Masih Membukukan Rugi - Basuki Rahmat Butuh Modal US$ 10 Juta

NERACA

Jakarta – Bisnis kertas milik PT Kertas Basuki Rahmat Indonesia Tbk (KBRI) belum membuahkan hasil positif terhadap kinerja keuangan. Pasalnya, di kuartal I 2018 masih mencatatkan kerugian.  Kerugian perusahaan ini mencapai Rp 37 miliar atau lebih tinggi 131,25% dibandingkan dengan kerugian periode yang sama tahun 2017.

Henry Priyantoro, Direktur Utama PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk mengatakan,  kerugian yang dialami perseroan sudah terjadi dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Tak ayal, perseroanpun  puasa membagikan dividen. Mesiasati penurunan kinerja keuangan, perseroan masih berharap mendapatkan modal kerja untuk menggenjot produksi pabrik di Banyuwangi  Jawa Timur, yakni menjadi 11.000 ton per tahun, dibandingkan sebelumnya hanya 3.000 ton per tahun. Saat ini, kapasitas terpasang mesin pabrik mencapai 15.000 ton per bulan. "Secara market dan operasional kami sangat siap, tinggal modal kerjanya saja," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Henry yang sebelumnya menjabat direktur di KBRI itu menyebutkan, untuk mencapai break event point, perseroan ini membutuhkan dana sebesar US$ 10 juta. Selama ini beberapa investor telah menemuinya untuk melakukan negosiasi.  Terkait upaya mengatasi kerugian, ia mengaku sudah menyiapkan strategi. "Dua elemen terbesar kami adalah bahan baku dan biaya energi," ucapnya.

Menurutnya, perseroan ini tengah menggarap suatu formula bahan baku yang paling efisien, tapi tetap berkualitas. Rencananya, daya listrik mesin KBRI juga akan ditekan untuk mengurangi beban perusahaan ini. "Awalnya setting mesin pabrik KBRI untuk produksi kertas putih dan itu listriknya besar sekali," terang Henry.

Saat ini daya listrik terpasang di pabriknya mencapai 27 MVA. KBRI sedang menurunkan daya listrik hingga 18 MVA. Henry berharap dengan melakukan efisiensi pada dua elemen tersebut dapat menekan besar rugi bersih  pada tahun 2018 ini. Perseroan menganggap tahun 2018 bukan tahun yang sulit bagi industri pengemasan kertas. Hanya saja, perusahaan mengaku terganjal dengan modal kerja yang kurang untuk meraih pencapaian bisnis.

Sonie Budi Wijaya, Direktur Utama Kertas Basuki Rachmat pernah bilan, pasar kertas kemasan diperkirakan cenderung naik tahun ini, baik kuantitas maupun harga produknya. "Itu jadi salah satu kesempatan bagi pabrik kertas, terutama untuk packaging. Masih banyak peluang yang bisa dieksplorasi," ujarnya

Asal tahu saja, keinginan KBRI menambah modal tersebut terkait pula dengan rencana manajemen KBRI  memperbesar penjualan kertas untuk pasar baru di luar pasar Asean. Henry bilang, KBRI saat ini membidik pasar kertas di Timur Tengah. Kontribusi ekspor kertas KBRI saat ini telah mencapai 30%-40% terhadap pendapatan. Adapun pasar ekspor terbesar KBRI adalah Vietnam dan Thailand. Dalam hitungan Henry, jika ada penambahan modal, pihaknya bisa meningkatkan produksi dan memaksimalkan utilisasi pabrik yang baru 50%-60%. Produksi kertas KBRI saat ini baru 5.000 ton per bulan.

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…