MESKI VOLUME PENJUALAN DIPREDIKSI MENINGKAT 20% - Harga Produk Makanan Diduga Naik 3%-7%

Jakarta-Meski penjualan makanan diprediksi meningkat sekitar 20% jelang Lebaran, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) berencana menaikkan harga produk sekitar 3% hingga 7% bila nilai tukar rupiah semakin terdepresiasi hingga usai Lebaran tahun ini.

NERACA

Ketua Umum GAPMMI Adhi S Lukman mengungkapkan perusahaan yang bergerak di sektor makanan dan minuman akan melakukan evaluasi harga setelah Lebaran nanti untuk memutuskan kenaikan harga tersebut. "Kenaikan Rp14 ribu per dolar AS ini kan lumayan. Kira-kira 10% depresiasi rupiahnya," ujarnya di Jakarta, pekan ini.

Kenaikan harga itu terpaksa dilakukan perusahaan untuk menutup biaya pengeluaran akibat pelemahan rupiah. Pasalnya, mayoritas perusahaan makanan dan minuman membutuhkan bahan baku impor. “Kami berharap pemerintah bisa mengelola ini supaya depresiasinya tidak terlalu besar," ujarnya.

Menurut Adhi, beberapa bahan baku yang masih impor hingga saat ini, yaitu garam, gula, terigu, dan susu. Adhi mencontohkan, impor susu dilakukan karena produksi dalam negeri masih di bawah 900 ribu ton. "Kebutuhan kami empat juta ton. Jadi hanya 30 persen yang diproduksi dari dalam negeri dari total kebutuhan," ujarnya.

Pihak GAPMMI memprediksi penjualan makanan dan minuman selama Ramadan dan jelang Lebaran tahun ini meningkat sekitar 20% dibandingkan bulan sebelumnya. “Prediksi itu jauh lebih tinggi dari realisasi peningkatan penjualan makanan dan minuman selama Ramadan dan Lebaran tahun lalu yang hanya 5%,” ujar Adhi.

Dia menilai daya beli masyarakat tahun ini sudah lebih baik dibandingkan tahun lalu. Terlebih, gaji ke-13 yang diberikan pemerintah kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) juga akan membantu mendorong penjualan makanan dan minuman. "Kalau tahun-tahun dulu sebenarnya kan kenaikan bisa 23%, tapi tahun lalu hanya 5%,” ujarnya.

Lebih lanjut Adhi mengatakan beberapa produk makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi untuk buka puasa diproyeksi naik lebih signifikan. Beberapa jenis produk itu, misalnya sirup, kolang kaling, dan nata de coco. "Produk-produk yang khusus buka puasa menggunakan manis-manis itu bisa naik sampai 100 persen," tutur dia.

Menyimak data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja industri makanan dan minuman selama kuartal I-2018 berhasi tumbuh sebesar 12,7%. Namun, pertumbuhan konsumsi rumah tangga selama kuartal I hanya 4,95%, atau stagnan dibandingkan kuartal I-2017 sebesar 4,94%.

Makanan Olahan

Di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpotensi mendongkrak harga makanan dan minuman olahan usai Lebaran. Pasalnya, sebagian besar bahan baku dan penolong produk makanan dan minuman olahan masih harus diimpor. "Kurs (dolar AS) naik sekitar 5%, otomatis akan menaikkan biaya produksi," ujar Adhi seperti dikutip CNNIndonesia.com, Selasa (8/5).

Berdasarkan data BPS, neraca perdagangan pangan semi olahan dan olahan Indonesia terus melebar selama tiga tahun terakhir. Pada 2015, neraca perdagangan pangan semi olahan dan olahan mengalami defisit sebesar US$276,09 juta. Setahun kemudian, defisit melebar menjadi US$888,4 juta dan tahun lalu, defisitnya menembus US$1,3 miliar.

Jika rupiah terus merosot, menurut Adhi, pelaku industri mau tak mau harus menyesuaikan harga jualnya demi menutup kenaikan biaya produksi. Besaran kenaikan harga tergantung dari banyaknya komponen impor yang digunakan oleh masing-masing produsen.

Namun, Adhi memastikan kenaikan tersebut baru akan dilakukan setelah periode ramadan dan lebaran. “Kami akan bertahan karena ada persiapan puasa dan lebaran yang sulit menaikkan harga," ujarnya.

Sementara itu, pelaku industri akan memaksimalkan penggunaan stok bahan baku lama yang biasanya cukup untuk satu bulan. Selain itu, produsen pangan olahan juga biasanya menyediakan stok produk jadi yang cukup untuk satu bulan.

Ke depan, Adhi berharap industri dalam negeri bisa meningkatkan integrasi dari hulu ke hilir. Dengan demikian, industri bisa mengurangi penggunaan bahan baku dan penolong yang diimpor karena bisa dipasok dari dalam negeri. Sebagai informasi, berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), kurs rupiah terus berfluktuasi di kisaran Rp14.000 per US$.

Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memperingatkan agar perusahaan berbasis impor dan banyak memiliki kredit dalam valuta asing (valas) mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Menurut Ketua Apindo Shinta Widjaja Kamdani, mayoritas perusahaan besar di Indonesia lebih memilih kredit valas dibandingkan rupiah, terlebih bagi perusahaan yang memiliki pendapatan dalam bentuk dolar AS.

"Perusahaan besar memang lebih suka kredit valas karena suku bunganya lebih menarik lebih rendah, tapi belum semuanya melakukan hedging (lindung nilai)," ujarnya.

Menurut Shinta, perusahaan yang memiliki utang berbentuk valas tentu akan rugi dengan kondisi rupiah yang semakin terpuruk seperti saat ini. Hal ini karena jumlah beban utang dari masing-masing perusahaan ikut naik mengikuti pelemahan rupiah. Terlebih, Bank Indonesia baru saja menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 4,5%.

Dengan kenaikan itu, perbankan tentu akan menyesuaikan tingkat suku bunga secara perlahan. Walhasil, dua faktor itu akan menambah beban perusahaan ke depannya. "Lalu, rupiah ini juga akan membebani perusahaan impor, makanya kami masih lihat ini akan berapa lama," ujar Shinta.

Indonesia masih disebut-sebut sebagai negara pengimpor karena nilai impor yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor, sehingga neraca perdagangan Indonesia terus defisit.

Pada April 2018, neraca perdagangan Indonesia defisit US$1,63 miliar. Dalam hal ini, jumlah impor mencapai US$16,09 miliar dan ekspor hanya US$14,47 miliar."Kalau importir menengah biasanya tidak pakai hedging, kalau importir besar melakukan hedging," jelas Shinta.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Pengusaha Importir dan Distributor Minuman Impor (APIDIM) Agoes Silaban mengatakan importir kemungkinan besar akan menekan impor jika memang rupiah semakin melemah.

"Kebetulan dalam bulan puasa dan menjelang Lebaran importir mengurangi impornya. Kalau memang rupiah semakin melemah akan dikurangi sambil melihat kondisi pasar," ujarnya.

Hanya saja, dia belum bisa memberikan kepastian berapa persen perusahaan berbasis impor mengurangi jumlah impornya dalam merespons pelemahan rupiah nanti.

Sementara itu, PT Sarimelati Kencana, pemegang lisensi restoran cepat saji Pizza Hut, berencana menambah 124 gerai Pizza Hut hingga tahun 2019. Saat ini, sudah 51 gerai telah dibangun sepanjang tahun 2017.

"Masih 175 outlet gerai yang masih harus kami bangun. Kami sudah bangun 51 gerai di 2017, berarti masih ada 124 gerai lagi, dan akan kami bangun dalam dua tahun yang akan datang, yakni 2018 dan 2019," ujar Dirut PT Sarimelati Kencana Joe Sasanto di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, gerai yang akan dibangun terdiri atas Pizza Hut (PH) atau Pizza Hut Delivery (PHD). Tercatat, 25 persen gerai merupakan Pizza Hut (PH) dan 75 persen gerai merupakan Pizza Hut Delivery (PHD).

Selain itu, perseroan setidaknya akan membangun setengahnya pada tahun ini, dengan biaya mencapai Rp 4 miliar hingga Rp 8 miliar. Hal ini bergantung pada gerai dalam mal dan gerai luar mal. "Beda-beda. Jadi untuk gerai luar mal ini sekitar Rp 8 miliar, kalau gerai dalam mal Rp 4 miliar. Kalau di luar mal kita yang bangun," ujarnya. Penjualan di bulan Ramadan naik hingga 10% dan diperkirakan akan terus naik menjelang seminggu sebelum Lebaran. bari/mohar/fba

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…