Sektor Primer - Tiga Problem Irigasi Pertanian Harus Segera Ditanggulangi

NERACA
Jakarta – Indonesia dinilai menghadapi tiga problem sumber daya air pertanian khususnya irigasi pada tahun ini mulai dari pemborosan air, jaringan irigasi yang belum termanfaatkan optimal, hingga kerusakan daerah aliran sungai (DAS).

Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Dedi Nursyamsi di Jakarta, disalin dari Antara, menyatakan Indonesia menghadapi tiga masalah utama sumber daya air yang harus segera ditanggulangi.

"Persoalan pertama yaitu 80 persen air untuk kebutuhan pertanian cenderung boros. Berikutnya 60 persen jaringan irigasi yang ada belum dimanfaatkan optimal dan yang terakhir terjadinya kerusakan keseimbangan hidrologis di daerah aliran sungai," katanya.

Ia memastikan kini sejumlah jaringan irigasi yang rusak telah diperbaiki tinggal pemanfaatannya yang dioptimalkan. Dedi menegaskan pemerintah pusat bukan tak menyadari air berperan vital dalam produksi pertanian.

Menurut dia, bila dulu persoalan air hanya melibatkan Kementerian Pertanian serta Kementerian PUPR, kini pemerintah juga menggandeng Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. "Lokasi pertanian berada di area remote, sehingga desa harus terlibat," kata Kepala Balai Penelitian Hidrologi dan Agroklimat,Harmanto.

Menurut Harmanto, hingga 2030 kebutuhan air untuk sektor pertanian masih menempati urutan tertinggi bila dibanding kebutuhan domestik dan industri. Namun demikian terdapat potensi air yang belum dimanfaatkan secara maksimal yakni air permukaan, air tanah, dan air hujan yang melimpah.

Air juga dapat memicu konflik bila tidak dikelola dengan baik terutama bila tidak terdapat keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan. Untuk itu sepanjang 2017-2019 pemerintah telah mencanangkan Teknologi Inovasi Pengembangan Infrastruktur Panen Air melalui pemanfaatan air dan sungai 2,5 juta Ha (170.483 paket), dam parit 612.067 Ha (8.781 titik), long storage seluas 91.039 Ha (5.832 titik), embung 759.16 ha (75.328 titik), dan sumur dangkal 24.338 ha (1.018 titik).

Dari program tersebut sekurangnya melibatkan 8 juta tenaga kerja, 20.000 lapangan usaha, dan diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan di 250.000 desa. Menurut Dedi, niatan pemerintah pusat itu kini diiringi dengan pelaksanaan bimbingan teknis embung dan bangunan air lainnya untuk irigasi pertanian kepada setiap stakeholder. "Prinsipnya Balitbang membantu inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk setiap daerah yang khas dan spesifik," kata Dedi.

Dedi menambahkan, Kementan juga mendorong agar peneliti dan penyuluh menjadi ujung tombak dalam pembangunan pertanian khususnya dalam pemanfaatan air. Kementan akan membantu Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi agar setiap desa memiliki water storage berupa embung dan inovasi teknologi panen air.

Pada kesempatan lain, Kementerian Pertanian berkomitmen meningkatkan produktivitas padi nasional hingga 81,2 juta ton tahun ini melalui pengembangan varietas unggulan inpago 9. Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Ismail Wahab di Jakarta, disalin dari Antara, mengatakan bahwa varietas padi inpago 9 merupakan salah satu varietas inbrida padi gogo unggulan yang dikhususkan untuk lahan kering. "Saat ini, sekitar 90 persen produksi padi dihasilkan di lahan sawah. Padahal pemanfaatan lahan kering untuk budidaya padi memiliki potensi yang masih sangat besar," kata Ismail.

Kementan pun saat ini tengah menggencarkan pemanfaatan lahan suboptimal termasuk lahan kering untuk meningkatkan luasan lahan tanam padi. Ismail menjelaskan padi gogo juga bisa ditanam secara tumpang sari dengan tanaman pangan lain, seperti singkong dan jagung, ataupun dengan tanaman tahunan seperti jati, kelapa dan karet.

Kementan melalui Badan Litbang Pertanian menggencarkan pengembangan varietas padi inpago untuk meningkatkan produksi padi nasional. Setelah pada tahun 2016 produksi padi capai 79,35 juta ton dan tahun 2017 capai 81,07 juta ton, Kementan menargetkan produksi pada tahun ini bisa mencapai 81,2 juta ton.

Berdasarkan areal tanam produksi benih klas SS di lahan sawah Kebun Percobaan Pusakanegara, Subang, produktivitas varietas inpago 9 mencapai 8 sampai 9 ton per hektare. "Potensi yang dimiliki varietas ini sangat menjanjikan karena varietas padi gogo lainnya hanya memiliki produktivitas rata-rata di bawah 6-7 ton per hektare," kata Ismail.

Varietas inpago 9 dianjurkan untuk ditanam di lahan subur wilayah Jawa dan lahan podsolik merah kuning (PMK), seperti di wilayah Lampung. Pada panen yang dilakukan di Desa Banjareo dan Desa Puliharjo, Kecamatan Puring, Kab. Kebumen awal tahun ini, petani mengaku terkesan dengan performa Inpago 9.

BERITA TERKAIT

Hingga H+3 Pertamina Tambah 14,4 juta Tabung LPG 3 Kg

NERACA Malang – Selama Ramadhan hingga H+3 Idul Fitri 2024, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, telah menambah pasokan…

Pengembangan Industri Pengolahan Kopi Terus Dirorong

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong perkembangan industri pengolahan kopi nasional. Hal ini untuk semakin mengoptimalkan potensi besar…

Konsumsi Energi Listrik SPKLU Meningkat 5,2 Kali Lipat - MUDIK LEBARAN 2024

NERACA Jakarta – Guna memanjakan pemudik yang menggunakan kendaraan listrik EV (Electric Vehicle), 1.299 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum…

BERITA LAINNYA DI Industri

Hingga H+3 Pertamina Tambah 14,4 juta Tabung LPG 3 Kg

NERACA Malang – Selama Ramadhan hingga H+3 Idul Fitri 2024, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, telah menambah pasokan…

Pengembangan Industri Pengolahan Kopi Terus Dirorong

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong perkembangan industri pengolahan kopi nasional. Hal ini untuk semakin mengoptimalkan potensi besar…

Konsumsi Energi Listrik SPKLU Meningkat 5,2 Kali Lipat - MUDIK LEBARAN 2024

NERACA Jakarta – Guna memanjakan pemudik yang menggunakan kendaraan listrik EV (Electric Vehicle), 1.299 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum…