Sistem Pembayaran dalam Perkembangan Teknologi Militer

 

Oleh: Achmad Deni Daruri, President Director Center for Banking Crisis

 

Teknologi hypersonic melengkapi kekuatan peluru kendali Republik Rakyat China dan Rusia, seiring dengan perbaikan hubungan ekonomi dan perdagangan antara kedua negara tersebut. Hubungan tersebut juga didukung oleh semakin vitalnya peran system pembayaran dikedua negara tersebut. Migrasi dari pedesaan menuju perkotaan yang marak terjadi dikedua negara tersebut merupakan implikasi dari perkembangan teknologi yang tidak menguntungkan pedesaaan dan lebih menguntungkan produk-produk militer. Sistem pembayaran terkesan bersifat netral. Namun, secara sistematis system pembayaran ikut membentuk perekonomian yang semakin berbasis perkotaaan dan juga berbasis kepada teknologi militer.

Perlombaan angkasa dan perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet membuat perkembangan teknolgi luar angkasa berkembang sangat cepat. Teknologi yang dihasilkan dari perkembangan tersebut tidak hanya digunakan oleh pelaku penerbangan luar angkasa, namun sampai ke kehidupan sehari-hari. Kemajuan teknologi komunikasi jarak jauh hingga teknologi pengeringan beku awalnya dikembangkan untuk penerbangan luar angkasa, namun sekarang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi komunikasi jarak jauh telah menjadi bagian penting system pembayaran di dunia.

Untuk pelayanan tetap, satelit komunikasi menyediakan sebuah teknologi tambahan bagi kabel komunikasi kapal selam optik fiber. Untuk aplikasi bergerak, seperti komunikasi ke kapal laut dan pesawat terbang, di mana aplikasi teknologi lain, seperti kabel, tidak praktis atau tidak mungkin. Kebanyakan satelit observasi bumi membawa instrumen yang harus dioperasikan pada ketinggian yang relatif rendah. Ketinggian di bawah 500-600 kilometer yang pada umumnya dihindari, meskipun, karena gaya tarik air-drag udara yang signifikan pada ketinggian rendah sehingga sering membuat maneuvres seperti orbit reboost jadi diperlukan.

Satelit pengamat Bumi ERS-1, ERS-2 dan Envisat dari European Space Agency serta pesawat ruang angkasa MetOp dari EUMETSAT semua dioperasikan pada ketinggian sekitar 800 km. Proba 1, Proba-2 dan pesawat ruang angkasa SMOS Badan Antariksa Eropa mengamati bumi dari ketinggian sekitar 700 km. Untuk mendapatkan (hampir) cakupan global dengan orbit rendah satelit itu harus ditempatkan pada orbit polar atau mendekati.

Sebuah orbit rendah akan memiliki periode orbit sekitar 100 menit dan bumi akan berputar di sekitar sumbu polar dengan sekitar 25 deg antara orbit secara berturut-turut, dengan hasil bahwa jalur darat yang bergeser ke arah barat dengan 25 deg di bujur. Kebanyakan berada di orbit matahari-sinkron. Sistem pembayaran semakin tergantung kepada satelit. Pada tahun 2007, sistem navigasi satelit yang berfungsi hanyalah NAVSTAR Global Positioning System (GPS) Amerika Serikat. GLONASS, sistem navigasi satelit Rusia sedang berada pada tahap perbaikan, dan diperkirakan akan selesai pada tahun 2010. Uni Eropa sedang dalam tahap meluncurkan sistem navigasi satelit baru bernama Galileo yang dijadwalkan selesai pada tahun 2013.

Sistem navigasi satelit lain yang sedang dikembangkan adalah Beidou milik RRC dan IRNSS buatan India. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan letak, kecepatan, arah, dan waktu. Sistem yang serupa dengan GPS antara lain GLONASS Rusia, Galileo Uni Eropa, IRNSS India. Sistem ini dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, dengan nama lengkapnya adalah NAVSTAR GPS (kesalahan umum adalah bahwa NAVSTAR adalah sebuah singkatan, ini adalah salah, NAVSTAR adalah nama yang diberikan oleh John Walsh, seorang penentu kebijakan penting dalam program GPS).

Kumpulan satelit ini diurus oleh 50th Space Wing Angkatan Udara Amerika Serikat. Biaya perawatan sistem ini sekitar US$750 juta per tahun, termasuk penggantian satelit lama, serta riset dan pengembangan. GPS Tracker atau sering disebut dengan GPS Tracking adalah teknologi AVL (Automated Vehicle Locater) yang memungkinkan pengguna untuk melacak posisi kendaraan, armada ataupun mobil dalam keadaan Real-Time. GPS Tracking memanfaatkan kombinasi teknologi GSM dan GPS untuk menentukan koordinat sebuah objek, lalu menerjemahkannya dalam bentuk peta digital. Tidaklah mengherankan jika saat ini terjadi ternsaksi pembayaran maka system pembayaran dapat mengeluarkan informasi tentang tempat kejadian transaksi dan waktu terjadinya transaksi pembayaran di seluruh dunia.

Saat ini Jepang juga mengembangkan satelit untuk mendukung system pembayaran dalam menghadapi perdagangan bebas seperti Trans Pacific Partnership (TPP). Berita resmi oleh pemerintah Jepang pada tahun 2002, mengerjakan sebuah konsep untuk Sistem Satelit Kuasi-Zenit (QZSS), atau Juntencho eisei shisutemu ( bahasa Jepang), mulai dikembangkan oleh tim Advanced Space Business Corporation (ASBC), termasuk Mitsubishi Electric, Hitachi, dan GNSS Technologies Inc.

Namun, ASBC ambruk pada tahun 2007. Pekerjaan diambil alih oleh Satellite Positioning Research and Application Center. SPAC dimiliki oleh empat departemen pemerintah Jepang: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi, Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri, dan Kementerian Tanah, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata. QZSS ditargetkan untuk memberikan layanan posisi yang sangat tepat dan stabil di wilayah Asia-Oceania, sambil menjaga kompatibilitas dengan GPS. Satelit ketiga diluncurkan ke orbit pada tanggal 19 Agustus 2017. Yang keempat diluncurkan pada tanggal 10 Oktober 2017. 

Teknologi satelit pada awalnya dan hingga kini pada galibnya digunakan sebagai bagian utama teknologi militer. Peluru kendali dengan teknologi hipersonik akan mampu menghantam sasaran secara tepat dengan teknologi satelit. Akurasi atau ketepatan perlu mendapat perhatian bagi penentuan koordinat sebuah titik/lokasi. Koordinat posisi ini akan selalu mempunyai 'faktor kesalahan', yang lebih dikenal dengan 'tingkat akurasi'. Misalnya, alat tersebut menunjukkan sebuah titik koordinat dengan akurasi 3 meter, artinya posisi sebenarnya bisa berada di mana saja dalam radius 3 meter dari titik koordinat (lokasi) tersebut.

Makin kecil angka akurasi (artinya akurasi makin tinggi), maka posisi alat akan menjadi semakin tepat. Harga alat juga akan meningkat seiring dengan kenaikan tingkat akurasi yang bisa dicapainya. Pada pemakaian sehari-hari, tingkat akurasi ini lebih sering dipengaruhi oleh faktor sekeliling yang mengurangi kekuatan sinyal satelit. Karena sinyal satelit tidak dapat menembus benda padat dengan baik, maka ketika menggunakan alat, penting sekali untuk memperhatikan luas langit yang dapat dilihat. Tanpa adanya kebutuhan akan teknologi militer maka perkembangan teknologi pembayaran tidak akan sehebat saat ini.

 

BERITA TERKAIT

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…