Konversi Utang Jadi Saham - MDRN Terbitkan Saham Baru 457,46 Miliar Saham

NERACA

Jakarta – Pangkas beban utang sebagai buntut dari kegagalan bisnis ritel Seven Eleven tengah menjadi fokus perhatian PT Modern Internasional Tbk (MDRN). Maka mensiasati hal tersebut, perseroan akan menerbitkan saham baru untuk mengkoversi utang menjadi kepemilikan sahamnya sebanyak 457,46 miliar saham atau setara dengan 10% dari total modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam prospektus yang dirilis perusahaan di Jakarta, kemarin.

Penerbitan saham baru ini dilakukan perusahaan untuk mengkonversi utangnya senilai Rp 119,37 miliar yang akan jatuh tempo pada 23 Juni mendatang. Utang yang akan direstrukturisasi merupakan pinjaman dari perusahaan afiliasi perusahaan yakni PT Bukit Hendama permai (BHP) yang masih merupakan milik direktur utama perusahaan Sungkono Honoris.

Langkah ini menjadi salah satu cara perusahaan dalam merestrukturisasi utang-utangnya, setelah sebelumnya perusahan juga berencana untuk menjual aset-asetnya berupa properti seperti ruko dan tanah. Sementara itu, berdasarkan laporan keuangan perusahaan hingga akhir 2017 lalu total liabilitasnya mencapai Rp 1,28 triliun turun 3,96% dari setahun sebelumnya Rp 1,34 triliun. Liabilitas tersebut bukan hanya melampaui total aset perseroan, tetapi juga didominasi liabilitas jangka pendek Rp 1,26 triliun.

Disebutkan, bank yang menjadi kreditur utang jangka pendek bagi Modern adalah Standard Chartered Bank dengan nilai Rp 203,22 miliar, PT Bank Permata Tbk Rp 21,28 miliar dan PT Bank Mandiri Tbk Rp 16,88 miliar. Sementara utang jangka panjang didominasi oleh Bank Mandiri dengan nilai Rp 148,02 miliar, dilanjutkan CIMB Niaga Rp 43,85 miliar, Standard Chartered Bank Rp42,9 miliar dan Bank Permata Rp 4 miliar.

Kinerja keuangan perusahaan memburuk sejak perusahaan melakukan ekspansi besar-besaran untuk anak usahanya PT Modern Sevel Indonesia. Namun sayang, langkah ekspansi ini berbanding terbalik dengan hasil yang diperoleh perusahaan. Tahun lalu perusahaan terpaksa mengembalikan lisensi Seven Eleven yang sudah dimilikinya selama delapan tahun karena berakhir bangkrut.

Paska tutupnya Seven Eleven, perusahaan bahkan berencana kembali untuk membuka bisnis baru di lini agribisnis. Namun langkah ini batal dengan alasan dapat menambah beban perusahaan. Dengan demikian, perusahaan kembali menjalankan bisnis lama yang dulu sempat ditinggalkannya yakni distributor mesin fotocopy Ricoh melalui anak usahanya PT Modern Data Solusi. 

Sebelumnya, perseroan juga menjual aset berupa tanah dan bangunan yang terletak di Surabaya, Jawa Timur. Sebidang tanah hak guna bangunan seluas 20.300 meter per segi terletak di dalam provinsi Jawa Timur, kota Surabaya, kecamatan Rungkut, kelurahan Rungkut Kidul. Dengan dijualnya tanah dan bangunan tersebut, maka kewajiban utang perseroan terhadap bank akan semain berkurang, sehingga kewajiban bunga yang harus dibayarkan kepada bank juga berkurang.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…