perlu menaikan (suku bunga kredit) atau tidak. Kalau tidak perlu ya tidak perlu kami naikkan," tutur dia.

Perlu diketahui, hingga kuartal I-2018, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) BCA mencapai 9% secara tahunan menjadi Rp583,15 triliun, diantaranya Rp132,5 triliun merupakan dana deposito yang tumbuh 2,1%. bari/mohar/fba

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…