Lagi, Teror Bom di Riau - Kepercayaan Investor Mulai Menurun

NERACA

Jakarta – Menjaga keberlangsungan pertumbuhan industri pasar modal, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menutut pemerintah untuk segera mengatasi aksi teror di Indonesia. Pasalnya, investasi tetap dalam kondisi aman menjadi harapan pelaku pasar. Meskipun demikian, investor sendiri sudah memaklumi jika ada tindakan kriminal karena Indonesia memiliki cakupan wilayah yang luas.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat mengatakan, kendati sudah masuk dalam hitungan investor, lebih baik lagi jika kondisi teror yang terjadi beberapa hari ini bisa diselesaikan dengan aman. "Investor di Indonesia cukup immune karena Indonesia luas, bisa terjadi teror dimana-mana. Tapi harapannya bisa ada keamanan karena investor dapat merasa aman untuk investasi di Indonesia," ujarnya di Jakarta, Rabu (16/5).

Samsul menyampaikan, teror terus-terusan ini harus berakhir dengan adanya kerja sama antara pemerintah dan aparat keamanan. Sehingga bisa membuat persepsi yang baik ke investor. Apalagi, menyusul beberapa negara keluarkan travel warning. Asal tahu saja, saat ini disampaikan Samsul, kepercayaan investor pasar modal semakin turun. Penyebabnya yakni berbagai aksi teror yang terjadi di Indonesia mulai dari pengeboman di Surabaya hingga yang teranyar penyerangan Mapolda Riau pada Rabu (16/5), kemarin. Buntut dari kejadian tersebut, munculnya persepsi di benak investor adalah investasi di Indonesia kurang aman. Sehingga, berbagai keputusan dikhawatirkan akan tertunda ataupun dibatalkan.”Pelemahan IHSG ini persepsi dengan makin banyak gangguan keamanan, maka persepsi makin menurun. Mempengaruhi keputusan investor karena tak hanya fundamental emiten bagus, tapi persepsi ekonomi makro dan keamanan negara ini yang kita jaga supaya investasi mereka tidak terhambat," ungkapnya.

Samsul menjelaskan, aksi jual terjadi di pasar saham setelah adanya aksi teror. Namun jumlahnya tidak terlalu signifikan bila dibanding sejak awal tahun. "Kalau merasa lihat pertumbuhan makro baik, tapi dipengaruhi keamanan. Ini ambil keputusan jual lebih dahulu, tapi jangan lihat hari per hari, year to date market turun 7%-8%, enggak sebesar yang dibayangkan,"jelasnya.

Menurutnya, pemerintah sudah sekuat tenaga memberikan persepsi positif ke investor dari sisi ekonomi makro. Sayangnya ini tidak diimbangi dengan nilai tukar rupiah yang masih dalam tren melemah. "Fundamental ekonomi, pemerintah meyakinkan bahwa moneter, fiskal dan sebagainya cukup oke. Mungkin ada pengaruh mata uang, tapi persepsi penurunan rupiah terhadap mata uang asing enggak hanya di Indonesia, di negara lain juga,"tandasnya.

Dari sisi moneter, kata Samsul, investor dinilainya tidak lagi soal persepsi apakah Bank Indonesia (BI) akan naikkan suku bunga atau tidak. Melainkan fokus menjadi sorotan yakni berapa besar upaya tersebut untuk menstabilkan rupiah.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…