Dolar Menguat, Rupiah Lunglai

Dolar AS saat ini cenderung terus menguat di pasar internasional. Sejumlah mata uang di negara emerging market termasuk Rupiah akhirnya lunglai. Kemarin (8/5) bank BUMN dan bank swasta besar sudah mulai memasang rate jual rata-rata di atas Rp 14.000 per US$. Artinya, rupiah sudah mencapai titik keseimbangan baru di level Rp 14.000, meski Bank Indonesia sudah melakukan intervensi di pasar uang dalam jumlah besar.

Banyak pihak menilai penguatan dolar AS masih dipicu oleh meningkatnya yield US treasury bills mendekati level psikologis 3,0% dan munculnya kembali ekspektasi kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) sebanyak lebih dari 3 hingga 4 kali dalam tahun ini. Orang awam bilang kini saatnya dolar AS “pulang kampung”. Mengapa?

Karena munculnya optimisme investor terhadap prospek ekonomi AS terjadi karena data ekonomi yang terus membaik dan tensi perang dagang antara AS dan China yang berlangsung tahun ini. Faktor ini yang menyebabkan kenaikan yield dan suku bunga di AS.

Tidak hanya itu. Kalangan ekonom Indef menilai ada enam penyebab kurs rupiah terus tertekan melawan dolar AS. Pertama, investor berspekulasi terkait prediksi kenaikan FFR pada rapat FMOC tanggal 1-2 Mei 2018. Spekulasi ini membuat capital outflow (aliran dana keluar) di pasar modal mencapai Rp7,78 triliun dalam satu bulan terakhir.

Kedua, harga minyak mentah diprediksi naik lebih dari US$75 per barel akibat perang di Suriah dan ketidakpastian perang dagang AS dan China. Hal ini tentu saja membuat inflasi jelang Ramadhan semakin meningkat karena harga BBM nonsubsidi (pertalite, pertamax) menyesuaikan mekanisme pasar.

Ketiga, permintaan dolar AS diperkirakan naik pada kuartal II-2018 karena emiten secara musiman membagikan dividen dan menyediakan valas atas utang yang jatuh tempo. Investor di pasar saham sebagian besar adalah investor asing sehingga mengonversi hasil dividen rupiah ke dalam mata uang dolar AS.

Keempat, importir lebih banyak memegang dolar AS untuk kebutuhan impor bahan baku dan barang konsumsi jelang Lebaran. Perusahaan juga meningkatkan pembelian dolar untuk pelunasan utang luar negeri jangka pendek. Lebih baik beli sekarang sebelum dolar semakin mahal.

Kelima, kurs rupiah melemah karena defisit transaksi berjalan tahun ini semakin melebar. Perkiraannya hingga 2,1% terhadap produk domestik bruto (PDB). Selain karena keluarnya modal asing juga karena defisit neraca perdagangan yang diperkirakan akan kembali terjadi jelang Lebaran karena impor barang konsumsinya naik.

Keenam, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I- 2018 juga diperkirakan tidak akan mencapai 5,1%. Hal ini disebabkan konsumsi rumah tangga masih melemah terbukti dari Indeks Keyakinan Konsumen dan data penjualan ritel yang turun pada kuartal I-2018.

Penguatan dolar AS selain mempengaruhi kalangan swasta, juga berdampak kurang menggembirakan terhadap keuangan negara. Ruang gerak APBN semakin sempit sebagai dampak pelemahan rupiah membuat utang pemerintah dapat “membengkak” akibat selisih kurs rupiah tersebut.

Data Kemenkeu mengungkapkan, total utang pemerintah per Maret 2018 mencapai Rp4.136,49 triliun (dengan kurs Rp13.700 per US$), sehingga kandungan valas dari total utang pemerintah otomatis akan meningkat. Jika pada awalnya rupiah dipatok di kisaran Rp13.300, kini berada di level Rp13.980, tentunya terjadi pelemahan rupiah hingga Rp680 per US$.

Dari gambaran tersebut, total utang pemerintah akan bertambah Rp10,96 triliun setiap terjadi pelemahan Rp100 per US$. Dengan demikian porsi utang valas pemerintah selama terjadi pelemahan rupiah terhadap dolar dalam 4 bulan terakhir telah bertambah sekitar Rp74,53 triliun. Utang pemerintah meningkat akibat rugi selisih kurs hingga Rp74,53 triliun..

Meski demikian, Bank Indonesia dan pemerintah meminta masyarakat tidak terlalu khawatir. Utang pemerintah dalam mata uang asing ini tidak serta merta langsung dibayar atau dilunasi pada saat ini juga, melainkan sudah sesuai dengan jatuh temponya. Dan cadangan devisa saat ini masih bisa untuk membiayai 5-6 bulan impor.

 

BERITA TERKAIT

IKN Magnet Investasi

  Eksistensi UU Cipta Kerja dinilai cukup strategis dalam memajukan perekonomian Indonesia. UU Cipta Kerja akan menjadi salah satu regulasi…

Persatuan dan Kesatuan

Pasca Pemilihan umum (Pemilu) 2024, penting bagi kita semua untuk memahami dan menjaga persatuan serta kesatuan sebagai pondasi utama kestabilan…

Laju Pertumbuhan Kian Pesat

  Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses peningkatan output dari waktu ke waktu menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu…

BERITA LAINNYA DI Editorial

IKN Magnet Investasi

  Eksistensi UU Cipta Kerja dinilai cukup strategis dalam memajukan perekonomian Indonesia. UU Cipta Kerja akan menjadi salah satu regulasi…

Persatuan dan Kesatuan

Pasca Pemilihan umum (Pemilu) 2024, penting bagi kita semua untuk memahami dan menjaga persatuan serta kesatuan sebagai pondasi utama kestabilan…

Laju Pertumbuhan Kian Pesat

  Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses peningkatan output dari waktu ke waktu menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu…