Antara Demokrasi dan Ekonomi

Oleh: Fauzi Aziz

Pemerhati Masalah Ekonomi dan Industri

 

Manusia secara kodrati dilahirkan untuk bisa mandiri. Tuhan hanya memberikan akal,  naluri, dan nafsu. Akal dan naluri diharapkan sekaligus untuk difungsikan sebagai pengendali hawa nafsu. Untuk bisa mandiri berati tiap individu diberikan kebebasan untuk berpikir, berekspresi, berkreasi, dan berinovasi untuk mengembangkan bakat dan minatnya agar menghasilkan karya cipta yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, makhluk hidup lainnya,  dan lingkungannya. Inilah esensi hakiki demokrasi yang sudah di rancang bangun oleh Tuhan untuk setiap insan, dan di saat bersamaan setiap individu diberikan tanggung jawab untuk mengembangkan kemampuannya masing-masing sesuai bakat dan minatnya.

Dengan fondasi penalaran seperti itu, maka demokrasi sejatinya adalah bukan soal bagi-bagi kekuasaan politik, dan secara pragmatis kalau kita berbeda pendapat lantas dikasih label itulah demokrasi. Yang demikian ini adalah penyesatan pikir dan tindak yang fatal karena konsepsi demokrasi dimonopoli oleh sistem politik yang tidak tepat cara pemahamannya.

Padahal menurut pandangan penulis, demokrasi adalah soal modal dasar dan bekal setiap individu untuk membangun kemandirian dan mengelola kehidupannya masing-masing sesuai dengan bakat dan minatnya. Di sini nilai demokrasi semacam itu yang tepat sebagai wahana untuk meningkatkan kesejahteraan mandiri sehingga akan memberikan ruang bagi setiap individu dan setiap kelompok masyarakat mengelola kehidupan perekonomiannya masing-masing. Ada yang bergerak di sektor pertanian, perkebunan, pertambangan, perindustrian, perdagangan, pariwisata, dan ada yang bergerak di dunia hiburan dan lain-lain.

Karena itu demokrasi sejak kita di bangku sekolah diberikan satu pemahaman yang paling mudah, clear, tuntas dan bebas nilai bahwa demokrasi adalah dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Dan konsep ekonomi mengakomodasinya sebagai cara untuk memberdayakan perekonomian rakyat. Konsepsinya lagi-lagi dimanipulasi bahwa kalau bicara perekonomian rakyat, maka di situ segala macam bentuk kelemahan ditimpakan di situ dari soal modal, manajemen, teknologi, dan pemasaran sehingga kesimpulannya adalah bahwa perekonomian rakyat memiliki keterbatasan akses ke sumber daya. Teori ini sesat dan menyesatkan dan kita ditipu habis-habisan oleh sistem kapitalisme dan liberalisme.

Mari sadarlah kita bahwa kita telah ditipu habis oleh kedua sistem ekonomi tersebut. Emangnya AS dan negara-negara Eropa Barat ujug-ujug menjadi negara besar dan kaya. Tidak bukan? Mereka berproses menurut caranya masing-masing, yang rata-rata dilakukan melalui proses yang panjang,  berliku dan selalu revolutif. Sekarang menjadi hebat karena proses edukasi dan pembelajaran kepada rakyatnya dilakukan dengan baik. Mereka menjalankan demokrasi untuk keperluan rakyatnya. Kekuasaan politik dibangun untuk melayani kebutuhan rakyatnya, bukan untuk kebutuhan kekuasaan.

BERITA TERKAIT

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

Investasi Emas Pasca Lebaran

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Usai lebaran Idul Fitri 1445 H masyarakat Indonesia mulai menjalankan aktifitas kembali seperti biasanya…

Tantangan APBN Paska Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

BERITA LAINNYA DI

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

Investasi Emas Pasca Lebaran

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Usai lebaran Idul Fitri 1445 H masyarakat Indonesia mulai menjalankan aktifitas kembali seperti biasanya…

Tantangan APBN Paska Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…