Kesadaran Publik akan Lupus Masih Rendah

Penyakit lupus merupakan salah satu masalah kesehatan global yang menyerang orang-orang di seluruh dunia. Setiap harinya, lebih dari 5 juta orang di seluruh dunia berjuang dan hidup melawan lupus.

Namun, ternyata masih banyak orang yang belum mengetahui dan menyadari akan bahaya lupus. Penelitian terbaru menunjukkan banyak pemahaman yang salah kaprah tentang lupus berkembang di masyarakat.

"Saat lupus merupakan isu kesehatan global, lebih dari setengah (51 persen) responden survey tak menyadari bahwa lupus adalah sebuah penyakit," temuan 16-Nation Survey, dikutip dari keterangan resmi World Lupus Federation.

Survey yang dilakukan pada lebih 35 ribu orang dewasa di 16 negara itu juga menemukan banyak stigma yang salah terhadap penderita lupus.

Hanya 57 persen responden yang menyatakan 'sangat nyaman' dan 'nyaman' saat memeluk penderita lupus. Sementara sebanyak 49 persen merasa 'sangat nyaman' dan 'nyaman' berbagi makanan dengan penderita lupus. Padahal, faktanya lupus bukan merupakan penyakit menular.

"Sangat perlu untuk meningkatkan pemahaman orang terhadap lupus, menghindari kesalahpahaman, mengatasi stigma, dan meningkatkan hubungan sosial penderita lupus," kata Ketua Lupus Europe sekaligus salah satu pendiri 'World Lupus Federation',Jeanette Anderson dikutip dari CNN Indonesia.

Demi meningkatkan kesadaran masyarakat dunia terhadap lupus, World Lupus Federation menetapkan setiap 10 Mei sebagai 'Hari Lupus Sedunia'. Hari ini dipilih berdasarkan kesepakatan dari organisasi lupus di 13 negara di dunia. Tahun ini, merupakan peringatan 'Hari Lupus Sedunia' yang ke-15.

Peringatan 'Hari Lupus Sedunia' diisi dengan beragam acara dan kegiatan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang lupus. Penyakit autoimun yang membuat sistem imun justru menyerang organ di dalam tubuh ini ditengarai dapat menyerang siapa saja.

Bintang Hollywood Selena Gomez juga menderita penyakit lupus. Tahun lalu, pelantun lagu 'Kill Em with Kindness' itu bahkan mesti mendapatkan transplantasi ginjal, karena salah satu ginjalnya terserang lupus.

Di Indonesia, berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, asumsi prevalensi penyakit lupus sebesar 0,5 persen atau sekitar 1,25 juta jiwa. Namun, hanya 12 persen dari jumlah itu yang dilaporkan.

Dari tahun ke tahun, jumlah penderita lupus juga cenderung meningkat. Pada 2014, tercatat hanya 543 rumah sakit yang melaporkan menangani lupus. Jumlah itu meningkat menjadi 621 rumah sakit pada 2015 dan 858 rumah sakit pada 2016.

Bila biasanya sistem imun menjadi tameng bagi tubuh untuk melawan penyakit, pada penderita lupus sistem imun itu justru menyerang organ sendiri dan menimbulkan berbagai penyakit.

Dokter ahli penyakit dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Iris Rengganis menjelaskan lupus merupakan penyakit autoimun yang menyerang berbagai organ tubuh dengan tingkatan bervariasi dari ringan hingga berat. "Pada penderita lupus terbentuk autoantibodi yang menyerang tubuh sehingga terjadi inflamasi. Istilahnya ini sistem imun yang eror," kata Iris menerangkan penyakit lupus beberapa waktu lalu.

Hingga saat ini, Iris menyebut para ahli masih terus meneliti penyebab pasti dari gangguan sistem kekebalan tubuh ini. Dugaan kuat sejauh ini lupus ikut dipengaruhi oleh faktor genetik di dalam keluarga atau keturunan, hormon, infeksi dan kualitas lingkungan yang buruk.

Kebanyakan kasus lupus terdeteksi pada orang yang berusia 15-45 tahun. Namun, beberapa kasus juga terjadi pada usia balita dan anak-anak serta di atas 45 tahun.

Gejala penyakit Lupus

Lupus memiliki beragam gejala. Iris menjelaskan pada tahap awal, gejala yang muncul dapat terlihat pada kulit. Sebanyak 70 persen penderita lupus memiliki beberapa gejala di kulit. Gejala lupus pada kulit biasanya ditandai dengan kehadiran ruam-ruam, bercak-bercak bersisik merah tebal, dan pucat. Selain itu, rambut rontok dan muncul bisul atau luka pada mulut dan hidung, juga merupakan salah satu tanda lupus.

Pada otot dan tulang, lupus juga menimbulkan gejala seperti nyeri sendi dan sendi bengkak. Sekitar 90 persen penderita lupus mengalami gejala pada sendi mereka. Penderita lupus biasanya juga mengalami anemia atau kekurangan darah.

Pada tingkatan yang lebih parah bakal muncul darah atau protein dalam urine. "Kalau sudah terkena oragan ginjal artinya sudah parah, kemungkinan akan cuci darah beruang dan penangannya juga sulit," tutur Iris yang juga merupakan Ketua Divisi Alergi Imunologi, Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM.

BERITA TERKAIT

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

Mengatur Pola Makan Pasca Lebaran, Simak Tipsnya

  Makan makanan ini di Hari Lebaran sebenarnya enak, tapi ingat jangan berlebihan, ya! Pasalnya, mengonsumsi santan dan makanan berlemak…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

Mengatur Pola Makan Pasca Lebaran, Simak Tipsnya

  Makan makanan ini di Hari Lebaran sebenarnya enak, tapi ingat jangan berlebihan, ya! Pasalnya, mengonsumsi santan dan makanan berlemak…