Dampak Kenaikan Suku Bunga - Pelaku Pasar Modal Sudah Mengantisipasi

NERACA

Jakarta – Buntut terus terkoreksinya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, memaksa Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan 7 days repo rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,5%. Keputusan ini pun, kata Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) telah diantisipasi pelaku pasar. “Saya menganggapnya ini sebagai penyesuaian dari dampak yang sudah terjadi sekarang," kata Tito di Jakarta, kemarin.

Dirinya menuturkan, momentum kenaikan guna menjaga rupiah agar tidak terus melemah terhadap dollar AS telah lewat, kendati saat ini kurs masih ada pada level Rp 14.000 per dollar AS. Tito menganggap bahwa pasar modal selalu bergerak lebih dahulu ketimbang perekonomian karena pasar sudah mengantisipasinya.

Oleh karena itu, lanjutnya, kenaikan suku bunga ini tidak akan banyak berpengaruh ke pasar modal Indonesia. Meski demikian, dirinya mengaku senang dengan kenaikan suku bunga hanya 25 bps dan disampaikannya pula bahwa perekonomian Indonesia saat ini masih dalam keadaan kuat dan bagus. Tengok saja, secara fundamental emiten juga masih dalam posisi kuat. Hal itu terbukti dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan saham di akhir pekan yang dibuka naik pada level 5.831,05, setelah ditutup pada Kamis (17/5/) sore pada level 5.815,92, sekalipun kemudian kembali terkoreksi ke level 5.783,31.

Sementara menutup perdagangan Jum’at (18/5) akhir pekan kemarin, IHSG ditutup melemah sebesar 32,61 poin terpengaruh sentimen negatif dari pergerakan rupiah,”Mata uang Rupiah yang melemah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi IHSG kembali berada dalam area negatif," ujar analis Teknikal Panin Sekuritas, William Hartanto.

IHSG BEI ditutup melemah 32,61 poin atau 0,56% menjadi 5.783,31, sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 8,01 poin (0,86%) menjadi 918,89. Disampaikannya, setelah Bank Indonesia memutuskan untuk menaikan suku bunga acuannya, diharapkan mata uang rupiah dapat bergerak menguat kembali di bawah level Rp14.000 per dolar AS. Namun, dalam perjalanannya, nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan.”Ekspektasi di pasar, suku bunga naik dapat menjaga Rupiah, ternyata diluar ekspektasi," katanya.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Mei 2018 memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 4,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%, berlaku efektif sejak 18 Mei 2018. Di sisi lain, lanjut dia, kenaikan suku bunga juga turut memicu perpindahan dana dari pasar saham ke obligasi. Ketika suku bunga naik, imbal hasil obligasi cenderung akan meningkat sehingga diminati investor.

Sementara itu tercatat, frekuensi perdagangan sebanyak 352.204 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 8,287 miliar lembar saham senilai Rp7,387 triliun. Sebanyak 149 saham naik, 237 saham menurun, dan 120 saham tidak bergerak nilainya atau stagnan.

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…