NERACA
Jakarta – Dibalik pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, rupanya menjadi berkah bagi pelaku usaha ekspor lantaran pembiayaan yang dibayar lewat dollar AS. Hal inilah yang dirasakan betul bagi PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) karena memberikan dampak positif terhadap kinerja perseroan.
Kata Direktur Utama PT Semen Baturaja Tbk, Rahmad Pribadi, pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berdampak positif bagi ekspor produk semen perseroan. Menurutnya, pelemahan rupiah tersebut juga mendorong perseroan untuk lebih besar dalam mendorong potensi pasar ekspor di Australia.”Secara bisnis, kalau rupiahnya lemah maka ekspor pasti semakin menarik. Memang kami lihat ada potensi pasar di Australia karena sifat ekspor ke sana kan sifatnya oportunistik ya," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Untuk saat ini, pihaknya belum menargetkan untuk menjual produknya selain ke Australia. Mengingat perseroan masih terus menggali kesempatan untuk dapat seara penuh dan berkala melakukan penjualan ke negara tersebut."Sementara kami fokus ke Australia ya, karena ketat disana persaingannya. Jadi kalau kami bisa nimbus Australia insya allah bisa tembus yang lain. Dulu kapasitas produksi kami terbatas, namun sekarang sudah bagus kapasitas produksinya 2 kali lipat dibandingkan pada 2016," kata Rahmad.
Sebelumnya, untuk pertama kalinya SMBR masuk ke pasar ekspor dengan mengirimkan produk semen setengah jadi (klinker) sebanyak 30 ribu metric ton ke Brisbane, Australia. Ekspor tersebut juga dilakukan perseroan untuk mengantisipasi berlebihnya pasokan semen di dalam negeri. Tahun ini, perseroan menargetkan penjualan tumbuh 56% seiring dengan proyeksi peningkatan serapan domestik tahun ini.
Disampaikan Rahmad Pribadi, target penjualan semen perseroan pada 2018 sebanyak 2,75 juta ton. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan realisasi tahun ini 1,76 juta ton. Sementara total konsumsi semen di wilayah pemasaran sepanjang tahun lalu tumbuh 15,3%. Tercatat, konsumsi semen di wilayah Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu, dan Bangka Belitung mencapai 6,32 juta ton.
Pihaknya memproyeksikan pertumbuhan konsumsi semen pada 2018 di lima provinsi tersebut menembus 10% atau di atas 7 juta ton. Apalagi, pemerintah tengah mempercepat proyek infrastruktur Trans Sumatra dan fasilitas Asian games 2018. “Untuk 2018, penjualan kita akan meningkat dengan cara memperbaiki market coverage. Caranya, memperbaiki saluran penjualan supaya cakupan di pasar cukup rapat sehingga ketersediaan produk di pasar bisa meningkat,” ujarnya.
Selain memperkuat penjualan di pasar utama, sambungnya, perseroan bakal meningkatkan penetrasi di pasar lain. Salah satunya dengan menambah saluran penjualan pada tahun ini. Berdasarkan laporan keuangan tahunan 2017, penjualan semen SMBR tumbuh dari 2015 hingga 2017. Tercatat, penjualan tiap tahunnya mengalami kenaikan dengan volume 1,53 juta ton (2015), 1,63 juta ton, dan 1,76 juta ton.
NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…
Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…
NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…
NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…
Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…
NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…