Produksi Gas PHE Kuartal I Naik Tiga Persen

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - PT Pertamina Hulu Energi, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu, mencatat produksi gas 748 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) sepanjang Januari-Maret 2018, naik tiga persen dibandingkan periode yang sama 2017 sebesar 725,6 MMSCFD. “Pada 2018, PHE mematok target produksi sebesar 771,07 MMSCFD,” ujar Direktur Utama PHE, Gunung Sardjono Hadi, di Jakarta, kemarin.

Target produksi gas PHE pada tahun ini, lebih tinggi 6,5% dibanding realisasi rata-rata produksi 2017 sebesar 723,5 MMSCFD. Untuk produksi minyak PHE pada tiga bulan pertama 2018 tercatat 62,3 ribu barrel oil per day (MBOPD), tidak jauh berbeda dibanding periode yang sama 2017 sebesar 62,9 MBOPD. “PHE pada 2018 menargetkan produksi minyak sebesar 70,41 MBOPD, lebih tinggi dibanding 2017 yang mencapai 69,3,” kata Gunung.

Menurut Gunung, PHE akan mempercepat monetisasi cadangan PHE dengan menerapkan strategi klasterisasi sumber cadangan.Strategi ini bisa digunakan di wilayah kerja yang memiliki cadangan gas tidak terlalu besar, namun bisa segera dimonetisasi.

Dengan klasterisasi PHE tidak lagi berpikir hanya menunggu pembeli gas, namun berinovasi bagaimana menciptakan pasar. Pasalnya, meski memiliki cadangan besar akan percuma jika tidak ada penyerap gas. "Jadi tidak tergantung pasar, tapi menciptakan pasar. Itu yang sekarang kami kejar. Konsep monetisasi gas dibikin klaster. Jadi kami juga harus berpikir bagaimana bisa masuk ke midstream," kata Gunung.

Dia mencontohkan pengembangan gas di Senoro. Gas Senoro tidak akan pernah dimonetisasi andai kata tidak terbangun fasilitas kilang serta regasifikasi DSLNG yang bekerjasama dengan beberapa perusahaan. Untukitu PHE juga akan lebih membuka diri dalam menjalin kerjasama dengan perusahaan lain. "Seperti Senoro kalau tidak ada DSLNG itu kan tidak akan dikembangkan. Itu salah satu contoh untuk pengembangan lain. Kami mencoba mencari, membuat pasar baru. Jadi kami tidak duduk manis menunggu datang pembeli," kataGunung.

Direktur Operasi dan Produksi PHE, Ekariza mengatakan realisasi produksi gas PHE sangat tergantung dari penyerapan di pasar. Jika penyerapan pasar besar, maka PHE bisa meningkatkan produksi gasnya. “Produksi gas kuartal I lebih tinggi karena ada peningkatan penyerapan. Kontribusi produksi terbesar berasal dari Tomori,” kata Ekariza. Selain Tomori, kontribusi produksi gas PHE berasal dari blok Offshore North West Java (ONWJ), Jambi Merang dan West Madura Offshore (WMO).

Blok Terminasi

Target produksi migas PHE pada Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2018 juga telah memasukkan produksi dari empat blok habis kontrak (terminasi) yang akan dikelola penuh PHE. Keempat blok tersebut adalah Tuban, Ogan Komering, Southeast Sumatera da North Sumatera Offshore (NSO).

Dua dari empat blok tersebut, yakni Tuban dan Ogan Komering kontrak kerja sama bagi hasilnya (production sharing contract/PSC) telah ditandatangani pada 20 April 2018 dan berlaku efektif per 20 Mei 2018. Namun untuk lapangan unitisasi Sukowati yang sebelumnya dikelola Joint Operation Body (JOB) Pertamina-PetroChina East Java mulai 20 Mei 2018 diserahkan ke PT Pertamina EP.

Blok lainnya, Ogan Komering, kontraknya juga telah ditandatangani pada 20 April 2018 dan efektif berlaku pada 20 Mei 2018. Untuk underpreciate balance blok Tuban dan Ogan Komering telah disampaikan PHE ke Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) dan saat ini menunggu verifikasi dan persetujuan.

Hingga akhir 2017, produksi minyak JOB PPEJ secara gross mencapai 10,5 MBOPD dan produksi gas sebesar 14,2 MMSCFD. Sementara itu, produksi Ogan Komering secara gross mencapai 2,25 MBOPD dan produksi gas sebesar 8,64 MMSCFD. Pada 2018, PHE menargetkan produksi di blok Tuban secara gross untuk minyak sebesar 8,11 MBOPD dan produksi gas sebesar 11,11 MMSCFD.

Untuk Ogan Komering, PHE menargetkan produksi gross untuk minyak sebesar 1,95 MBOPD dan produksi gas sebesar 8,21 MMSCFD. Selain Tuban dan Ogan Komering, mulai Oktober 2018 PHE juga akan mulai mengambilalih pengelolaan Southeast Sumatera yang saat ini dikelola China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) SES Ltd. Untuk NSO, PHE saat ini telah menjadi operator setelah pada 2015 mengakuisisi 100% hak partisipasi Exxonmobil.

 

BERITA TERKAIT

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…